Malam itu, aku memutuskan pergi kedapur karena kupikir segelas cokelat panas bisa menenangkan diriku. Namun apa yang kulihat disana tergeletak makhluk yang Malv panggil iblis dengan luka di sekujur tubuhnya, kuputuskan untuk memberanikan diri untuk menghampirinya. "Apakah dia sudah mati?" ku pegang tangan nya yang kokoh tubuhnya dingin sepertinya dia sangat lemah, apa yang terjadi? kenapa kau bisa masuk kesini tanpa diketahui oleh siapapun bahkan aku sendiri. Rupanya ia mendengar perkataanku lalu ia membuka sayapnya yang besar menjatuhkan barang-barang yang ada di dapurku membuat suara gaduh.
"Shhh, tolong jangan berisik aku tidak akan melukaimu, tenanglah." ia kembali menjauhkan sayapnya melindungi tubuh yang luka itu.
Rupanya suara gaduh tadi sampai ke telinga Malv Edgar. "Dianaaaa, ada apa? buka pintunya!" aku segera menghampiri pintu depan.
"Tidak, aku tidak apa-apa hanya saja tadi saat di dapur aku tidak sengaja menabrak panci-panciku!"
"Baiklah, apakah harus ku bantu?"
"Tidak, pergilah!"
Sepertinya Malv percaya dengan kata-kataku barusan. Aku memutuskan kembali ke dapur untuk memastikan apakah makhluk itu sudah pergi atau belum, dan ternyata belum. Lukanya sayatan di badan nya sungguh membuatku ngeri, aku membayangkan betapa sakitnya itu. Tanpa berpikir lama aku mengambil mangkuk beserta tumbukkan untuk membuat ramuan penyembuh luka, setelah selesai aku mengambil kain untuk membersihkan darah dari sekujur tubuhnya. "Sebenarnya kau itu siapa? dan kau itu apa?" tanyaku sambil membasuh tangannya. setelah sudah ku berikan ramuan itu aku menyelimutinya dengan selimut akan ku biarkan ia tidur disini dan mengunci pintu dapur supaya Malv tidak masuk begitu saja dan melihatnya disini.
*****
Mentari bersinar terang, membuatku memaksakan membuka mata yang sedari tadi masih ingin terlelap. "Astaga, apakah ia keluar?" panikku mengingat bahwa di rumah ini tersembunyi makhluk mengerikan. Rupanya dugaanku salah, ia masih terbaring dengan selimutku yang sudah menjadi beberapa helai, setajam itukah sayapnya.
"Hei apakah kau tidak lapar?" makhluk itu melirik ke arah ku, ia menatapku lalu mulai bangkit dari posisi tidurnya itu.
"Aaaaku aku tidak menyakitimu, apakah kau lapar?" tanyaku kembali, tetapi ia tetap menatapku.
"Ohh aaaku tidak mengerti apa yang kau mau," ternyata ia menunjuk ke arah pintu.
"Kau ingin pergi? Baiklah tunggu sebentar aku harus memastikan kau aman." Aku berjalan menuju pintu dan saat ku buka-- disana ada Malv yang sedang berdiri. "Gawat Malv ada disana."
Sepertinya aku mempunyai ide. "Malv, kemarilah." Ia menghampiri diriku.
"Ada apa Diana?"
"Aku ingin meminta tolong sepertinya kayu bakarku kurang, apakah kau bisa mencarikannya untukku?"
"Tetapi kau tidak apa-apa sendirian?"
"Tolonglah Malv ini sudah pagi matahari sudah bersinar terang.
"Baiklah,"
Akhirnya Malv pergi menjauh masuk ke dalam hutan dan ku pastikan tidak ada warga desa yang melintas ataupun melihatnya.
"Aman, kau bisa keluar sekarang dan terbang sejauh mungkin, tetapi namamu siapa? apakah kita bisa bertemu lagi?"
Ia berjalan melewati pintu dan bersiap untuk terbang menjauh, ku kira ia tidak akan membalas perkataanku namun ternyata. "Aku Cartez," lalu ia terbang menjauh.
*****
Kembali ke- keseharianku, menjual kayu bakar di perbatasan desa Embrose dan Wyle di temani si bodoh Malv. "Ini kayu bakarnya, terimakasih." Malv menghampiri lalu mengeluarkan keahliannya. "Wah hari yang cerah, sepertinya kayu bakar mu akan laku Diana,"
"Tidakkah kau mempunyai pekerjaan yang lebih penting Malv?"
Saat sedang berbicara datanglah utusan kepala desa yaitu utusan Ayahnya si bodoh ini.
"Malv, kau di panggil Ayahmu!"
"Untuk apa?"
"Ada situasi darurat, kudengar iblis itu terlihat di hutan bagian utara."
"Baiklah, aku datang. Diana ku tinggal dulu ya, ada tugas memanggil."
Tunggu, tadi ia bilang Ayahnya maksudku kepala desa melihat Cartez di hutan bagian utara? Itu tidak jauh dari hutan tempat aku melihatnya untuk pertama kali, Aku harus kesana.
*****
Apa yang akan kalian lakukan jika makhluk tampan ini nyata? Hahahah kayaknya sih kalau aku bakalan aku museumkan:)
Sebenernya agak susah bikin cerita ini karena takut nyampur sama Vuelve, semoga saja tidak ya hehehhee.
Tinggalkan jejakmu di bawah sini:)
-SKY-
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Human
FantasyDiana Oceana(19) Sulit bagiku wanita sembilan belas tahun untuk jatuh cinta, hidup di perdesaan kecil yang membuatku mengenal semua lelaki disini. Cartez Altezza(20) aku hanyalah makhluk bersayap hitam besar dan berwajah manusia, jangankan manusia y...