05 // meet - 07:11 a.m.

1.9K 217 39
                                    

Lapangan Sekolah....

Hari Senin, pukul 7 lebih, semua siswa sudah mengisi hampir seluruh lapangan, tentu untuk melaksanakan upacara bendera. Hal yang mungkin dibenci oleh sebagian pelajar. Tak bisa dipungkiri, alasan utamanya karena tidak suka pada pidato pembina upacara yang sepanjang tembok raksasa di saat nanti sinar matahari begitu menyengatnya.

Begitupun Irene, sebelum upacara dimulai dia bahkan sudah memasang tampang kusut.

"Wen, paling belakang yuk."

"Jangan ah, ntar guru suka jaga di sana."

Irene melihat ke belakang barisan kelasnya. Benar sih yang dikatakan Wendy, guru suka mengamati para perserta upacara dari sana. Para OSIS dan PMR malah sudah berjajar rapih. Irene mendengus, padahal kan itu tempat yang tidak terkena sinar matahari karena terhalang pohon. Tapi karena dia bukan murid yang selalu dalam keadaan siap dan tidak bisa diam saat upacara, jadi dia tidak memilih tempat di sana, melainkan menarik tangan Wendy untuk berdiri membuat barisan keenam dari depan.

"Rene, liat deh tuh, yang jadi pembawa Pancasilanya ganteng banget. Namanya Mark, dedek kelas." ucap Wendy dengan wajah sumringah dan menatap sesosok cowok yang berada sedikit jauh di depannya.

Irene berjinjit untuk mengikuti arah pandang Wendy, "mata lo awas banget sama orang ganteng perasaan. Gue baru liat tuh cowok, kelas berapa?"

"X-5, gue abis stalking dia, Rene. Alhamdulillah, single."

"Lah, tapi dia adik kelas."

"Gue tarik kata-kata gue yang gak suka daun muda, deh. Gue udah fall in love sama dia dari pertama liat, hehehe."

Enggan menjawab, Irene hanya memutar mata sebagai balasan. Wendy tipikal orang yang mudah suka pada cowok, namun rasa itu tidak pernah bertahan lama. Sebulan ini, Wendy bahkan sudah menyetor nama-nama yang katanya 'I'm fall in love with him' pada Irene sebanyak 4 kali. Ryan, Vernon, Gara, dan kini, Mark.

Seorang guru di depan sana dengan mic-nya sudah memberitahu bahwa; "Yang gak pake atribut lengkap, maju ke depan!"

Seperti biasa.

Topi yang daritadi Irene pegang ia pakai ke kepala dengan pelan agar rambutnya tak jadi berantakan.

"Rene, topi gue." ujar Wendy.

"Lo gak bawa?

"Itu, yang lo pake topi gue. Daritadi kan lo pegang terus."

Cepat, Irene melepas topi itu dan melihat ke bagian belakangnya. Gawat, tidak ada namanya!

"Terus topi gue mana dong? Gue kira ini topi gue!" sahut Irene panik. Kini matanya sedang menjelajahi para siswa yang Irene harap ada yang tidak memakai topi. Mencari murid senasib. Namun sejauh penglihatannya, semua siswa memakai topi.

Yah, berdiri di barisan paling depan dan menghadap langsung pada murid-murid? Nggak. Malu!

"Ireeene, emang topi lo kemana? Lo gila ya lupa bawa?"

"Gue ... gue gak tau, Wen! Seingat gue ... gue gak ingat! Ah, anjir, gimana dong ini? Masa gue harus maju keㅡ"

Dan perkataan Irene terpotong oleh sesuatu yang menimpa kepalanya dengan tiba-tiba. Sebuah topi berlogo Tut Wuri Handayani. Irene segera mendongak dan terkejut. Lah, jadi cowok yang di depan gue ini Mino? Tapi kan ... ini barisan kelas gue.

Balas menatap Irene, Mino menggosok-gosok bawah hidungnya, "gue lagi flu dan gak mau ikut upacara. Jadi lo aja yang pake, gue mah ikhlas."

Irene memicingkan matanya, "cuma flu lo gak ngikut upacara? Terus lo mau ke UKS gitu? Gak bakal diterima lah." dalam hati, Irene berharap agar Mino tak mengambil kembali topinya.

Mino mengangkat alis, "kalau gue ngajak lo pulang bareng, elo terima gak?"

Irene bungkam dan Wendy menyerukan, "gaspol, maaaas."

Terjadi adu pandang selama beberapa detik antara Mino dan Irene. Mino memandang Irene dengan pandangan yang tak bisa Irene artikan, dan Irene memandang Mino dengan tatapan terkesan datar. Dirinya bingung harus bagaimana.

Untungnya, Wendy menengahi. Irene menghembuskan nafas lega.

"No, lo mau ke UKS gak, sih?"

Song Mino mengerjap beberapa saat sebelum kembali menatap Irene lalu mengalihkan matanya lagi ke arah lain. Tanpa berkata apa-apa, dia keluar dari barisannya. Melangkah dengan cepat menuju lapangan paling depan.

Lah, Mino...?

"Duh, sweetnya si Mino berkorban demi sang mantan. Gue jamin deh, Rene, dia masih sayang banget sama lo."

Irene mencebik, "dia dah punya Ira."

[]

Mulmed: hairstyle Mino di cerita ini :')

Incoming Call From MinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang