Fatamorgana - 4

13.2K 1.4K 50
                                    

Ali melirik jam pada ponselnya. Ini sudah memasuki puasa ke 20, tapi tak pernah satu hari pun Ali mengulang kejadian pada waktu dulu. Contohnya, menjemput sang gadis di salah satu gedung stasiun TV, mendengar rengekan gadisnya untuk sahur di restoran cepat saji, mengantar dan menemani gadis cantiknya sahur di hotel yang menjadi tempat singgah sang gadis, atau bahkan mengirimi pesan romantis pun, Ali tidak melakukannya sama sekali.

Logika nya menolak, apalagi melihat banyak gosip dan pemberitaan yang tersebar di media sosial.

'Bego, Li. Dia cantik, baik dan terkenal, banyak cowok yang bisa gantiin posisi lo.' Ali meruntuk dalam hati.

Kamu tau aku rindu padamu, lebih dari yang kamu pikirkan.

---
Prilly mengatur nafasnya. Hari ini adalah tes yang akan menentukan kehidupan dia selanjutnya. Gadis itu meremas tangannya yang berkeringat.

Ting...

Prilly enggan mengambil ponselnya yang berbunyi. Mulutnya komat kamit menghafalkan rumus yang ia pelajari beberapa hari ini.

Ting...

Lagi - Lagi, ponselnya berbunyi. Dengan malas Prilly mengambil ponselnya.

Axel :
Pagi Pipi Tupai. Semangat tes nya. Aku tahu kamu bisa.

Me :
Makasih, Xel.

Prilly sudah menduga, pasti Axel yang mengirimkan pesan padanya. Ia pun melihat pesan kedua. Matanya berbinar seketika. Nama pria yang ia rindukan itu yang muncul.

Fatamorgana :
Tes yang bener, Prill. Masa depan lo ditentukan pada hari ini. #KataPagiAli.

Me :
Dilarang plagiat, woy!

Fatamorgana :
Emang gak boleh?

Me :
Big no!

Fatamorgana :
Tapi ngeplagiatin cinta lo yang besar gak apa apa kan?

Me :
Receh mz,-

Fatamorgana :
Hahaha. Udah sana tes dulu. Semangat, Pipi bakpao. ❤

Prilly mengigit bibir bawahnya gemas. Rasanya kebahagian kini membucah dari dadanya. Semangat nya meningkat berkali - kali lipat. Ia mendekap ponselnya erat. Kata - kata sederhana dari Pria nya selalu bisa membuatnya bahagia.

---
Prilly bernafas lega. Setelah 2 jam, akhirnya ia keluar dari ruangan yang mempunyai atmosfer mencekam itu.
Gadis itu mengambil ponselnya, menghidup ponselnya yang selama tes, ia matikan. Pesan pun berbondong bondong memasuki ponselnya.

Ting...
Ting...
Ting...

Prilly membuka ponselnya. Membaca satu persatu pesan yang masuk ke ponselnya.

Axel :
Gimana tesnya? Berhasil kan? Aku yakin kamu pasti bisa, pai.

Me :
Lancar kok.

-

Pasha :
Kamu habis tes? Gimana hasilnya?

Me :
Iyaaa. Hasilnya belum keluar.

-

Fatamorgana :
Gimana tes-nya? Bisa gak? Cupu lo kalau gak bisa.

Senyum Prilly merekah. Pesan dari sosok inilah yang sedari tadi ia tunggu.

Me :
Bisa dong. Gue mah hebat. Hahaha.

Fatamorgana :
Hebat lah, sampe gue aja bisa keleper keleper. 😂

Me :
Sehat, Li? Lo kira ikan zzz.

Fatamorgana :
Sehat sayang. Tumben kamu nanyain aku 😍

Prilly menepuk jidatnya pelan. Ia tak bermaksud begitu. Ia juga tahu bahwa Ali hanya bercanda. Tapi, rasanya ia ingin teriak saat ini juga. Sudah lama, pria itu tidak memanggil nya dengan sebutan spesial itu.

Me :
Kok najis?

Sebenarnya Prilly ingin membalas panggilan spesial dari pria-nya itu. Namun, tak mungkin juga. Kadang yang terucap tak sama dengan yang ada di hati.

Fatamorgana :
Najis? Tapi lo suka kan? Ngaku aja, sayang!

Prilly benar benar ingin teriak sekarang. Tadi selama dia kelas ia bagaikan kekeringan air, namun setelah membaca pesan dari Ali, rasanya air dingin menyirami seluruh tubuhnya.

Me :
Stop, Li! Nanti cowok gue marah.

Tanpa Prilly ketahui, mata Ali membulat. Jantungnya seperti maraton. Perasaan takut mulai menggrogoti hatinya.

'Cowok? Secepat itukah?'

---

Mencintai dalam diam adalah seperti menari takjim sendirian di antara kabut pagi di sebuah padang rumput yang megah dan indah. Dan meski tidak tersampaikan, tidak terucapkan, demi menjaga kehormatan perasaan, kita selalu tahu itu sungguh tetap sebuah tarian cinta. Semoga besok lusa bisa menari bersama dalam ikatan yang direstui agama, dicatat oleh negara.
-Tere Liye-

Pipi Tupai atau Pipi Bakpao?
#eh.

[Sabtu, 8 Juli 2017. 08.24]

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang