Semua Berasa dari yang namanya Awal

96 14 152
                                    


Terik matahari, asap kendaraan mengepul menjadi pemandangan sehari-hari di Kota Batavia. Panas dan gerah menjadi makanan sehari-hari penduduk di sini. Di sebuah gedung yang belum jadi, terlihat tiga orang sedang berlomba lari melewati berbagai rintangan yang sudah ada. Mereka melakukan atraksi parkour di gedung yang sedang dibangun. Walau gedung itu belum selesai dibangun, tetapi tidak ada pekerja di sini.

'Proyek mangkar' itulah sebutan gedung ini, karena sejak tiga tahun lalu pembuatan gedung kegiatan pemuda dan olahraga ini belum selesai. Banyak orang bilang proyek ini di korupsi dan sebagainya, tetapi tidak ada yang tahu alasan sebenarnya dari mangkarnya proyek ini. Ketiga orang itu beristirahat di atap gedung ini karena lelah berlari dari lantai bawah gedung hingga atap tanpa istirahat.

"Parah minta air," pinta seseorang lelaki berambut cepak, tinggi dan sedikit berotot kepada seorang wanita yang berambut di ikat kuda.

"Namaku Farah bukan Parah."

"Tapi kan enak manggil Parah daripada Farah iyakan Dut?" Tanyanya kepada Duta yang sedang minum air mineral merk akina.

"Kau benar Rav."

"Duta kau jangan ikut-ikutan si Rave singa."

"Hahaha..." Duta dan Rave tertawa melihat Farah mengamuk.

"Heh kalian tahu kenapa banyak pembangunan yang mangkar di kota ini?" tanya Rave serius.

"Entahlah, mungkin saja uangnya dikantongi oleh pejabat kita," ucap Farah dengan santainya.

"Lagipula itu bukan urusan kita," Duta menambahi dengan muka sedihnya.

"Apakah kita tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan kota ini?" tanya Rave.

Mereka terdiam karena terlarut dalam pikiran masing-masing. Diantara mereka tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan terakhir termasuk Rave sendiri. Sudah menjadi rahasia umum jika warga Kota Batavia tidak berani melapor ketika menemukan korupsi di kota ini karena takut malah berbalik menyerangnya. Lebih baik diam dan lanjutkan hidupmu itulah yang dipikirkan kebanyakan orang di kota ini, bukan kota ini saja, tetapi manusia di seluruh dunia akan cari aman.

"Gak usah dipikirkan kawan-kawan, dengan adanya proyek yang mangkar kita bisa main beginikan?" ucap Farah dengan senyumnya yang manis.

Duta yang ada di samping Farah merasa berdebar melihat senyum tersebut. Farah secara tak sadar malu sendiri karena diperhatikan oleh Duta. Mereka teman sejak SMP hingga kuliah tetap menjadi teman, tetapi mereka tidak sadar akan perasaan masing-masing, karena itu hingga sekarang mereka tidak memiliki pacar. Rave yang merasa menjadi obat nyamuk pun berdiri.

"Ya sudahlah kita pulang saja yuk dah lapar aku," ucap Rave berdiri yang dijawab anggukan oleh pasangan yang sedang berbunga-bunga itu.

Ketika mereka akan berjalan keluar, ada dua mobil sedan hitam yang memasuki kawasan gedung ini. Beberapa orang bepakaian formal hitam keluar dari dalam mobil. Seseorang membukan pintu mobil di bagian kursi penumpang. Keluarlah seorang lelaki paruh baya memakai pakaian yang sama dengan pria yang lainnya. Di mobil yang satunya keluar juga seorang lelaki yang sedikit lebih mudah dari pria yang pertama.

"Kalian liat siapa mereka?" tanya Rave. Duta dan Farah melihat seksama orang yang keluar dari dua mobil sedan hitam.

"Bukankah itu Walikota dan Pemilik PT. Akina?" ucap Duta.

"Mau apa seseorang yang sangat penting seperti mereka datang ke tempat seperti ini."

"Entahlah," jawab Farah tak tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAVEN NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang