Forest - ALPHA

48 4 1
                                    

Hari itu, seseorang didalam ruangan itu sangat marah, matanya memerah,tangannya mengepal,dan terlihat sangat frustasi akan apa yang dikatakan oleh seseorang didepannya ini.

"Alpha,tim peneliti telah sampai di perbatasan".

"Arghh.." Erangnya frustasi.

"Urus semua peneliti itu,jangan sampai mereka melihat para mayat menjijikan itu!" Ucapnya tegas.

"Baik alpha,saya undur diri".

Ia kemudian kembali ke singgasananya dan memikirkan langkah selanjutnya yang akan ia ambil.

***

Hutan Hujan Alaska, 08:32 p.m.

Malam ini aku habiskan dengan hanya membaca berkas dari kasus ini, jika kalian melihatnya aku berani menjamin kalian akan mual,jijik,dan semacamnya. Tim ku tengah beristirahat setelah perjalanan melelah kan tadi,dan juga kita harus lebih beradaptasi dengan suhu udara disini.

"Raisa? Kau tidak tidur?" Seseorang membuka pintu kamar peristirahatan Raisa.

"Umm Ara, ada apa? Ya,aku belum tidur. Apa kau membutuhkan sesuatu?" Raisa menutup berkas yang ia baca, kemudian Ara duduk di ujung ranjangnya.

"Aku..tidak bisa tidur,apa kau sedang mengerjakan sesuatu?".

"Tidak Ara,hanya sedang membaca ini" Raisa menunjukan berkas yang ia baca tadi kepada Ara.

"Sebenarnya.. Aku tidak begitu yakin tentang penelitian ini, kasus ini terlalu rumit untuk diselesaikan. Tidak ada sedikitpun informasi tentang pelaku, belum lagi korbannya yang meninggal secara tidak wajar, dan.. Aku barusan mendengar bahwa jasad korban itu akan menghilang dengan sendirinya pada malam-malam tertentu" Ara mengutarakan isi kepalanya dengan sangat ragu, ia tak yakin dengan apa yang ia kerjakan saat ini. Namun, Raisa mencoba meyakinkan Ara.

"Ara, aku yakin setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, begitu pun kasus ini kau tida-"

Wushh..

"Aaaaaaaaaaaaa!" Mereka berteriak,kemudian berlari keluar.

"Ara,Raisa ada apa?!" Ketua tim yang mendengar teriakan mereka pun terkejut.

"Val,itu.. Ada sesuatu,menyeramkan-"

"Ikut aku" Reval menyela ucapan Ara.

Reval membawa Ara dan Raisa ke kamarnya,dan memanggil para peneliti lainnya.

"Reval, Ada apa kau membangunkan kami?" Vei bertanya.

"Raisa dan Ara telah meceritakan padaku, mereka melihat sesosok bayangan hitam muncul di jendela kamar Raisa" jelas Reval.

"Hei,apa mungkin dia pelakunya? Tapi, tidak mungkin dia se-berani itu,meningat dia kemungkinan dapat tertangkap" ujar salah satu kru tim.

"Tidak.. Diaa.. Sangat cepat,dan matanya merah menyala,dan memiliki taring?" Jawab Ara gemetar.

Pikiran Raisa tidak jernih sekarang,mengingat kejadian barusan membuat nyali yang awalnya berkobar menjadi menciut sekarang. Raisa berpikir, jika hari pertama mereka sudah seperti ini, bagaimana hari berikutnya?.

Reval segera melapor kepada petugas yang berjaga di kampusnya mengenai kejadian yang baru saja dialami Ara dan Raisa, petugas mengatakan jika malam ini mereka harus waspada,karna kejadian tadi bisa jadi merupakan ancaman bagi mereka. Dan, malam itu semua tim terjaga.

***

Hutan Hujan Alaska, 07:10 a.m.

Semalam Raisa hanya tertidur beberapa jam saja, faktor terbesar karna kejadian itu. Bahkan, seluruh kru tidur di dalam kamar milik Reval demi menjaga kru lain, mereka semua khawatir akan keselamatan masing-masing, tetapi bagaimana'pun kasus ini harus diselesaikan.

Raisa telah bersiap untuk mencari-cari informasi tentang kasus yang sedang mereka laksanakan ini. Tim dibagi menjadi beberapa kelompok, ada yang mencari bukti di hutan,dan mencari informasi di desa terdekat. Raisa,Reval,Vei,dan Aron mendapat tugas untung mencari bukti ke hutan. Raisa sedikit khawatir dengan situasi kali ini, firasatnya mengatakan bahwa ada yang akan terjadi setelah ini.

Setelah hampir satu jam mereka mencari bukti dan hasilnya,tak ada satupun bukti yang mereka dapatkan.

"Val aku lelah" keluh Raisa. Yang lain mengangguk setuju dengan apa yang Raisa katakan.

"Baiklah, kita istirahat disini" seru Val. Raisa duduk diantara akar akar pepohonan, kemudian ia merasa janggal.

"Val,lihatlah!" Seru Raisa.

Liontin cantik itu berada di genggaman Raisa,entah siapa empunya,kalung liontin itu seperti milik ratu di kerajaan,sangat mewah,walaupun usang tapi tidak membuat liontin itu terlihat buruk.

Dan,datanglah dua pemuda,wajahnya begitu pucat,tatapannya tajam,dan mereka memiliki sebuah.. Taring!.

"Siapa kalian?!" Ujar Reval yang langsung berdiri menghadap mereka.

"Me..mereka.. Vampir!" Seru Raisa kemudian ia berteriak saat salah satu dari mereka berhasil membawa Reval pergi,hanya tersisa mereka bertiga,Raisa tau mereka tak akan mampu mengalahkan mayat hidup di depannya ini. Aron kemudian mencoba melawan mereka,namun-

"Aronnn!" Terdengar suara patahan tulang, Raisa menutup matanya,dan Ara yang melihat kejadian itu shok,ia menghisap darah Aron lewat lehernya,dan mematahkan tulang tangan dan kakinya. Kemudian dalam sekejap Ara berada di dekapan vampir gila itu.

"Raisa! Pergi dari sini!" Seru Ara, air mata mereka tumpah. Di satu sisi Raisa tidak ingin meninggalkan Ara,namun ia harus segera memberi tau siapa saja untuk menolong mereka.

"Raisa! Cepat!" Ara membuyarkan pikiran Raisa, ia berlari cepat meninggalkan Ara.

Raisa terjatuh,lutut dan sikunya tergores ranting,wajahnya lusuh,ia lemas. "Kemana kamu akan pergi gadis manis?".

Sial,mayat gila itu lagi. Saat akan berdiri, Raisa kembali terjatuh,kakinya sangat sakit, ia rasa kakinya terkilir,wajah cantiknya juga tergores ranting. Ia hanya bisa menangis.

"Seseorang tolong aku!" Bantinnya berseru.

Ia terduduk memeluk lututnya, senyum menyeramkan itu terpatri di wajah mayat hidup di depannya ini.

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia,sayang".

Dan tak lama..

Krekk..

"Aaaaaaargh".

***

Tbc.

Vomment!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang