30. She's back

75.8K 3.6K 7
                                    

William Anderson

Aku meregangkan tubuhku setelah lelah bekerja. Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Lily menciumku. Ketika aku hendak turun ke bawah menemuinya, teleponku berdering ada panggilan masuk.

"Ya" kataku menjawab telepon.

"Pak, ada seseorang yang ingin bertemu bapak" kata resepsionis tersebut.

"Ya siapa dia?"

"Katanya sudah memiliki janji dengan bapak, ia dapat informasi ini dari Pak Jackson" katanya.

Hah?! Romeo ini, dengan siapa ia mengatur jadwalku bertemu hari ini.

"Baiklah antarkan ke ruanganku" kataku lalu menutup telepon.

Ketika pintu di buka, aku masih berkutat dengan laptopku hingga resepsionis tersebut berbicara.

"Permisi pak"

Aku mengalihkan pandanganku.

Sial!!! untuk apa wanita itu ada disini. Hatiku panas, aku tidak suka keberadaannya disini.
Aku masih menatapnya lekat. Mau apa lagi dia kemari?

"Hai Liam" ia tersenyum. Aku masih menatapnya tajam dari tempat dudukku. Resepsionist itu berlalu meninggalkan aku berdua dengannya.

"Ada perlu apa? Apa yang kamu inginkan? Aku tak punya banyak waktu" kataku dingin.

"Liam.. mengapa kamu begitu dingin padaku!" Ia mulai maju dan duduk di hadapanku.

Aku masih menatapnya lekat, seandainya ia bukan wanita, sudah aku usir dengan kasar dari ruanganku saat ini. Aku menghela nafasku dan bersandar di kursiku dengan mataku yang masih menatapnya tajam.

"Liam... aku minta maaf.. aku tahu aku salah, aku meninggalkan pertunangan kita, aku... aku menyesal.. " ia mulai menangis.

"Keluarlah, aku tidak ingin mendengar apapun darimu" kataku lalu kembali menatap ke laptopku.

"Liam ku mohon." Ia menyentuh tanganku. Aku menarik tanganku agar terlepas dari genggamannya.

"Ku rasa tidak ada yang perlu ku katakan setelah apa yang terjadi, ku rasa semuanya sudah jelas, silahkan keluar" kataku mengusirnya.

"Aku ingin menjelaskannya padamu. Ku mohon dengarlah. Aku memang bodoh meninggalkanmu demi karirku dan laki-laki itu, ku mohon Liam. Aku mencintaimu." Ia masih terisak.

"Pergilah, sebelum aku memperlakukanmu secara kasar." Kataku.

"Liam.. ku mohon.." aku menatapnya tajam.

Ia menghapus air matanya lalu berkata.
"Baiklah, aku akan menemuimu lagi nanti" ia lalu berjalan keluar dari ruanganku.

Aku segera menelepon resepsionis tadi dan aku memarahinya serta memerintahkannya untuk tidak mempersilahkan wanita itu menemuiku kembali atau jika tidak ia akan kehilangan pekerjaannya.

Disaat aku sudah melupakannya dan sudah bahagia bersama Lily mengapa dia datang. Wanita itu membuat kepalaku pusing saja, saat ini aku hanya ingin bertemu lily. Aku akan mengajaknya makan siang di luar hari ini.

______________________________

Lily Spencer

Aku kembali ke meja ku setelah menyapa Jessy dan bibi Celia di dapur. Aku sudah duduk di hadapannya, namun ia masih melamun. Ia mengajakku makan siang diluar hari ini. Hari ini sepanjang perjalanan ia lebih banyak diam, apa yang di pikirkannya? Aku dengar hari ini ia memarahi semua orang yang masuk ke ruangannya.Apa ada sesuatu yang terjadi dengannya?

"Hei" aku menyentuh tangannya yang masih memutar garpu di spagethi nya.

"Ada apa? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanyaku sambil meminum ice chocolateku.

Ia kembali dari lamunannya.

"Hmm tidak, aku sedang banyak pekerjaan." Katanya lalu tersenyum.

Jessy datang menghampiri kami membawakan dessert ice cream dan duduk di sebelahku di antara kami. Aku bahkan belum memperkenalkan sahabatku ini secara langsung.

"Liam perkenalkan, ini sahabatku dan saudaraku, Jessy. Jess ini Liam" aku tersenyum.

"Lily banyak bercerita tentangmu-" aku langsung refleks membungkam mulut Jessy dengan kedua tanganku. Mataku memberikannya isyarat untuk tidak bicara.

Liam tersenyum dan mengambil tanganku yg membekap mulut Jessy.

"Kau ini tidak sopan menutup mulut seseorang yg sedang berbicara. ayo lanjutkan.."katanya tersenyum. Akhirnya aku melihatnya tersenyum seperti itu.. tanpa sadar akupun tersenyum karenanya.

Jessy meledekku dan hendak kembali bercerita pada Liam. Tamat sudah riwayatku, mau di letakkan dimana mukaku jika Liam tau aku menceritakan semuanya pada Jessy.

"Ada apa Jess?" Tanya Liam. Aku sibuk menunduk dan mengaduk ice chocolate ku. Habislah aku. Aku tidak berani menatap mereka. Aku hanya ingin menghilang atau menjadi sangat kecil saat ini..

"Ahahahha tidak apa-apa, aku hanya ingin mengatakan Lily sudah menceritakan perihal pertunangan kalian" Jessy menyenggol sikuku dan tersenyum penuh arti menatapku. Huft.... selamat aku!

Aku lalu tersenyum bodoh menanggapinya. Dengan tatapan mata awas-kau-jessy aku masih mengaduk ice chocolate ku.Jessy selalu saja suka menggodaku.

"Permisi aku akan kembali membantu di kasir, silahkan menikmati hidangan penutupnya! gratis untuk kalian berdua!" Jessy berlalu dan mengedipkan matanya padaku.

"Hmm.. Liam.." aku hendak bicara perihal acara ulang tahun perusahaan yang akan dirayakan meriah di akhir minggu ini. Namun bukan itu yang menjadi permasalahannya. Ayahku bilang bahwa ia berencana akan mengumumkan perihal pertunangan kami di acara tersebut. Namun semua seperti dejavu saat aku bersama Teddy, jadi aku hendak berbicara perihal ini pada Liam terlebih dahulu.

"Hmm ada apa?" Liam menatapku.

"Hmm... perihal... perihal acara ulang tahun perusahaan minggu ini.." aku kembali terdiam. Bagaimana merangkai kata untuk menjelaskan semuanya pada Liam?

"Maksudmu acara pertunangan kita?" Tanyanya.

"Hmm... iya.. ap ap apa kau keberatan jika pertunangan tersebut tidak diumumkan??" Aku menghela napas lega ketika sudah mengucapkan kalimat tersebut.

"Ohhh... ternyata ini yang kau ingin bicarakan? Kau takut? Aku akan menjaga diriku dan aku akan pastikan kita akan menikah sesuai dengan rencana kita" Liam tersenyum.

Aku masih gugup, aku hanya memainkan kuku dan jariku, kebiasaanku ketika gugup. Aku takut, ya aku takut kejadian yang dahulu terulang kembali. Aku masih bisa merasakan bahagianya aku saat pertunanganku di umumkan, semua orang memeluk dan mengucapkan selamat padaku, aku mulai memejamkan mataku saat aku kembali teringat kejadian dulu.

Aku tersentak ketika sebuah tangan menggengam tanganku yang mulai gemetar itu. Aku melihat Liam memegang tanganku.

"Kamu tidak perlu takut, jika dengan tidak mengumumkannya kamu merasa lebih nyaman, aku akan bicara pada ayahku perihal itu." Ia mengusap punggung telapak tanganku.

Aku langsung tersenyum lega mendengarnya.

"Tetapi jangan pernah berpikir kamu bisa kabur dari pertunangan ini ya, aku tidak akan pernah melepaskanmu!" Liam tersenyum dan menyentuh pipiku dengan punggung tangannya.

Liam, bagaimana aku melarikan diri jika aku sudah membiarkanmu masuk dalam hatiku. Aku mengangguk dan tersenyum.

Perfect wedding (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang