2.

23 5 0
                                    

Pandangan Abel tertuju ke arah lapangan basket. Disana ada Galang yang bermain bersama teman-temannya. Banyak murid cewek yang berteriak histeris melihat Galang yang berkeringat sambil mendrible bola basket di tangannya. Sebenarnya Abel tidak peduli dengan permainan Galang.

Perhatiannya tertuju saat ada cewek yang tiba-tiba datang dan menghampiri....

Ravi.

Nafas Abel tercekat di tenggorokannya saat melihat cewek itu memeluk Ravi secara tiba-tiba. Dan dengan senyumannya Ravi memeluknya balik. Ada rasa yang mengganjal saat Abel melihat kejadian ini. Ingin rasanya dia tidak memperdulikan kejadian yang membuat sebagian mantan Ravi berteriak heboh. Sudah kelas 12 tapi kelakuan lebay!

Entah mengapa ada rasa berontak di hati Abel untuk menghentikan aksi Ravi dengan cewek itu. Sejujurnya Abel memang tidak pernah melihat cewek itu sebelumnya. Mungkin saja dia hanya saudara Ravi yang pindah ke sekolah ini. Mungkin juga dia adalah adik kelas yang telah menyandang status mantan Ravi.

Demi apapun, lo gak usah mikirin dia Bel!

Batin Abel menyangkal.

Untuk apa Abel memikirkan kedekatan Ravi dengan cewek lain? Toh, dia saja tidak ada hubungan apa-apa dengan Ravi. Lain hal-nya jika dia menginginkan status lebih dari Ravi.

Seriously? Pemikiran gak guna banget tau gak?!

Lagi-lagi batin Abel berdebat dengan otaknya.

Saking sibuknya Abel menepis pemikirannya yang menurutnya sangat tidak mungkin, dia tidak menyadari bahwa sepasang mata kini menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Rav, hey! Kok ngelamun sih? Ayo anterin aku ke perpus!" Ravi yang sedari tadi memperhatikan Abel yang melamun langsung mengalihkan perhatian ke arah cewek yang sudah melepaskan pelukan mereka.

"Eh i-iya. Ayo!" Dengan sumringah cewek itu menggandeng tangan Ravi lalu menariknya agar Ravi ikut bersamanya. Banyak tatapan heran, sinis, tidak suka, dan bertanya-tanya. Siapa sebenarnya cewek yang tiba-tiba datang lalu memeluk Ravi. Sekiranya itulah yang di pikirkan oleh para mantan Ravi.

Saat Ravi melirik tempat Abel tadi ternyata tempatnya sudah kosong. Ravi menghembuskan nafasnya pelan. Dia hanya berpikir apakah Abel cemburu melihatnya memeluk cewek lain di tengah lapangan saat istirahat?

Jika iya, ada sedikit rasa bahagia di hatinya. Ini aneh! Biasanya dia tidak pernah melakukan hal seperti itu untuk membuat targetnya cemburu. Sungguh, hingga saat ini dia tidak pernah membuat para pacarnya yang sudah menjadi mantannya cemburu.

Dia hanya ingin menguji Abel. Apakah cewek itu akan cemburu. Apakah cewek itu peduli kepadanya. Atau apakah cewek itu merasakan apa yang dia rasakan sekarang.

Emang lo ngerasain apa Rav? Aneh lo. Batin Ravi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"E-eh kamu kenapa Rav?" Tanya cewek yang tadi mengajak Ravi ke perpustakaan sekolah.

"Gak pa-pa Lun." Cewek yang dipanggil 'Lun' pun hanya mengangguk.

"Ya udah aku ke sana dulu ya mau nyari novel. Kamu tunggu disini jangan kemana-mana!" Perintahnya.

"Iya Luna. Udah cepetan ntar lagi bel masuk loh!" Ucap Ravi sambil mengacak lembut rambut Luna. Luna mencebikkan mulutnya lalu pergi meninggalkan Ravi untuk mencari buku yang dicarinya.

Sadar atau tidak, daritadi ada sepasang mata yang menyaksikan adegan barusan dengan sorot mata terluka. Ternyata rasa yang selama ini ia pendam masih utuh tak terusik. Masih sama seperti dulu, masih sama untuk orang yang sama.

Caperable [3/3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang