januari

72 4 0
                                    

Malam itu, seperti biasa kamu menelfonku. "Kenapa?" satu kata mewakilimu saat mendengar suara parauku. "Engga" tuturku saat itu. "Oh ayolah, kamu menangis?" sayup-sayup kudengar nada cemasmu itu.

Ah lucu sekali kau!

Jengah aku jika kukatakan itu karena lagu. Tapi akhirnya, aku berujar "lagu". Kutangkap suara tawa tahanmu disana. "Hey jangan tertawakan aku!"

Ah tapi kau tetap lucu

"Baiklah baiklah, lalu lagu apa itu?" kamu mulai menafahus. "Glen Fredly - Januari" aku berujar. "Jadi, kenapa kamu menangis mendengarnya?" tafahusmu lebih detail. "Ah tidak, hanya teringat seseorang" ucapku datar. "Seseorang siapa?" tafahusmu mulai menyebalkan.

Tapi kau makin lucu!

"Ah sudahlah, lebih baik kamu nyanyikan lagu itu untukku? Kamu tau?" pintaku yang diiringi tawa jenakamu.

Oh tuhan, itu sungguh lucu

"Tentu saja aku tau, dengar ya" sayup-sayup kudengar tarikan nafasmu.
"Kasihku mulai disini kisah kita mari jalani..."
"Hey hey stop, kau merusak lagunya" aku menampik. Tapi lalu kita tertawa, berdua, dengan dibatasi ruang oktaf.
"Ya, karena aku bukan Glen Fredly ataupun seseorangmu, aku hanya aku yang menjadikan kamu manifestasi bintangku dalam bentuk manusia"

Ah aku berdesir
Sialan


-zannf

Kukuh RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang