It's Really Hard

187 91 115
                                    

"Hard times. Gonna make you down and laugh when you cry."-Hard Times, Paramore

Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu. Keyna masih setia duduk dibangkunya sambil terus mencoba menghubungi seseorang yang tak lain adalah Pak Karyo, supir pribadinya.

Keyna mulai gelisah, sekolah semakin sepi dan Pak Karyo tak kunjung mengangkat telfon darinya. Ia pun jadi teringat akan cerita horror mengenai SMA Pelita Harapan ini. Bulu kuduknya sedikit meremang teringat cerita kesaksian dari beberapa temannya.

Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mencoba menghubungi Pak Karyo di luar kelas. Ia menyambar tas ransel converse yang berada di atas mejanya, dan tanpa pikir panjang Keyna langsung bergegas keluar kelas.

Akan tetapi, baru dua langkah kakinya beranjak keluar dari kelas. Pundak Keyna di tepuk halus dari belakang. Deg!!

Jatung Keyna memacu aliran darahnya menjadi cepat. Keringat dingin pun tak dapat dipungkiri, terlihat di kedua tangannya yang menggenggam erat satu sama lain. Semilir angin di sore itu mendukung suasana terasa mencekam. Ia tak tau harus menoleh ke belakang atau segera berlari dari sini.

"Aaaaaa!!" Akhirnya Keyna memilih untuk berteriak dan belari kencang, berusaha secepat kilat untuk menuruni undakan anak tangga, yang jumlahnya bisa bikin betis se gotot Samson. Kurang satu anak tangga lagi yang harus Keyna turuni, terdengar suara derap langkah menuruni tangga. Suara langkah itu semakin terdengar jelas di telinga Keyna, dan...

"Woy, Naaaa! Ini gue, lo ngapain dah lari-lari segala kaya dikejar setan aja!" Teriak Rafa dengan suara ngos ngosan.

Keyna terhenyak mendengar suara yang sangat familiar baginya. Ia memutar badannya searah 180 derajat. Seketika matanya terbelalak melihat Rafa, cowok berpostur jakung, sedang berdiri di dua undakan anak tangga di atas Keyna.

"Ra.. Rafa?!" Mulut Keyna sedikit ternganga melihat Rafa yang berada di depannya, bukannya pocong, wewe atau mbak kunti sekalipun.

Keyna menghela nafas lega, sembari mengelus dadanya.

"Iya ini gue Na. Lo kenapa sih? Lo kayak lagi liat setan aja deh." Cerocos Rafa sambil mencoba mengatur nafasnya agar normal kembali.

"Ya kan lo itu sebelas dua belas sama setan." Keyna mendengus kesal, dan membalikkan badannya bermaksud untuk meninggalkan Rafa sendirian.

Ini sudah sore dan ia harus segera pulang, jika tidak, Mamanya pasti akan ceramah hingga telinganya pengang. Sehingga ia memutuskan untuk mencoba menghubungi Pak Karyo, lagi.

Ia berjalan sampai kaki jenjangnya berhenti di depan gerbang sekolah. Suara operator yang menunjukkan bahwa nomor sang pemilik sedang tidak aktif terus menggema di telinga Keyna.

"Ish, kemana sih Pak Karyo?!" Gerutu Keyna sambil menghentakkan kakinya.

Tiba-tiba saja Rafa sudah berdiri dibelakang Keyna, dan membisikkan sesuatu pada Keyna.

"Percuma Na lo telfon Pak Karyo. Gak bakal bisa. Tadi Tante Sherin telfon gue, katanya gue suruh anter lo pulang hari ini."

Keyna membelalakkan matanya untuk kedua kalinya dalam sore ini. Ia terkejut akan kedatangan Rafa yang tiba-tiba.

"Lo tuh emang sebelas dua belas ya kayak setan. Datang tak dijemput, pulang tak diantar." Gerutu Keyna sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya.

"Bawel ah lo. Udah ah, yuk balik." Rafa mulai menarik lengan Keyna, supaya dia segera beranjak dari tempatnya berdiri.

"Eh tapi, jelasin dulu deh Raf, kenapa Pak Karyo gak bisa jemput gue hari ini?" Keyna bertanya di sela sela ia diseret Rafa untuk masuk kedalam Audinya.

Struggle HarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang