Written By Sil_127
------------------------------------------------
Aku selalu menunggunya. Menunggunya menyatakan perasaannya padaku. Aku percaya kalau dia juga menyukaiku. Hanya saja mungkin dia masih ragu untuk menyatakannya. Itu yang selalu kupikirkan, tapi ternyata itu salah..
"Kayaknya Rian gak mau suka ke kamu deh.. Soalnya dia bilang kalau kamu punya orang lain yang kamu suka,"
Selama ini aku selalu menutupi perasaanku dan aku selalu berpikir bahwa 'dia pasti menyukaiku', namun sebaliknya dia malah berpikir bahwa aku tak menyukai dirinya. Aku memang bodoh telah menyembunyikan perasaanku dan berbohong sehingga membuat dia berpikir bahwa aku menyukai orang lain. Dan tanpa sadar, kata-kata itu telah menghambat hatinya.
"Aahh apaan tuh! Muka kamu merah! Kamu naksir ya sama aku?"
"A-apaan sih! Aku udah punya seseorang yang disuka kok!"
Lagi, aku menyesali perkataan yang kuucapkan 2 tahun yang lalu. Aku mengetuk kepalaku pelan sambil mengomeli diriku sendiri. Jalanan yang sepi ini sukses membuatku mengomel keras.
"Rara bego! Dasar Rara bego! Kamu ngapain bohong dan sok-sok'an suka orang lain?!" omelku sambil terus berjalan dengan tatapan lurus ke depan.
Tiba-tiba aku teringat perkataan Rian yang tidak sengaja aku dengar di kelasnya tadi.
"Luna, aku.. Ah, gimana ya ngomongnya? Yah, pokoknya meskipun kamu terkadang nyebelin tapi kamu punya senyuman yang manis. Ah, lupain yang terakhir tadi. Maksud aku.. Aku cuma mau ngomong kalo aku suka teringet kamu kapan pun dan dimana pun. Dan aku gak tau kenapa aku rasain hal itu.."
"Bego! Itu namanya kamu jatuh cinta! Dasar Rian tolol!" Aku berjalan sambil menjingkrak-jingkrakkan kakiku sebal. Lalu aku menghentikan langkahku saat handphoneku mulai bergetar dan segera merogohnya dari sakuku.
From : Rian
Aku udah jadian:vDengan spontan, aku hendak membantingkan handphoneku. Namun aku kembali menarik lenganku dan mengetikkan sebuah pesan untuk Rian.
To : Rian
Oh iya, selameetttt^o^ besok traktiran yeeeyy:v*sent
Seketika tangisku menggelegar. Aku langsung terduduk dan mengepalkan tanganku keras-keras. Aku mendongakkan kepalaku ke atas, menatap langit mendung dengan mata yang penuh dengan air. Mulutku menganga lebar mengeluarkan suara tangis yang keras.
Lagi, aku merutukki diriku. Hanya dalam hati.. Karena mulutku tak bisa berkata-kata selain mengeluarkan suara tangis yang sangat keras ini.
Hujan perlahan mulai turun, semakin deras dan semakin deras. Namun itu tidak membuatku beranjak dari jalanan sepi ini.
Dingin.. Tapi rasa dingin itu sama sekali tak bisa mengalahkan rasa sakit ini. Rasa sakit yang sangat dalam ini..
"Tenang aja! Rian pasti sukanya sama aku! Kan cewek yang deket banget sama dia cuma aku, pasti, pasti, pastiiiii!"
"Seiring berjalannya waktu, perasaan suka bisa tumbuh pada orang yang selalu ada di deket kita."
"Aku sama Rian saling suka! Cuma tinggal nunggu dia nembak aku aja kok!"
Ternyata.. Berharap terlalu tinggi dan akhirnya jatuh itu sangat menyakitkan. Hatiku rasanya seperti ditusuk-tusuk besi. Hingga sekarang membuat aku berpikir.. Apa waktu yang selama ini kuhabiskan bersama Rian sia-sia?
Kenapa waktu 15 tahun bisa dikalahkan dengan waktu 1 tahun? Apa anggapan Rian tentang waktu yang dia habiskan bersamaku selama... Ini?
"Lu bego Rara! Soal gitu aja gak bisa! Harusnya kamu masuk ips aja, masa otak kayak unta pengen jadi dokter!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ FIRST ] Event Book
Non-FictionBerisi hasil kerja keras member untuk event. Kepo? Silahkan dicek~ Jangan lupa krisarnya...