The Ring

97 4 0
                                    

Cast : Cho Kyuhyun (suju)
Kim Anna (oc)
Genre : Romance, Sad, Family

*****

Hembusan angin menerpa wajahku dengan lembut, menerbangkan helaian rambutku pelan hingga menutupi pandanganku. Kubetulkan helaian rambut yang menutupi wajahku ke belakang telinga dan mengembuskan napas dengan berat, aku menjatuhkan badanku terduduk di hamparan pasir pantai.

Kupandangi hamparan lautan yang berkilauan karena pantulan sinar bulan dengan kosong. Sudah berapa lama aku tak ke sini? Sepertinya sudah cukup lama, tapi kenangan itu terasa baru kulalui kemarin. Ingatan akan semuanya masih terekam dengan jelas dalam ingatanku.

****

"Yak! Berhenti kau!" Aku berlari dengan kecepatan penuh, napasku sudah terengah-engah.

"Aku takkan berhenti!" Dia berlari dengan melihatku dan menjulurkan lidahnya meledekku.

"Sudah cukup, aku lelah, aku tak kuat." Aku berhenti dengan terbungkuk memegang lututku, berusaha menetralkan napasku.

"Dasar payah! Baru seprti itu saja kau sudah kelelahan." Aku melihatnya berjalan menghampiriku.

Aku mendelik ke arahnya.
"Apa? Cihh, kau begitu menyebalkan." Karena masih merasakan lelah, aku lalu duduk begitu saja di pasir pantai. Kulihat ia juga mengikutiku duduk di sampingku.

"Akukan hanya bercanda, kaunya saja yang menanggapinya secara berlebihan." Apa? Berlebihan apanya? Benar-benar menyebalkan.

"Kembalikan kalungku." Aku menatapnya dengan tajam dan menjulurkan tangan kananku padanya.

"Yahh, baik-baik, aku akan kembalikan, ini." Ia menjuntaikan kalung itu lalu langsung kuambil dengan cepat,  dan kudengar ia mendengus.

"Apa?!" Aku mendelik kerahnya.

"Kau itu sama sekali tak bisa diajak bercanda, ya?"

"Kau tak tahu saja, kalau kalung ini sangat berharga untukku." Aku menundukkan wajahku mengingat kenangan itu.

"Kenapa begitu berharga? Padahal kalung itu sama sekali tak menarik, hanya terbuat dari kerang-kerang laut."

"Walaupun tampilannya tak menarik, tapi kalung ini pemberian terakhir ayahku, asal kau tahu. Ini diberikan saat sebelum ayahku berlayar menangkap ikan, lalu keesokkannya ia tak kembali pulang. Jadi, kau tahukan bagaimana berharganya kalung ini untukku?" Aku menceritakan ini karena ia pendatang baru di sini, jelas ia tak tahu perihal ayahku.

"Ahh, aku minta maaf kalau begitu. Apa bercandaku keterlaluan?" Ia menatapku dengan raut prihatin.

"Tak apa, aku sudah memaafkanmu."

"Eihh, aku sungguh minta maaf, aku jadi merasa tidak enak, kau kelihatan begitu sedih."

"Sudah kubilangkan tak apa, aku hanya merindukan ayahku, itu saja. Dan tolong jangan ulangi hal seperti itu lagi, sepertinya kejahilan kau itu harus diminimalkan, siapa tahu saja kau membuat seseorang sakit hati dengan kelakuanmu walau hanya berniat bercanda saja."

"Iya, kau benar." Ia menatapku dengan raut menyesal.

"Hmm, kenapa kau pindah ke sini? Padahalkan enak tinggal di kota, kenapa harus pindah ke desa kecil ini?" Aku menatapnya dengan tersenyum.

"Ibuku ingin suasana yang baru dan tenang, ia sudah jenuh dengan kehidupan kota yang bising, maka dari itulah kami memutuskan tinggal di sini."

"Ohh, benarkah? Padahal aku sangat ingin pergi ke kota, aku penasaran bagaimana kehidupan di kota pasti sangat menyenangkan, tapi kalian malah berkeinginan tinggal di desa kecil."

StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang