3

0 0 0
                                    

Author.

"Kita mau kemana sih?" Emily yang sudah mulai bosan pun bertanya. Sedari tadi, setelah drive thru McDonalds, perjalanan ini lurus-lurus saja dan sekarang sudah hampir memasuki kawasan hutan-hutan dan hampir gelap. Oh, Emily berfikir, pasti Justin akan membawanya ketas tebing dan memandangi cahaya-cahaya gedung dari atas, seperti yang sering ia baca di wattpad.

"Kau akan tau nanti, Em" jawaban itu yang daritadi ia dapatkan dari Justin setiap kali dirinya bertanya akan kemana. Karena bosan, Emily menutup matanya dan lama-kelamaan ia mulai masuk ke alam mimpinya.

***

"Em" Justin menepuk-nepuk pipi Emily pelan, dari jarak sedekat ini, Justin mampu menatap wajah Emily yang baru ia sadari sangat manis, hidungnya yang kecil dan mancung, kulitnya yang putih, bulu matanya lentik, alisnya sempurna, dan bibir nya, bibir atas yang tipis dan bawahnya yang sedikit tebal membuat Justin ingin merasakan bibir itu.

Emily yang merasa geli dipermukaan kulit sekitar rahang dan lehernya pun membuka mata, dirinya kaget melihat Justin yang tengah menatapnya sedekat ini.

Jantungnya berdebar sangat kencang, ia hampir saja tenggelam dalam mata gelap milik Justin kalau saja ia tidak merasakan getaran dari tasnya, ponselnya bergetar menandakan telepon masuk.

Justin pun tersadar saat melihat Emily yang bergerak tidak nyaman dan kembali menjauhkan tubuhnya "halo?"

"Kau dimana?" Rupanya Anna.

"Aku tidak tahu"

"Loh bagaimana bisa? Emily, jangan bercanda, kau dimana? Dengan siapa?" Suara Anna mulai terdengar khawatir.

"Aku benar-benar tidak tau, Ann. Justin membawaku ke tempat antah berantah yang aku tidak tau dimana" Justin sedikit terkekeh mendengar perkataan Emily. Ia belum tau saja bagaimana pemandangan nanti. Namun yang ia anggap lucu adalah perkataan Emily yang terkesan polos dan jujur walaupun disampingnya sedang ada seorang superstar.

"Oh kau dengan Justin, kalau gitu tidak apa-apa. Selamat bersenang-senang, Em!"

"Apa?! Kau--" terlambat. Ucapan Emily langsung dipotong dengan sambungan yang diputus oleh Anna secara sepihak. Sialan, apa-apaan Anna, batinnya.

"Uh, apa kita sudah sampai?" Emily memperhatikan kearah luar mobil dan ia rasa sudah sampai.

"Um, sudah. Maaf membuatmu kaget" Justin segera keluar dari mobil dan membukakan pintu Emily.

"Tidak apa" Justin tersenyum dan menarik tangan Emily dan membawanya ke pinggir tebing. Benar kan, pikir Emily. Namun ia juga terkesan melihat tempat ini.

"Wow. Ini indah sekali" Emily memang selalu senang jika dibawa ke tempat yang pemandangannya indah.

Namun tanpa diduga Emily, Justin melingkarkan tangannya diperut Emily yang terekspos karena ia memakai crop. Emily pun menunduk melihat tangan Justin yang melingkari perutnya dari belakang. Baru saja ingin menoleh, ia merasakan tengkuknya dicium oleh Justin. Darahnya berdesir merasakan sensasi itu. Seperti ingin lebih namun ini tidak benar menurutnya.

Justin mulai menghisap pelan leher Emily dan membuat Emily menggigit bibir bawahnya, menahan sensasi aneh itu.

Justin pun membalikan tubuh Emily dan menatap matanya dalam. Seakan tenggelam dengan pandangan mereka, Justin mulai mendekatkan wajahnya dengan Emily. Hidung mereka mulai bersentuhan. Namun Emily langsung mengalihkan pandangannya kearah kanan dan menyebabkan Justin mencium pipi kirinya. Justin menghembuskan nafas sedikit kesal dan kecewanya lalu menjauh. "Maaf" katanya.

"Its okay" Emily kembali memandangi pemandangan lampu-lampu dari gedung atau rumah-rumah. Justin berdiri disampingnya.

"Darimana kau tau tempat ini?" Setelah beberapa menit hening akhirnya Emily memilih membuka percakapan.

"Waktu itu aku sedang berantakan, entahlah, aku terus berkendara dan akhirnya sampai di tempat seperti ini"

Berantakan? "Well, cukup menarik karena kau mengingat jalan menuju tempat ini" Emily terkekeh pelan dan membuat Justin ikut terkekeh.

"Ya, memoriku cukup baik" Justin duduk di rumput lalu menepuk sisi sebelahnya, kemudian Emily duduk disitu. "Jika aku sedang sedih atau banyak fikiran dan hanya ingin sendiri, aku selalu pergi ke tempat ini"

Emily menatap Justin yang menatap kearah depan, ternyata orang seperti Justin yang selalu dikelilingi orang-orang seperti fans atau teman-temannya yang kebanyakan dari kalangan artis bisa sedih. Oh, tentu saja semua orang bisa sedih, bodoh, batin Emily.

"Ternyata seorang Justin Bieber bisa sedih" ucap Emily bercanda seraya terkekeh pelan.

Justin ikut terkekeh pelan, entahlah, tawa Emily seperti menular "Tentu saja, semua orang bisa bersedih"

Keadaan kembali hening, sebenarnya Emily tidak menyukai keadaan seperti ini, tapi ia bingung harus bicara apa "kau orang pertama yang ku ajak kesini"

"Wow, aku jadi terharu" Emily tertawa pelan. Sepertinya hidupnya tertawa terus, pikir Justin. "Btw, memang kenapa baru aku yang kau ajak kesini?"

Justin mengedikkan bahunya "aku hanya akan mengajak orang-orang yang spesial" Justin menoleh kearah Emily dan menyunggingkan senyuman yang menurut Emily sangat manis.

"Jadi, aku spesial?"

"Mungkin"

"Seperti martabak saja" Justin terkekeh, wanita ini memang polos.

Emily mulai mengancing kemejanya karena dirinya yang mulai kedinginan dikarenakan perutnya yang sedikit terekspos. Justin yang melihatnya langsung melepaskan sweaternya.

"Sepertinya mulai dingin, ayo kita pulang" Justin berdiri seraya menyerahkan sweaternya pada Emily dan mengulurkan tangannya.

"Terimakasih" Emily mengambil sweater itu dan menyambut uluran tangan Justin kemudian mereka berjalan memasuki mobil. Emily pun mengenakan sweater milik Justin.

"Justin"

Justin yang sedang mengendarakan mobil menoleh sebentar kearah Emily dengan alisnya yang terangkat.

"Terimakasih sudah membawaku kesini" Justin hanya tersenyum. Emily terlihat imut mengenakan sweater kebesaran miliknya.

Setelah itu, Emily kembali masuk ke alam mimpi. []

❤❤❤

Maap kalo ada typo yash

Next? VOTE and COMMENT

Thankyouuu😙😙

Superstar || j.b vs c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang