Fatamorgana - 40

8.6K 803 235
                                    

Saat kita terhenti. Kita menjadi sesederhana cukup, tak bisa lagi dari sekedar lebih. Maka dari itu kita hanya dapat cukup disini. Tak bisa lebih, mungkin. -Sefia, 05 2019.
▪▪▪


"Jimmy! Lagu hari ini MerindukanMu ya, punya nya D'masiv." Jimmy mengangguk saja menanggapi seruan Prilly.

"Rindu siapa?" Tanya Juli pada anak perempuannya. Prilly tersenyum miring lalu tertawa kecil.

"Ayolah, Jim. Mulai aja." Prilly menarik Jimmy memasuki studionya. Gadis itu menarik nafas dengan dalam, sebelum kamera dinyalakan.

Prilly membuka salah satu program yang ada di channel youtubenya. Gadis itu beberapa kali berusaha menenangkan hatinya, entahlah, jantungnya berdetak lebih cepat saat akan membawakan lagu D'masiv.

Prilly merasa sedikit tak tenang kali ini, setiap kata yang ia ucapkan selalu membawa sekelebat bayang tentang Dia.

"Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang sedang merindu. Jadi orang ini tuh pengen kayak sedih atau senang gue tuh maunya ada lu." Prilly sedikit menghela nafasnya, menenangkan rasa Rindu yang kian menggebu.

Rindu yang mengamuk, namun hanya dapat ditenangkan dengan tunggu. Berharap Dia juga tahu, bahwa selama ini rindu telah menjelma menjadi doa-doa yang terus dipanjatkan.

"Dengarkan aku, Ku merindukan-mu." Tak terasa Prilly telah usah menyanyikan lagu yang cukup dalam bagi dirinya. Matanya tampak berkaca, namun Prilly berusaha menyamarkannya dengan canda.

Tak bisa dipungkiri, saat lidah berucap bohong, mata tak pernah bisa bekerja sama dengan baik. Karena Mata adalah bagian yang paling jujur dari bagian tubuh kita.

"Ku merindukan-mu, Fatamorgana."

•••

"Gila! Menghayati banget, bro." Dewa menepuk pundak Ali setelah laki-laki berambut gondrong itu melepas headphone nya. Ali tersenyum miring menanggapi ucapan Dewa.

"Harus totalitas." Ali menghempaskan tubuhnya ke sofa, kedua tangannya ia letakan di belakang kepala sebagai sandaran.

"Totalitas atau..." Dewa mencoba menggoda Ali, pria itu cekikikan saat Ali tampak memejamkan matanya dengan erat.

"Totalitas, Wa. Semakin hari, kita harus semakin ikhlas melepas merpati terbaik yang kita punya." Ali tersenyum kecil mengakhiri ucapannya, berbicara tentang merpati, ia justru semakin memejamkan matanya dengan erat.

Bayangan itu menarik Ali masuk ke sebuah lorong kenangan. Lorong yang ingin Ali hapuskan, namun semakin ingin dihapuskan ia justru menarik semakin kuat.

 Lorong yang ingin Ali hapuskan, namun semakin ingin dihapuskan ia justru menarik semakin kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Merpatinya lucu." Prilly mengelus kepala merpati putih yang sedari tadi ia pegang.

"Lebih lucuan yang megang." Ali tersenyum jahil saat melihat muka Prilly mulai memerah.

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang