Pencarian

27 17 9
                                    

      Saat itu juga Aku masuk kembali kedalam hutan untuk mencari tau apa yang telah terjadi sebenarnya, hanya dengan lampu lentera yang kupegang semakin dalam memasuki hutan. Terdengar seperti teriakan kesakitan, saat ku lihat disana ada seorang-- eh apakah aku harus menyebutnya seorang, maksudku makhluk bersayap seperti yang di ceritakan Malv saat itu sepertinya dia kesakitan. Apakah aku harus menghampirinya atau tidak. "Apa yang harus ku lakukan?" tiba-tiba makhluk itu melihat diriku yang sedang memperhatikan nya dari jauh, ia menatapku dengan amarah kupikir makhluk tersebut akan membunuhku segera namun ternyata ia mengepakkan sayapnya yang besar membuat seluruh dedaunan bergoyang lalu terbang menjauh. Malv datang menghampiri rupanya ia mengikutiku, tetapi apakah Malv melihat makhluk tersebut. 

"Malv sejak kapan kau ada disini?"

"Barusan kau sedang apa di dalam hutan ini Diana? aku mencarimu ingin berta," belum Malv selesai berbicara aku segera memotong perkataannya.

"Malv, kau melihat ada yang terbang barusan?"

"Terbang? apa yang terbang?" sepertinya si bodoh Malv ini tidak mengetahui tentang makhluk itu.

"Tidak aku tadi melihat seekor burung cantik, aku mencarinya kemari."

Malv menarik tangan ku. "Kalau begitu ayo, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

       Sesampainya di rumah ternyata dapurku sudah sebagian di tata rapih oleh Malv, tadi ia berkata ingin menanyakan sesuatu apakah tentang Makhluk itu, atau dia akan menggombal meminta bayaran atau sejenisnya. "Malv tadi katamu kau ingin bertanya sesuatu?"

Malv menoleh dan menunjukkan sehelai bulu hitam padaku. "Ini apa Diana?"

"Aku tidak tau Malv,"

"Ini bukan bulu burung biasa bahkan griffin pun tidak sebesar ini,"

"sungguh aku tidak tau,"

Malv memutar badan nya memunggungi diriku. "Berarti benar, iblis itu nyata adanya seperti yang dikatakan pak tua kepadaku." aku hanya terdiam mendengarkan perkataan Malv tentang makhluk yang ku temukan di hutan tadi. "Iblis itu sudah berani keluar hutan melewati perbatasan bahkan masuk ke dapur penduduk yang paling cantik dan aku cintai ini," Malv mulai lagi dengan perkataan nya yang nyeleneh tersebut.

"Sudahlah Malv, ini sudah menjelang malam lebih baik kau pulang, mungkin makhluk tersebut sudah pergi dan aku tidak apa-apa."

"Tenang saja wahai cintaku, Malv akan melindungi dirimu aku akan berjaga selama semalaman di rumahmu!"

"Terserah kau sajalah Malv yang penting kau tidak menggangguku dan kau harus berada satu meter dari depan pintu rumahku, jangan terlalu dekat jika tidak aku tak akan segan melemparkan panci besarku yang ada di dapur kepada dirimu." Malv langsung bergegas berjalan keluar.

"Diana apakah harus ku beritahu warga desa serta ayahku?" teriaknya dari depan pintu. Sejujurnya lebih baik tidak aku hanya takut mereka melukai makhluk tersebut dan aku masih sangat penasaran dengannya, tetapi jika tidak aku juga takut ia menghancurkan desa Wyle dan Embrose. "Sebaiknya jangan dulu, selama ia masih dalam kendali mengapa kau tidak mencari tahu sendiri?" teriakku membalas.

"Jika itu yang kau mau, baiklah besok pagi aku akan mencarinya!" lihatlah, Malv selalu mengikuti perkataan ku bahkan mungkin jika aku memintanya untuk lompat ke jurang ia akan melakukan nya, sayang aku tidak begitu jahat untuk melakukan semua itu.

       Malam semakin larut dan aku tidak bisa memejamkan mata ini, waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari aku masih saja terus memikirkan kejadian yang barusan ku alami, apa itu? dia siapa? dia apa? mau apa dia? dan dari mana dia berasal, sungguh pertanyaan itu terus memutari otakku bagaikan angin tornado.

Being HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang