Last Love

62 9 2
                                    

Written By: CeRyaaa

------------------------------------------------

"Hemm kau mau makan apa Tuan Axel?" tanya Yurika robot manusia yang sudah aku ciptakan selama bertahun-tahun. Aku tersenyum lalu mengusap rambut sintesis Yurika dengan lembut.

"Jangan panggil aku Tuan, panggil aku Axel saja oke?" ucapku sambil tersenyum. Yurika memiringkan kepalanya sebentar.

"Tapi Tuan yang menciptakanku," katanya dengan mengerucutkan bibirnya dan itu sangat lucu di mataku.

"Dan yang menciptakanmu ini sudah bilang jangan panggil tuan oke?" pintaku lalu mengusap pipi buatannya dengan lembut. "Apa aku harus menghilangkan kata ‘Tuan’ di programmu?" tanyaku dan itu membuat Yurika mengerutkan dahinya.

"Jangan," pinta Yurika memohon. "Setiap tubuhku baru diaktifkan rasanya sakit," keluh Yurika memelas. Aku cekikikan pelan melihat wajah imutnya memelas. Dia benar-benar imut. "Aku serius Tuan!" Ujarnya mengganti wajahnya kesal.

"Eit!" Aku mulai memperingati. "Berhentilah memanggilku Tuan! Aku ganti programmu loh," ucapku mulai mengancam. Yurika mulai menundukkan kepala sedih. "Jangan sedih, aku hanya bercanda." Kataku mengusap dengan lembut lagi rambut sintesisnya. "Pelan-pelan ya? panggil aku Axel," pintaku pelan. Yurika mengangguk pelan. "Coba memanggil namaku." Pintaku.

"Axel."

Aku tersenyum senang mendengarnya, "Seperti itu terus oke?" Yurika mengangguk pelan.

"Hemmmm.. Tu-, eh? Axel. Hemm.. mau makan apa hari ini?" tanyanya.

"Tidak usah," tolakku dan itu membuat wajahnya berubah sedih kembali.

"Kenapa? Aku sudah menonton acara masak memasak selama tiga bulan dan itu sudah kusimpan dengan baik datanya," jelas Yurika, "kamu ragu dengan hasil masakanku?" tanyanya sedih. Aku menggelengkan kepala pelan.

Aku tidak ragu tapi sedikit takut dengan hal lain.

"Aku bukan robot dari besi murahan," ucapnya seperti bisa membaca pikiranku. "Tanganku tidak akan langsung berkarat hanya karena membersihkan sayuran dengan air," jelasnya sambil tersenyum.  Aku kembali mengelus rambutnya lalu memeluknya lembut.

"Masakan apa saja yang bisa kau masak, aku akan dengan senang hati memakannya," ucapku sambil tersenyum.
Aku melepaskan pelukannya, "Aku pergi dulu, aku harus membeli baterai lagi untukmu," pamitku sambil mencium puncak kepalanya. Yurika mengangguk pelan. "Aku pergi dulu," pamitku lagi kemudian mengambil tasku dan berjalan pergi.

Yurika adalah manusia robot ciptaanku. Selama bertahun-tahun aku berusaha menciptakan robot, sudah beratus-ratus kali aku mengalami kegagalan, sampai akhirnya usahaku berbuah manis dengan hadirnya Yurikaku.
Tahun 2017 bisa menciptakan robot? Yap! Itulah aku. Tapi aku bukanlah seorang profesor Jepang yang memamerkan hasil karyanya dan menjadi terkenal. Aku tidak pernah membawa Yurika pergi keluar rumah. Yurika milikku dan akan tetap menjadi milikku.

Yurika, robot yang mengubah hari-hariku lebih indah dengan tingkah polosnya. Wajahnya yang aku ciptakan mirip dengan anime Jepang kesukaanku tambah membuatku tambah jatuh cinta padanya.

Eh? Cinta?

Yap!

Kurasa aku mulai gila! Aku jatuh cinta dengan robot ciptaanku sendiri. Aku rela merogoh kantungku dalam-dalam bahkan sampai memecah celenganku demi membelikan keperluannya sebagai robot dan itu bukan bisa dibeli dengan harga yang murah.

Tapi..

Aku tidak peduli. Akan aku belikan apa pun dan akan aku korbankan apa pun yang aku punya untuk robot tercintaku. Cinta itu butuh pengorbanan! Aku tidak peduli dengan apa pun lagi, tak perlu terkenal ke seluruh penjuru dunia, cukup Yurika di sampingku dan aku sudah bahagia.
Perjalanan dari rumahku sampai ke tempat beli baterai lumayan jauh, sekitar dua sampai tiga jam. Maklum saja, rumahku berada di pedesaan sedangkan tempat penjualan baterai untuk robot berada di tengah-tengah kota. Sebenarnya di dekat desa ada yang menjual baterai robot tapi kualitasnya buruk dan aku tak mau membelikan sesuatu untuk Yurikaku yang di bawah standar, Yurika harus mendapat yang terbaik dan harus tetap hidup.

[ FIRST ] Event BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang