DUA - KENYATAAN ✔

68.9K 5.3K 55
                                    

"Hmm gini deh sebelum kamu memutuskan Mama sama Papa mau kasih tau kamu satu hal," ucap Mama sambil menyenggol Papa yg sedari tadi membaca koran sambil menguping pembicaraanku dengan Mama.

"Kamu ingat dulu Mama dan Papa pernah memintamu untuk tidak memberitahu margamu kepada teman-temanmu," ucap Papa memulai lagi pembicaraan.

"Iya aku ingat," jawabku.

"Kamu juga pasti masih ingat kan? Waktu kamu dulu pernah di bully karena bentuk telingamu," lanjut Papa.

"Iya aku juga ingat tentang itu," jawabku lagi.

"Sebenarnya kamu harusnya bersekolah di salah satu Academy karena kamu adalah salah satu Peri, itu terlihat dari telinga runcingmu yang kamu sembunyikan di balik rambut panjang dan lebatmu," ucap Mama sambil merapikan rambutku kebelakang telingaku.

"Dan alasan kenapa Mama memintamu untuk tidak memberitahu margamu kepada teman-teman adalah karena marga Clarenza dan Renza adalah marga Peri tertinggi sehingga itu akan menyulitkanmu bersosialisasi," lanjut Mama.

Aku hanya terdiam kebingungan dan mencoba mencerna kata-kata Mama.

"Kamu tidak akan di bully, karena banyak Peri seperti kita di Academy, dan lagi Fairy Academy adalah Academy terbaik, mereka tidak mungkin membiarkan muridnya di bully," lanjut Mama menguatkan hatiku untuk mencoba masuk ke Fairy Academy.

"Ayolah, jika kamu mau ikut seleksi kemungkinanmu untuk masuk Fairy Academy itu besar, karena sihir adalah bakat alami Peri," lanjut Papa membantu menguatkan hatiku.

"Baiklah Ma, Pa tapi jika tidak masuk ngak masalah kan?" tanyaku meyakinkan diri.

"Tidak masalah, asalkan kamu sudah berusaha semampumu."

"Baik Ma, Pa,"

***

"Huft aku memang harus masuk ke Fairy Academy dengan teman temanku ya...," ucapku pada diriku sendiri.

"Ya sudahlah kalau memang ini jalannya, aku juga mau liat seperti apa Fairy Academy yang di impi-impikan semua orang," lanjutku.

***

"Hai Chloe, kamu sudah memberikan formulirnya kepada ortumu kan," tanya Crystal pada Chloe.

"Belum, aku lupa," jawab Chloe usil.

"Hehhhh, Chloe serius! Kamu udah kasih ke ortu belum, udah kan!?" tanya Lyra pada Chloe.

"Udah aku bilang belum ya belum," jawabku usil lagi.

"Kalau gitu berarti formulirnya belum di keluarin dari tas kan, sini aku mau liat kamu beneran lupa atau nggak!?" perintah Crystal kesal.

"Iya iya udah aku tandatangani kok," jawabku dengan senyum usil.

"Ih ngeselin, awas ntar aku bales," oceh Lyra gemas.

"Oh gitu," jawabku tertawa.

Kring... Kring...

"Pagi anak-anak," sapa wali kelasku.

"Pagi Bu."

"Ketua kelas, kumpulkan formulir dari Fairy Academy."

"Baik."

"Kumpulkan sesuai nomor urut ya."

"Baik bu."

***

"Baik anak-anak, kemarin saya mendapat pesan dari orang-orang Fairy Academy bahwa seleksi akan diadakan sepulang sekolah, sedangkan nomor seleksi akan di tempel di mading besok, silahkan dilihat pagi-pagi atau saat istirahat dan tempat seleksi akan ditempel bersamaan dengan nomor seleksi. Bagi yang menggunakan sihir memasak, peralatan sudah disediakan, untuk musik, alat musiknya membawa sendiri-sendiri. Lalu bagi peserta seleksi di perkenankan membawa HP untuk menghubungi orang tua, tetapi di titipkan di saya dan baru bisa diambil saat pulang sekolah. Mengerti?"

Fairy AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang