Sinar matahari terbit dari timur diiringi dengan hembusan angin pagi yang sejuk. Menenangkan perasaan setiap orang yang bangun pagi itu. Tetapi hal ini berbeda dengan apa yang dirasakan Gregg. Tatapan mata yang kosong, kantung mata yang menghitam tanda ia tidak mendapatkan tidur yang cukup semalam. Gregg terjaga semalaman karena rasa takut yang tidak kunjung berhenti menghantuinya. Bahkan kicauan burung di balik jendela kamarnya terdengar seperti pesan kematian. Ia membayangkan jika dia akan dibunuh oleh penyihir yang baru saja dia kalahkan kemarin dan eksistensi Gregg serta saksi mata pembunuhan yang dilakukannya akan dimusnahkan dari ingatan semua orang. Tetapi itu lebih baik daripada diculik lalu dijadikan kelinci percobaan. Memikirkan itu saja membuat dirinya semakin stress. Gregg menggaruk-garuk kepalanya, baru pertama kali ia menyesal menjadi pemenang suatu pertarungan. Mungkin sebagian dari kalian merasa rasa frustasi ini berlebihan, tetapi jika kalian merasakan sendiri hal yang serupa mungkin kalian akan mengerti.
Semalaman Gregg berusaha untuk menutup matanya sesaat agar dapat tertidur, namun insting petarungnya membuat Gregg tetap terjaga hingga akhirnya sekarang dia hanya terduduk diam di ranjangnya tanpa istirahat semenit pun. Ayahnya memanggilnya dari dapur untuk sarapan sebelum dia pergi ke kota untuk mengisi stok makanan di rumah. Gregg bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke dapur dengan langkah tertatih-tatih. Sesampainya di dapur, dia langsung duduk di bangku tepat di depan sarapan yang telah disediakan oleh ayahnya yang sedang membaca koran di hadapan Gregg. Ayah Gregg melipat korannya melepas kacamata kemudian menatap Gregg
"Gregg! Ada apa denganmu? Kau terlihat seperti mayat hidup!" kata ayah Gregg syok, berdiri dari tempat duduknya.
"Masa sih?" balas Gregg dengan suara datar dan mulai menyantap sarapannya tanpa menunggu balasan dari ayahnya.
Ayahnya menghela napas "Kau tidak habis berbuat masalah yang membuatmu tidak bisa tidur semalaman kan?"
Gregg tersentak, pertanyaan ayahnya sungguh tepat mengenai sasaran, Gregg langsung menjawab dengan grogi
"Ti-tidak kok, tidak ada"
"Baiklah, ayah ada urusan sebentar, daftar belanja dan uangnya ada di ruang tengah, dan jangan lupa kunci pintu saat kau pergi, ayah pergi dulu ya"
Ia berdiri lalu berjalan keluar rumah dan Gregg melanjutkan sarapannya. Pertanyaan ayahnya membuat jantungnya berdebar, kesegaran yang melebihi kesegaran pagi hari meluap dalam dirinya, mungkin efek dari adrenalin yang terpacu tapi bagaimana pun tidak ada yang boleh mengetahui hal ini.
*****
Duduk di bangku taman, Gregg meletakkan belanjaannya di sampingnya dan mengecek kembali belanjaannya apabila ada yang kurang atau terlewat. Meskipun Gregg paling malas jika disuruh belanja, Gregg sangat senang bila uang belanja yang diberikan oleh ayahnya melebihi biaya yang dikeluarkan. Ayah Gregg tidak akan keberatan jika uang lebih itu dihabiskan oleh Gregg. Terlebih lagi untuk hari ini uang jajan yang Gregg dapatkan lebih banyak dari biasanya. Tanpa pikir panjang Gregg langsung berjalan menuju toko manisan yang biasa ia kunjungi, membuatnya terlupa akan ketakutan yang menghantuinya semalaman.
Gregg sampai di toko manisan favoritnya dan tak seperti biasanya penjaga toko tidak berada di kasir melayani pelanggan. Bibi penjaga tokoh itu sedang berbincang dengan pengunjung. Gregg menghampiri keduanya dan berakhir turut campur perbincangan 2 orang itu.
"Bibi, ada masalah apa?" tanya Gregg.
"Eh, kau Gregg. Ini orang pagi-pagi sudah bikin bibi naik darah saja!" jawab bibi penjaga toko itu kemudian memberi Gregg penjelasan permasalahannya.
"Oh... Jadi orang ini lupa membawa uangnya." kata Gregg sambil mengangguk kepalanya
"Ya! Dan dia masih ingin mengambil barangnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unholy Sword
FantasyBerusaha mendapatkan gelar demi membanggakan orang yang telah merawatnya sejak kecil, Gregg berusaha untuk menjadi ksatria ternama di Kerajaan Nemesia, ia percaya kalau ia mampu menggantikan sosok ksatria ternama yang sekarang hanya menjadi orang bi...