Bunga Kedua || Part 21

6K 251 13
                                    

"Hati-hati Sea" ujar Siska mengimbangi langkah kakiku kearah kamar mayat.

"Kenapa berhenti"

"Sea....."

Tubuhku gemetar. Aku menyandarkan tubuhku kedinding sebelah kanan kamar mayat.

"Sea... are u okay?" Tanya Siska.

"Hahahahah"

"Sea...." Siska cemas melihatku tertawa dengan air mata berderai. Otakku blank. Aku bahkan tidak tahu harus apa.

"Apa kita tidak salah ruangan" tanyaku berusaha melawan kewarasanku.

"Sea........" Siska memegang bahuku.

"Coba kita lihat ke sebelah sana. Mungkin kita salah. Kau tahu.. haha aku lagi panik" racauku.

Siska meremas tanganku.

"Oke akan kubuktikan kita salah ruangan"Tanpa menanggapi semua celotehan Siska aku memasuki ruang mayat.

Sialnya aku melihat Papa dan Mama mertuaku disana. Berdiri didepan sebuah kantong mayat berwarna hitam.

"Sea...." lirih Mamaku dengan mata sembab.

"Mama... ini...." aku memandang kearah tubuh kaku mayat lelaki. Suamiku. Lebih tepatnya mantan suamiku.

"Siapa ini Ma?" Pertanyaan konyol.

"Sea... sayang....."Mama kembali terisak.

"Dia Wade... kok begini?" Lagi-lagi pertanyaan konyol.

Papa membawa Mama keluar ruangan.

"Dasar jahat. Bukan ini yang aku mau Wade. Aku rela cerai denganmu bukan untuk ini. Bukan acara mati seperti ini. Bangun Wade. Gak lucu tau. Katanya mo jaga Cath. Mo jaga bayinya. Kok kamu malah tidur. Bangun bodoh"

"Tahu begini... aku tidak akan cerai denganmu... " raungku.

.
.
.
.
.
.

.........

"Buka matamu Cath. Anak itu begitu lucu. Laki-laki" ujarku didepan mayat Cath dikamar mayat yang sama dengan kamar mayat Wade 3 bulan lalu.

"Kamu dan Wade sama saja. Jahat.... seharusnya orang jahat matinya lama bukan??? Seharusnya orang sepertiku ini yang cepat mati"

"Kamu setuju kan????" Cerocosku.

Flashback (5 jam lalu)

"Bertahanlah Cath... Tarik nafasmu. Buang perlahan. Aku yakin kamu kuat dan bisa. Kamu kuat Cath" kugenggam kedua tangan Cath yang meringis memegang perutnya.

Mobil ambulans terus melaju membelah sore yang lumayan macet.

"Cath... ingat... kamu harus bertahan demi anak ini" celotehku. Aku sudah menutup kewarasanku untuk bungkam. Aku terus menyalurkan semangat pada Cath.

"Aku wanita tersedih. Melahirkan tanpa didampingi suami. Aku malah didampingi wanita yang pernah aku sakiti"

"Cukup Cath... ".

Perawat menurunkan tubuh Cath. Mendorongnya menuju ruang persalinan.

"Mohon tunggu diluar ruangan mbak" ucap Suster ramah. Aku mengangguk.

.....

"Buk... perusahaan kita gagal tender. Perusahaan cabang terancam bangkrut. Investor lebih tertarik dengan Galang Corp" ujar Mia.

Aku hanya menatap Mia nanar.
Mia memelukku.

Aku bahkan lupa bagaimana caranya menangis.

"Keluarga Ibu Cathrine" panggil suster.

Seolah nyawa baru saja ditiupkan. Tubuhku berjalan menuju Suster.

"Ibu... kami fikir keduanya tidak bisa diselamatkan lagi. Ibu Cath sudah kehabisan tenaga dan darah. Sementara bayinya masih tersangkut diantara jalan masuknya"

"Ap..apa... tolong Sus selamatkan keduanya. Boleh saya masuk Sus?"pintaku pilu.

"Resikonya sangat besar. Apa ibu yakin??"

Aku melirik Mia. Mia mendekatiku. Aku mengangguk.

"Bukkk....." Mia mengelus bahuku. Aku memasuki ruangan persalinan. Cath pucat.

"Oh tuhan selamatkan keduanya. Selamatkanlah Cath dan bayinya" bathinku. Kugenggam tangan wanita itu.

"Ingat Cath. Berjuanglah untuk anak ini? Tetap hidup Cath" bisikku ditelinganya.

 Berjuanglah untuk anak ini? Tetap hidup Cath" bisikku ditelinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapkan ruang operasi sekarang" seru Dokter.

"Apa-apaan ini"bathinku.

"Maaf buk." Suster membawa tubuh Cath ke ruang operasi di sebelahnya.

"Ya Tuhan..... selamatkanlah mereka berdua. Jangan ambil mereka ya Tuhan. Tunjukkanlah kebaikan hatimu saat ini"

"Ya Tuhan .... apa permintaanku terlalu berat? Selamatkanlah siapapun yang pantas diselamatkan ya tuhan. Jangan ambil keduanya"

"Aku berjanji....."

......

BUNGA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang