Saat Semua Dimulai

380 26 1
                                    

Sekujur tubuhku terasa panas dan perih, aku bisa merasakan lumpur di sekujur tubuhku. Aku bersusah payah keluar dari kubangan lumpur yang cukup dalam ini.

Kakiku kram, aku tidak bisa berjalan jauh, aku hanya bisa mencari tempat duduk yang kurasa aman.

Tanah ini benar-benar lain, aku tidak pernah melihat yang seperti ini di kota tempat ku tinggal. Disini, penuh dengan hutan lebat berbanding terbalik dengan di kota penuh dengan gedung melayang dan semua teknologi.

Tapi aku lupa dimana aku sekarang, entah bagaimana aku masih ingat asalku tapi aku lupa kenapa aku bisa ada disini.

"Aku harus mencari air " ucap ku.
Sejauh mataku memandang hanya ada hutan, hutan, lalu hutan dan aliran lumpur yang mengalir perlahan entah menuju kemana.
" Tempat macam apa ini? " ucap ku lagi.

Sayup-sayup terdengar suara orang berbicara yang ku harap mereka adalah orang baik.

Ctass

Terdengar suara seperti cambukan di ikuti suara teriak kan. Kurasa mereka bukan orang baik.

"Ayo cepat lah jalan, tidak akan ada cambukan kalau kau berjalan lebih cepat " ucap suara laki-laki menggelegar.

Langkah mereka makin dekat, aku tidak bisa bergerak" aku harap mereka tidak melihatku".

"Tuan coba lihat kesini, ada makhluk aneh berlumuran lumpur ".

'Habislah aku, mereka menemukan ku'.

Yang ku lihat adalah seorang laki-laki bertubuh besar dengan mantel bulu kumal yang sangat tebal berjongkok di hadapan ku.

" Beri aku air " ucap laki-laki itu pada orang di dekat nya.

Ia menyiram muka ku dengan air" tunggu sebentar makhluk aneh, aku ingin melihat wajahmu "ucapnya sambil mengusap wajahku dengan jari tangan nya yang besar.

" Sudah ku duga, ini barang langka, ini akan di hargai sangat mahal " ucapnya dengan mata berbinar.

" Semahal itu kah? Kalau begitu aku akan ambil tali untuk mengikatnya" ucap suara seseorang.

"Budak budak bodoh seperti kalian tau apa, berikan aku obat bius".

"biar aku sendiri bawa yang satu ini, tidak boleh lecet sedikit pun " ucapnya, sembari membekap ku dengan kain.

ia mengangkat ku seperti mengangkat sebuah buku tipis yang ringan.

" Makhluk apa itu tuan " tanya seseorang.

" Ini makhluk atas " ucap laki-laki itu seiring dengan kesadaran ku yang makin padam.

***

Aku telanjang.

Laki-laki yang tadi membiusku sudah membawa pakaian ku pergi, dan memberikan gelas berisi cairan wangi yang ku tebak adalah sabun dan satu sikat besar yang tidak pas untuk sikat gigi.

"Aku harus apa? " tanya ku, jujur aku sangat takut dan bingung.

Di sekeliling ku hanya ruangan gelap dan di tengah nya ada jalan setapak berdebu yang mengarah ke satu - satunya ruangan berpenerangan.

" Pergilah ke situ dan mandi, pastikan benar-benar bersih, atau aku yang akan memandikan mu " ucapnya sambil menunjuk ruangan tadi.

Aku hanya menurut, meskipun seluruh tubuhku terasa pegal dan perih aku tetap berusaha berjalan ke tempat mandi.

Ku hidupkan keran air dan merasakan air mengalir ke kepala lalu ke seluruh tubuhku melunakkan lumpur kering di tangan, kaki, juga punggung.

Ku gosokan sikat ke pahaku mencoba membersihkan lumpur tebal yang masih di sana dan agak sulit terlepas, namun bukannya terlepas, pahaku yang memang sudah terasa perih malah makin terasa sakit jadi aku hentikan menggosok dengan sikat dan membiarkan air perlahan mengikis nya.

Storm Lake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang