Sebenarnya yg di mulmed gak sesuai sama adegan part ini sih, tapi anak cowok sama anak cewek itu pemeran Adit-Aira kecil.
BAGIAN 3
Dia, 9 Tahun Lalu
April, 2008
Suara tuk tuk tuk terus terdengar dari dapur. Ditumbulkan oleh sepasang anak laki-laki dan perempuan yang asyik mengaduk adonan sejak setengah jam yang lalu. Di depan mereka, duduk seorang wanita paruh baya yang juga sibuk menuang adonan ke sebuah loyang, lalu memasukkannya ke oven yang panas.
“Bunda, ini udah belum?” Si gadis kecil mengangkat tongkat pengaduk dengan ujung jarring-jaring merahnya, adonan yang cukup kental terlihat menetes.
“Hmm… kocok lagi deh, sayang. Lebih cepat yah. Sampai lebih kental lagi, dan warnanya biar lebih pucet lagi dari ini.” Komentar wanita yang dipanggil bunda itu.
“Okeh!” Alya, si gadis kecil, mulai menggerakkan lengannya lagi dengan semangat.
“Kalau punya Adit udah bagus. Sini,” Bunda meraih mangkok besar yang sejak tadi diaduk si anak laki-laki. Ia kemudian menuang adonan baru it ke Loyang lain yang masih kosong. “Masih mau gak?” Tanya Bunda
Adit mengangguk.
Bunda mengulas senyum, lalu dengan lincah ia mencampurkan telur, gula pasir dan cake emulsifier ke dalam mangkok besar yang tadi, lalu mengocoknya dengan cepat sambil diopor ke Adit. Anak laki-laki itu melanjutkan aksi itu sementara bunda memasukkan bahan-bahan yang lain sedikit demi sedikit ke dalam adonan.
“Nih, Bunda.” Alya menyerahkan mangkok miliknya sambil melap keringat di kening dengan punggung tangan. Tangannya terasa pegal setelah mengaduk 2 mangkok adonan.
“Pinter.” Puji Bunda saat mengambil adonan yang dibuat Alya. “Alya udah capek?”
Alya menegakkan tubuh, “Enggak kok. Bunda masih mau bikin lagi, kan? Alya masih sanggup.” Ucapnya mantap. Ia ingin mengalahkan Adit yang kini juga sudah hampir menyelesaikan adonan keduanya.
Lidya, wanita yang sejak tadi dipanggil Bunda, mulai mencampurkan adonan lagi. “Alya kok gak mau main sih, sama saudara-saudara yang lain? Malah bantuin bunda di sini?”
Alya menerima mangkok yang disodorkan Bunda Lidya sambil mengocok adonannya dengan cepat, “Main kejar-kejaran kayak gitu?” Gadis kecil itu memicingkan pandangan kea rah pintu belakang yang memperlihatkan anak-anak seumurannya dan beberapa yang lebih kecil dari dirinya sedang berkejar-kejaran di halaman belakang. “Buang-buang tenaga” komentarnya.
“Yaudah, nonton tv. Adra sama Agnes lagi nonton kartun tuh, di depan.”
“Buang-buang waktu.” Komentar Alya lagi. Matanya fokus pada adonan di depannya. “Lagipula, Alya suka bikin kue. Biar bisa langsung nyicip.” Ucap gadis itu dengan senyum lebar. Aroma kue hangat yang menyapa indra pembaunya terasa harum sekali.
Lidya tertawa. Dicoleknya pipi gadis kecil itu dengan jari yang penuh tepung.
“Iiih.. bunda.” Alya memprotes seraya menghapus noda putih di pipinya dengan lengan baju.
“Kalau Adit?” Mata Lidya kini beralih pada anak laki-laki di samping Alya. “Kenapa di sini? Gak main?”
“Ngomong aja dia males, gimana ada yang mau ajak main. Lemes gitu.” Alya yang menyahut. Ia mendorong lengan anak laki-laki pendiam di sampingnya. Dan benar saja, anak laki-laki itu sudah hampir terjatuh ke samping.
“Alya, jangan diganggu dong Aditnya. Ak boleh gitu. Kalian kan saudara.” Nasihat Lidya. Sementara Adit masih diam, tidak memprotes. Aktivitas mengaduk adonannya tetap ia laksanakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Angel
Novela JuvenilCover by @syuuble Aira meminta bantuan Adit untuk jadi pacar pura-puranya agar bisa lepas dari Cakra. Aira memilih Adit karena Adit adalah sahabatnya di Panti 8 tahun lalu. Aira selalu suka menggoda Adit dan melihat reaksi malu cowok itu. Padahal d...