[2]

16 1 1
                                    

Lost My Mind | 2

☀☀☀

Seperti hari-hari biasanya, aku tiba di sekolah pukul enam lewat lima belas menit. Masih dengan alasan yang sama. Aku suka pagi.

Aku memarkir sepadaku di tempat biasanya. Berjalan sendirian di koridor sekolah sambil melonggarkan jaketku yang berwarna army.

Aku akhirnya tiba di depan kelas. Saat memegang kenop pintu, aku mendengar suara dari dalam kelas. Apa itu hantu? Aku bergidik ngeri. Ah, mungkin hanya kucing nyasar. Tapi kucing edan mana yang memanjat sampai lantai tiga? Akhirnya, setelah mengusir pikiran negatifku, aku membukan pintu secara perlahan. Dan...

"Hwaa!" aku dan orang itu memekik karena kaget. Ternyata benar-benar kucing nyasar.

Kamu berdiri di bangkumu sambil mengeluarkan semua barang yang ada di dalam lacimu dan Kiara. Rambutmu diikat seperti kemarin dan kau mengenakan bandul dengan telinga kucing berwarna hitam.Wajahmu terlihat sangat bingung dan bibirmu pucat. Sepertinya kau sedang mencari sesuatu.

Tiba-tiba mataku membulat. Itu kamu kan. Kamu Audrey? Sejak kapan kamu datang ke sekolah sepagi ini. Bahkan lebih pagi dariku. Jangan-jangan perempuan yang sedang bersamaku saat ini benar-benar hantu. Ayolah, Aditya berhenti berpikiran macam-macam. Aku terus menatapmu tanpa berkedip. Aku memperhatikan kakimu yang memakai sneakers berwarna baby pink. Kakimu berpijak di tanah. Aku lega karena kau benar-benar Audreyku.

"Ermm, lo yang kemarin di rooftop, kan?" katamu tiba-tiba. Ternyata kamu tidak sedingin cerita orang-orang.

"Hm? Y-ya itu aku," jawabku gelagapan. Apakah sekarang pipiku berwarna merah seperti tomat? Argh, kenapa aku seperti gadis SMP yang baru pertama kali jatuh cinta?

"Kemarin lo liat dompet kececer gak di sekitar sini? Warnanya merah hati terus ada tulisan nama gue 'Chandrawinata' gitu," tanyamu dengan nada bingung sambil mengeluarkan semua isi tas kuningmu yang lucu itu.

Aku menggeleng. Aku memang tidak melihatnya kemarin. Ternyata kau kehilangan dompetmu. Jangan-jangan kau menjatuhkannya di club malam. Tapi, kalau aku berkata demikian, kau jelas akan tahu kalau aku sering memerhatikanmu dari jauh.

"Kamu udah coba cari di loker?" saranku.

"Udah tapi gak ada," jawabmu masih mencari.

"Selamat pagi Aditya tercin..." kalimat Awan langsung terpotong begitu menyadari bahwa aku tidak sendirian di kelas. Ini adalah salah satu rutinitas pagi Awan. Menyapaku dengan kalimat cinta. Dia selalu menjadi orang kedua yang datang di kelas ini. Tentu saja aku yang pertama. Namun, hari ini berbeda.

Awan yang sedang menahan malu memasuki kelas dengan canggung sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Hehe... Pagi, Drey." Awan menyapamu dan kau hanya membalasnya dengan menaikkan alis kirimu. Awan yang malang.

"Bro, good luck, ya. Gue renang dulu." bisik Awan padaku lalu melengang pergi seenak jidatnya.

Sementara di seberang sana, kau masih mematung. Bingung akan sikap Awan. Tiba-tiba tawamu pecah.

"Hahahahahaha... Rusak tuh anak," katamu sambil tertawa. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini, aku melihatmu tertawa lepas seperti itu. Kau sangat cantik. Aku pun ikut tertawa karena melihatmu.

Entah mengapa perasaan hangat tiba-tiba menyelimuti hatiku. Mungkin karena tawamu dapat menghangatkan orang-orang dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh jaket ataupun selimut. Jika tawamu saja dapat menghangatkanku seperti ini, bagaimana dengan pelukmu? Oh shit, apa yang barusan aku harapkan?

Aku melihat jam tangan Timberland hitamku yang baru saja diberikan oleh Diandra padaku tadi pagi. Katanya, jam tangan itu sebenarnya untuk pacarnya, tapi tadi malam mereka malah putus. Dasar anak SMP masa kini. Jam telah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Aku tersadar bahwa aku tidak bermain basket pagi ini karena sibuk memerhatikanmu mencari dompetmu yang hilang. Tapi, tak apalah. Worth it.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IFT series : Sunshine for the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang