Suara erangan peralatan medis memenuhi sebuah ruangan berdominasi hijau. Seakan menjadi musik yang menemani pembicaraan dua orang lelaki paruh baya ditengah oprasinya dengan pakaian khas seorang dokter bedah, dikelilingi oleh lapisan kaca yang menampilkan oprasi tersebut dengan beberapa peneliti yang menyaksikannya. Mereka menganggap kegiatan membelah tubuh menusia seperti drama opera romantis.
Seonggok mayat seorang gadis berumur kira-kira 16 tahun terlentang tak berdaya di atas meja oprasi. Wajahnya pucat begitu juga telapak tangan dan kakinya. Jantungnya tak berdetak dan pupil matanya sudah tak merespon cahaya. Gadis itu telah dinyatakan meninggal beberapa jam sebelumnya.
Prosesi pemakamannyapun sudah selesai digelar. Pemakaman yang mengharukan untuk sebuah mayat yang tak dikenal. Keluarga dan para sahabat gadis ini menangisi mayat orang lain, berdoa di kuburan orang asing. Sungguh sebuah kebenaran yang menyakitkan untuk diketahui.
Bukan perkara gampang untuk mengambil sebuah mayat dari rumah sakit ternama di kota ini, tapi berkat keteguhan hati profesor—dan beberapa juta rupiah tentunya—mayat ini kini dioprasi secara tak bermoral sama sekali.
Projek "D-04" kependekan dari "Death-04" adalah usaha untuk menghidupkan manusia yang sudah mati. Menarik kembali nyawa manusia yang sudah berpindah alam dan menentang takdir Tuhan, perbuatan yang tabu untuk dilakukan manusia. Tapi, bagi seorang profesor yang sudah dianggap gila, perbuatan sejenis ini sudah sering ia lakukan.
Lagipula, sebagai penganut ateis ia tidak peduli dengan eksistensi Tuhan, takdir ia anggap berita burung dan mukjizat Tuhan adalah kebetulan belaka.
Dan, dalam percobaan keempat ini ia yakin ia akan berhasil. Logaritma dan peluang matematikanya menyakinkan hal itu.
Kunci kesuksesan oprasi tabu ini adalah sebuah cairan super yang ditemukan rekannya sendiri, profesor yang juga sedang berada di oprasi tersebut. Sama-sama seorang maniak gila sains tapi berbeda dengan orang si profesor gila, pria paruh baya ini adalah seorang direktur perusahaan besar.
Sponsor dari segala percobaan gila rekannya sendiri.
Cairan tersebut bahkan bisa membuat seorang manusia menjadi pengendali beberapa elemen. Sebuah percobaan sukses yang dibanggakan seorang Dian Sastrowardoyo, ilmuwan gila penggagasnya—rekan sang direktur.
Dengan cairan super dan perhitungan matematikanya, profesor Dian yakin dapat menghidupkan gadis ini kembali.Beberapa peneliti di luar kaca sedang sibuk mengobrol, tentang siapa identitas gadis malang itu, mengapa ia meninggal di usia yang sangat muda bahkan membicarakan sebuah gosip tak sedap tentang malpraktek dan kenyataan bahwa dokter bedah yang bertugas mengoprasi gadis tersebut adalah seorang psikopat berhati dingin. Hanya sedikit yang membicarakan jalannya oprasi atau tentang eksistensi profesor Dian, sang profesor gila yang ateis.
"Kudengar ia meninggal dalam oprasi pengangkatan appedincts", ucap seorang peneliti berkaca mata. Netra matanya menatap fokus ke arah oprasi tersebut.
"Nasib yang malang. Saat kulihat di profil pasien ia terbilang cukup muda." seorang wanita berumur tiga puluhan menatap nanar, merasa kasihan pada korban kegilaan profesor Dian.
"Dan cantik—jangan lupakan itu. Gadis malang itu memiliki mata yang indah. Sesuai seleraku," seorang lelaki yang terbilang cukup muda menambahkan. Membuat profesor wanita yang disebelahnya mengeryit jijik, tapi memaklumi sifat lelaki itu. Efek jomblo, pikirnya begitu.
"Aku berharap projek ini berhasil, aku tak ingin tubuhnya dibuang ke parit dan
bukannya dikuburkan dengan semestinya""Ini percobaan keempat, aku sendiri tak bisa membayangkan seorang Profesor seperti Dian akan mengalami kegagalan keempatnya. Tiga kali gagal sudah cukup baginya." dengungan obrolan bersahut-sahutan kembali. Memperkirakan hasil oprasi tersebut, sudah beberapa jam sejak oprasi dimulai dan hasilnya masih belum terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Short StoryBukan keinginan Thania untuk mati dalam oprasi yang dijalaninya, juga bukan keinginannya untuk dihidupkan kembali oleh profesor dari organisasi rahasia... Semuanya berjalan tidak seperti yang ia inginkan. Pada akhirnya ia harus memutuskan tentang ma...