CHAPTER VII

39 6 0
                                    

"darimana asal suara minta tolong itu?" kata Aron.

"sepertinya suara itu berasal dari dekat sini, ayo kita lihat!" kata Roman.

Mereka berempatpun pergi mencari sumber suara itu

"TOLONG!!!, TO-,aaaaahhh" teriak gadis kecil yang diserang oleh monster

"cepat tolong dia!" kata Roman

"Fren keluarlah, ayo kita tebas!!" kataAron. Seketika monster itu lenyap..

"hah?! Apa apaan ini?, yang ini sangat tidak menantang, Cuma sekali serangan langsung K.O" kata Aron

"jelaslah BODOH! Monster yang ini Cuma level rendahan, yang ini tidak sebanding dengan monster yang dulu" kata Fren

"ohh, seperti itu yah..." kata Aron

"hei, apa kau baik baik saja?" kata Mary kepada gadis kecil tadi

"aku...aku..a" gadis kecil itu tiba tiba pingsan.

"sebaiknya kita membawanya ke markas!" kata Roman

"iya ayo kita bawa"kata Mary

"kakak apa kau tidak merasa curiga terhadap gadis kecil ini?" kata Emily

"emangnya kenapa?" tanya Mary

"bagaimana mungkin seorang gadis kecil dapat sampai kesini seorang diri saja, apa lagi tempat kita ini sangat jauh dari kerajaan" kata Emily

"iya ya, kita tunggu saja dia sampai sadar baru kita tanyakan, apa yang dia lakukan disini." Kata Mary

Tak lama kemudian gadis kecil itu akhirnya sadar

"apa yang terjadi, auhh!, dimana ini?" kata gadis kecil tadi sambil memegang kepalanya yang sakit

"kau berada dimarkas kami, kau tadi pingsan saat di serang monster!" kata Aron

"ohh jadi begitu yah.." kata gadis kecil

"siapa namamu?" tanya Aron

"namaku Levia" kata gadis kecil

"ngomong ngomong Levia, apa yang kau lakukan di luar kerajaan seorang diri?" kata Mary

"aku tadi mengejar seekor kupu kupu, tapi tanpa kusadari aku tersesat, dan tak tahu arah jalan pulang, (aku tanpamu butiran debu :v bercanda dikit gk papa lah) tiba tiba saja ada monster didepan ku dan mengejarku, untung saja kalian menolongku, terima kasih ya" kata Levia

"ohh jadi begitu..." kata Mary

"kau tinggal dimana? Apa kau punya orang tua?" kata Aron

"aku..aku tidak mempunyai tempat tinggal, dan kedua orang tuaku juga sudah meninggal" kata Levia dengan wajah yang sedih

"maafkan aku" kata Aron

"tidak apa apa" kata Levia

"bagaimana kalau kau tinggal disini sementara waktu?" kata Aron

"eh?! Jangan memutuskan apapu seenaknya saja Aron!, kita juga belum tahu lengkap diri dia sebenarnya!" kata Mary

"aku tahu, itu sebabnya aku akan menyuruh Fren untuk memeriksa mana-nya, apakah mana-nya mengandung kegelapan atau tidak" kata Aron

"ide bagus, tunggu apa lagi cepatlah!" kata Mary

"iya iya, Fren keluarlah!" kata Aron sambil mengeluarkan Fren pedang sihirnnya

"tunggu sebentar ya Levia, kami akan memeriksa mana-mu" kata Mary

"baik.." kata Levia

"baiklah Fren cepat periksa!" kata Aron

"siap!"kata Fren

Setelah beberapa lama, akhirnya selesai

"sudah selesai!"kata Fren

"bagaimana apa mana-nya mengandung kegelapan atau tidak?" kata Aron

"dia itu...." kata Fren

"kenapa? Dia kenapa?apa dia salah satu pasukan sang penyihir? Kalau iya akan kubunuh dia sekarang juga!" kata Emily

"dia itu tidak mempunyai mana!" kata Fren

"ehhh?!" serontak Aron, Mary, Roman, dan Emily

"jadi dia itu hanya warga biasa?" tanya Roman

"iya dia hanya warga biasa!" kata Fren

"tapi kenapa dia tidak memiliki mana? Padahal waktu aku hampir dibakar dulu mereka semua punya mana kok, benarkan Roman?"tanya Aron

"iya sih, tapi dia itu masih anak anak! Memang ada juga anak anak yang seumuran sepertinya sudah memiliki mana tapi tidak semua, makanya kita tadi mengecek mana-nya!" kata Roman

"ohh, seperti itu.." kata Aron "jadi dia bisa tinggal disini sementara waktu?" tanya Aron

"baiklah dia bisa tinggal disini sampai dia benar benar sembuh, dia akan tidur di kamar paling belakang" kata Mary

" terima kasih ya, semuanya" kata Levia

" sudahlah, sana istirahat agar kau cepat sembuh!" kata Mary

***

" hei Mary!" kata Aron

"ada apa Aron?" kata Mary

"kenapa kau begitu kasar terhadap Levia?" tanya Aron

"itu karena aku merasa curiga terhadapnya, aku dan Emily akan menyelidiki identitas aslinya!" kata Mary

"apa kau masih tidak percaya setelah kita tadi membuktikannya kalau dia tidak mempunyai mana?" kata Aron

"sudahlah Aron, aku tidak ingin berdebat tentang hal ini!" kata Mary

"baiklah kalau itu maumu!" kata Aron sambil meniggalkan Mary

"apa apaan sih, siMary itu, masa dia masih tidak percaya? Sebaiknya aku mengecek keadaan Levia saja!" kata Aron dalam hati

"Levia aku masuk ya!" kata Aron sambil mengetuk pintu kamar Levia

"iya, silahkan masuk" kata Levia dari dalam kamar

"bagaimana keadaanmu?" kata Aron

"aku sudah mendingan, ngomong ngomong kak Aron, sepertinya kak Mary membenciku ya?" kata Levia

"itu tidak benar mana mungkin dia membencimu" kata Aron meyakinkan Levia

"tapi dia tadi seperti tidak ingin aku tinggal disini!" kata Levia

"tidak, dia itu hanya gugup saja bertemu orang baru" kata Aron

"syukurlah, aku pikir dia membenciku" kata Levia

"hei Levia, bagaimana kehidupanmu di dalam daerah kerajaan? Maaf kalau aku lancang" kata Aron

"tidak apa apa kok. Kehidupanku didalam kerajaan itu sangatlah menyedihkan, setap hari aku selalu disiksa oleh majikanku, aku dikucilkan teman temanku, tapi aku tetap bertahan walaupun siksaan siksaan terus mendatangiku, padahal aku hanya ingin hidup dengan damai saja, tapi semenjak aku melihat kupu kupu aku merasa baikan" kata Levia sambil meneteskan air mata "eh apa aku menangis, maafkan aku aku tidak bisa menahan tangisku" kata Levia mengusap air matanya

"tidak, seharusnya aku yang minta maaf" kata Aron

"tidak kok" kata Levia

"baiklah aku tinggal dulu yah, selamat tidur" kata Aron

"iya selamat tidur!" kata Levia

Tiba tiba.....

"Aron! Cepat kesini lihat apa yang terjadi dengan orang orang yang ada di markas!" kata Mary menghampiri Aron di kamar Levia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan yang terpilih melawan sang penyihir kegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang