Probability of One

1K 24 4
                                    

It has been five years since I'm in love with you, but my heart keep beating as the first time I saw you.

Mungkin itu bukan sebuah kebetulan. Mungkin itu pertanda jodoh. Mungkin. Semua hal mungkin saja terjadi dengan probabilitas diatas 0 dan dibawah 1.

Kebetulan berada di tempat yang sama. Hanya kebetulan. Semua orang bisa datang ke temat manapun dan kapanpun mereka mau. Ingat bahwa probabilitas itu diatas 0 dan dibawah 1.

Kebetulan saat kamu menyadari matanya sedang mengarah tepat ke arahmu. Berpikirlah positif. Barangkali ada sesuatu yang menarik di belakangmu, bukan berarti kamu.

Berikut kebetulan-kebetulan lain yang terjadi seiring berjalannya waktu.

Sudah cukup dengan ilusi-ilusi yang kamu buat sendiri. Bisa-bisa lelah sendiri dan jangan harap Ia datang mengobati. Tapi ingat lagi bahwa probabilitas itu diatas 0 dan dibawah 1.

Lantas apa yang terjadi apabila hal memang terjadi. Apabila bukan diatas 0 dan dibawah 1. Apabila kita ambil angka terdekat dari probabilitas yaitu 1. Apa probabilitas itu masih ada? Jika tidak, kejadian apa 1 itu? Siapa yang tahu, kamu akan mengetahuinya sendiri nanti.

***

Kamu datang menghampiri rombongan. Tersenyum, dengan kaku, saya dapat menyadarinya. Kamu terlihat tidak nyaman dari cara kamu mengobrol hanya dengan temanmu.

Saya tahu kamu sedang memperhatikan, begitu juga dengan saya. Berharap akan timbulnya sebuah percakapan entah itu yang berarti atau tidak.

Kami berfoto bersama untuk kenang-kenangan, katanya. Saya memposisikan diri senyaman mungkin. Kamu juga tentunya, berada ditengah-tengah teman dekatmu.

Mungkin itu kebetulan, entah dari mana asalnya hingga saja kamu berada disampingku. Kaku, tentu saja kaku.

Saat fotografer mengatakan untuk lebih berdekatan supaya terlihat akrab, saya tahu kamu bingung, saya pun juga bingung harus bagaimana. Akhirnya sejadinya saja, yang penting ada.

Bicara tentang foto. Saya ingat suatu hal saat pesta perpisahan kemarin. Satu hari sebelumnya saya sudah memutuskan untuk menggunakan kebaya hitam, bukan tanpa alasan, saya menyukai warna-warna yang netral.

Ibu saya seorang pedagang, sehingga saya dapat memilih kebaya sesuka hati dari barang-barang yang Ia jual. Saya tak tahu kenapa tapi tiba-tiba saja saya ingin menggunakan kebaya dengan warna peach. Ya, mungkin saya sedang membutuhkan sesuatu yang sedikit lebih cerah berbanding dengan kehidupan ini.

Sesampainya di sekolah, saya terkejut bukan main. Mengumpat sebisa yang saya bisa, dalam hati tentunya, tetapi merasa senang juga.

Kemeja peach dengan jas hitam dan tidak lupa kacamata kesaayangannya. Saya tak paham lagi. Dari semua warna yang ada, kenapa sama juga.

"Chia, chia! sini!"

Saya menoleh dan menghampiri salah seorang teman, Fika.

"Lana! Woy Alana! Chia ngajak foto bareng nih"

Saya melotot ke arah Fika, bingung sekaligus ingin marah. Alana berjalan menghampiri kami berdua.

Saya didorong untuk memposisikan berfoto disebelah Alana. Tersenyum dengan canggungnya. Ia lebih canggung kurasa.

Sialnya, karena warna baju kami sama orang-orang jadi memperhatikan bahkan salah seorang teman Alana mengompori kami berdua.

"Cieeee.. Lana sama Chia samaan warna bajunya cie!"

Seketika karena malu kami langsung menghindar satu sama lain, tanpa kata.

"Irfan bisa diem ngga lo fan! Tuhkan mereka ngga jadi foto, jangan gitu dong ayo deketan lagi buruan!" Fika mengomel sendiri jadinya.

Saya mendekat, Ia juga. Mencoba untuk memposisikan senyaman mungkin. Tapi pada akhirnya tetap sama. Kaku.

***

Well, semuanya hanya kebetulan. Iya kebetulan. Jelas tidak disengaja tentunya. Orang bilang jodoh, katanya. Saya mah masa bodoh. Ditambah lagi itu urusan dengannya.

Biarlah. Ya sudahlah jika kata bondan prakoso yang pernah terkenal pada masanya.

Intinya probabilitas itu selalu ada, diatas 0 dan dibawah 1. Entah kearah mana jadinya biar yang diatas dan keberuntungan yang menentukannya.

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang