Pricilia Cyhani Putri

72 15 20
                                    

Halooo.
Panggil saja aku Kanjeng Roro/Roro saja.
Saya penghuni baru Wattpad. Mohon bantuannya jika saya salah dalam penulisan pertama saya.
Maaf Roro tidak menyediakan Prolog.

Selamat membaca.
*****

Author Pov.

"URUSI SANA AYAH MANJA MU ITU, KAU KAN SUDAH DEWASA. SANA PERGI!" teriak Ana.

"Tapi Ma, kondisi ayah makin memburuk, Hani gak punya uang buat biaya berobat ayah. Hani mohon, pinjamkan Hani uang, Hani janji akan kembalikan uang itu Ma," rengek Hani yang sudah terduduk di lantai memohon kepada Ana, yaitu Ibunya.

"Kenapa aku yang repot repot mengeluarkan uang! Biarkan saja dia mati!" Teriak Ana.
Hani yang mendengar kata Mati, tentu saja langsung menggeleng dengan perkataan mamanya,

bukannya perkataan itu adalah sebuah doa?

***

Ke esokan harinya, kondisi ayah Hani semakin parah, Hani bingung harus bagaimana untuk menolong ayahnya yang sudah sangat parah.

Masalahnya dia belum bekerja dan masih sekolah kelas 2 Sma.
Di tambah lagi Ibunya sudah tak peduli dengan Ayahnya dan sibuk berselingkuh dengan orang lain yang tidak tahu malunya dia juga mempunyai seorang istri.

Betapa tidak tahu malu, selingkuhan mamanya itu, apakah masih kurang? Lalu, kenapa Ibu kandungnya sangat gila terhadap Uang. Jikalau dia  bisa. dia akan menumpuk uang sebanyak banyaknya yang dia mau. Tapi nanti, belum saatnya.

Kenapa ibunya sangat tidak sabar, dan Rakus sekali. Kenapa tidak menunggu Hani saja, sebentar saja.

"Pergilah sekolah Haniku, jangan khawatirkan Ayahmu ini," lirih Jason yang sudah berwajah pucat dan berbaring di kasur lusuhnya.

"Tapi ayah, Hani gak bisa ninggalin ayah gitu aja. Hani tidak usah sekolah aja. Soal, surat izin bisa Hani Atur," ucap Hani.
Jason yang mendengar langsung menggeleng tidak menyutujui perkataan Hani.

"Jangan membantah Hani! Pergilah sekolah, pendidikan adalah Nomer satu." Putus Jason.
Hani terdiam, tidak bisa berkata kata lagi, ayahnya sungguh keras kepala sekali.

Jika bukan Ayahnya, mungkin Hani sudah membantah lagi.

***

Setibanya Hani di sekolah, seperti biasa Hani melangkah hati hati melewati koridor menuju kelasnya yang jelas sudah banyak siswa siswi di sisi koridor.

"Woyyy, Hani!" Teriak Laras.

Hani yang sudah biasa di panggil seperti itu menarik nafas panjang, sekarang semua mata melirik Hani, menjengkelkan sekali Sahabatnya itu. Bikin malu saja.

"Huh! Kenapa gak berhenti si, di panggil juga dari tadi." Gerutu Laras yang sudah di depan Hani, sambil mengatur nafasnya yang tersengal senggal akibat berlari.

"Udahkan ngomelnya, ayo ke kelas." Putus Hani dan Laras pun memberengut sebal sambil menyumpai serapah Hani yang berjalan di depannya.

Sepanjang perjalanan ke kelas, semua pasang mata menatap sepasang sahabat tersebut dengan benci. Tapi, emang rasanya sudah biasa dengan kondisi ini dan seperti halnya makanan sehari hari.

"Btw, ada Pr gak Han?" Tanya Laras. Hani menoleh,

"Gak ada," jawab Hani seadanya.

"Ish, pendek banget jawabnya." Sebal Laras, Hani memutar bola mata jengah.

"Terus, nape?" Lagi lagi Hani menjawab sangat irit.

"Pakek basa basi kek, atau apa kek. Flat banget, berasa kayak ngomong ama tembok gue." Gerutu Laras.

"Lah, gue kan jawab sesuai ama pertanyaan lo, salah lagi gue!" Sebal Hani. Dan Akhirnya Laras terbelalak kaget dengan sikap Hani pagi ini. Aneh,

Tapi yang terpenting bagi Laras adalah hari ini tidak ada PR! Hari ini. Bahagia itu sederhana bukan?

Masalahnya, Laras yang notabennya ber otak biasa. Tiba tiba saja terjebak di kelas yang semua murid di dalamnya ber otak layaknya profesor, termasuk Sahabatnya juga. Itu adalah cobaan tersendiri bagi Laras.

Betapa malangnya dirimu Laras,

*****

Btw, maaf ya, jika kurang nyaman dalam membaca ceritaku.
Oh iya! Disini aku makek bahasa gaul dan baku di percakapan nantinya. Kalo, pakek bahasa baku trs. kayak kurang asik, dan aneh kalo di bacanya nanti. Dan bisa bisa bikin bosen, hehe.

aku juga blm kasih Cover kan ya, btw ada yang mau buatin Cover cerita saya? Wkwkwk. *plak* tenang saja Cover menyusul jika saya tidak terjangkit virus Mager, hehe.

Makasih sudah membaca, dan mampir di cerita saya yang absurdnya luar biasa.

Salam,
Kanjeng_Roro.

WDIDW (What did I do wrong?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang