Sore itu, hujan lebat tiada henti memaksaku berteduh di bawah pohon besar nan tinggi. Pekerjaan ku hanyalah wanita penjual kayu bakar di perbatasan antara desa Wyle dan Embrose, aku sendiri tinggal di desa Embrose tidak jauh dari tepi hutan perbatasan. Ah aku lupa mengenalkan namaku, aku Diana Oceana umurku sembilan belas tahun.
"Ohhh tidak, kayunya tidak boleh basah!" aku segera berlari menuju rumah. Yap aku tinggal seorang diri, karena ibu dan ayah meninggal saat terjadi keributan antara dua desa ini. Tetapi berbeda dengan sekarang Wyle dan Embrose sudah damai, tentram dan akur. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kayu rumah ini, tok tok tok.
"Diana, Diana!" panggil seseorang, suaranya gemetar dan ketakutan.
"Malv? ada apa?"
"Syukurlah kau sudah pulang, aku sangat khawatir kepadamu!"
"Ini hanya hujan Malv, sudahlah jangan terlalu berlebihan!"
"Bukan ini bukan tentang hujan!"
"Memang tent,,," Malv membekap mulutku lalu menarikku kedalam rumah.
"Kita tidak boleh membicarakan nya di luar, jangan sampai warga desa mendengar atau mengetahuinya."
Aku mengerutkan dahi tanda aku sangat tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Malv. "Memangnya ada apa Malv, cepat beritahu atau kau akan ku tendang keluar!"
"Baabaiklah, jadi tadi aku baru berpatroli keliling hutan perbatasan antara Embrose dengan Wyle kau tau aku bertemu bapak tua yang berlari pontang-panting sambil ketakutan!"
"Apa maksudmu? aku baru saja kesana mencari kayu untuk ku jual esok hari,"
"Dia berkata, jangan masuk jangan masuk di dalam ada iblis di dalam ada iblis!"
"Iblis?"
"Katanya iblis manusia berkaki elang sayapnya yang besar dan hitam pekat sepekat jiwanya,"
"Hahahaha kau percaya? kau percaya dengan cerita konyol itu?"
"Tapi Diana,"
Aku mendorongnya mungkin lebih tepat mengusirnya keluar rumah. "Sudahlah Malv ini sudah larut malam, pulanglah!"
"Diana, kalau ada apa-apa tolong teriak saja panggil namaku, aku akan datang, aku bertugas di sekitar rumahmu!"
Yah dia Malv Edgar anak dari kepala desa yang hobi sekali menggangguku, kurasa.
Keesokan paginya, aku seperti biasa melakukan aktifitasku sebelum matahari menyingsing aku harus masuk ke dalam hutan untuk mencari bahan makanan untuk di masak serta buah buahan. Lampu lentera tidaklah cukup untuk melihat sekitar karena hutan ini terkenal sangat gelap, tetapi sepertinya kegelapan hutan sudah menjadi teman baik ku sejak dahulu kala yang menyambutku di saat pagi hari, sore hari bahkan malam hari. Jalanan yang sedikit licin karena hujan membuatku kesulitan membawa sayuran dan buah-buahan ini, di tambah lampu lentera ku yang mulai padam, tetapi matahari belum saja menunjukkan sinarnya akibat cuaca hari ini sangat buruk.
"Ah gelap sekali, kenapa matahari belum muncul juga?"
sreekkk sreekkk sreekkkk.
"Siapa itu?" kurasa mendengar sesuatu, ah mungkin hanya kijang atau rusa yang biasa berkeliaran. Tetapi saat melihat ke langit, tadinya aku ingin memperkirakan waktu tetapi nyatanya apa yang ku lihat benar-benar membuatku memekik ketakutan.
"Aaaaa, eh burung elang lewat, hahahaha kenapa ya jadi kepikiran cerita Malv,"
Aku langsung berlari keluar hutan dan langsung memasak bahan makanan yang ku bawa supaya tidak membusuk. Bahan makanan dan buah-buahan ini hanya mampu bertahan hanya dua hari setelah itu mereka layu hingga membusuk atau mengering. Dan saatnya masak, mataku terbelalak tidak percaya ketika melihat dapurku yang hancur serta ada bulu seperti bulu burung dimana-mana. Tunggu ini bulu apa? besar sekali.
"Apa mungkin elang yang tadi ku lihat di hutan telah masuk rumahku dan menghancurkan dapurku? atau ada rusa, kijang lapar dan masuk ke dapurku karena kosong mereka mengamuk? atau kuda warga desa yang hilang kendali?"
Malv datang seperti biasanya, katanya dia ingin selalu memastikan diriku aman di saat pagi, sore dan malam, jujur saja itu sangat mengganggu.
"Dianaaaaa?"
"Dianaaa, dimana kamu?"
"Aku di dapur!"
"Yaampun, ada apa dengan dapurmu?"
"Hancur Malv, tidakkah kau melihatnya sendiri?"
"Bukan, maksudku apa yang terjadi?"
"Entahlah, aku baru saja pulang dari hutan dan aku kembali dapurku sudah seperti ini!"
"apa? kau ke hutan sendirian di pagi buta?" Malv mengeluarkan nada sedikit memekik seperti ayam di sembelih. "Malv itu sudah menjadi keseharianku!"
"Mulai besok kau akan ku temani!" jawabnya sambil bertolak pinggang menjadi gayanya yang khas menunjukkan keangkuhan dirinya.
"Terserah, dari pada kau memikirkan diriku mengapa kau tidak membantu aku membangun kembali dapur ini?"
"Lebih baik kita makan dulu, aku membawakan makanan kesukaan dirimu Diana!" sambil menunjukkan makanan yang ia bawa. "Nanti saja, aku sudah terlambat menjual kayu ke perbatasan!"
"Sudahlah kayu mu semua ku beli!" mengeluarkan uang dan menaruhnya di meja dekat kamar. "Tidak adakah perempuan lain yang bisa kau rayu dan kau goda yang bisa di ajak makan bersama dirimu!" kesalku.
"Tiidakkk! sungguh Diana Oceana aku sangat mencintai dirimu, kau gadis tercantik dan termanis yang ada di dunia ini."
Aku memutar bola mata dan menggelengkan kepala. "ya ya ya ya."
"Sudah jangan menolak!" Malv menarik lenganku dengan paksa , meskipun berat hati karena kalau tidak Malv akan tetap menggangguku, selagi ia membereskan dapur aku bisa masuk kembali kedalam hutan untuk mencari tau hewan apa yang sudah menghancurkan dapurku.
-----------------------------------------------------------
HALO SEMUAAAAAAAAAA SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA INI, INI BAKALAN SERU BANGET MOHON DUKUNGAN NYA YAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!
-SKY-
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Human
FantasyDiana Oceana(19) Sulit bagiku wanita sembilan belas tahun untuk jatuh cinta, hidup di perdesaan kecil yang membuatku mengenal semua lelaki disini. Cartez Altezza(20) aku hanyalah makhluk bersayap hitam besar dan berwajah manusia, jangankan manusia y...