Siang ini aku memutuskan pergi ke rumahnya untuk mengajak dia bermain di tempat biasa.
Rindu...
Satu kata yang mewakili bagaimana aku merindukannya, merindukan hari-hari bersama dia dengan tawa dan canda.
Aku mengetuk pintu rumahnya menunggu dia keluar rumah.
Tok...tok...tok
"Tunggu sebentar". Ucap seseorang di dalam rumah
Aku menunggu dan tidak lama kemudian dia muncul dibalik pintu
"yak! Aku merindukan mu, kenapa kamu tidak bilang jika kamu mau datang ke sini". Ucapnya sambil memukul-mukul dada ku
Aku memeluknya begitu erat "Aku juga merindukan mu, ah hari ini aku ingin seharian dengan mu".
Dia mengangguk mengiyakan kemauan ku "masuk dulu, aku mau bersiap-siap aku tau kamu akan mengajak ku ketempat biasa bukan?". Tanyanya
Aku mengecup bibirnya, dia terlihat lucu jika sedang bertanya seperti itu
"kamu tau saja, dasar peramal". Candaku"Yak! Ini diluar rumah, ayo cepat masuk atau tidak akan aku beri sesuatu".
Aku menuruti perintahnya masuk ke rumah yang sudah tidak asing bagi ku sementara dia berlari menuju kamarnya dengan tingkah aneh.
-----------
"Aku sudah siap, ayo pergiiiiiiiii". Ucapnya sambil mengecup bibir ku
"Baiklah, tidak perlu aku gendongkan?" aku menahan tawa melihat dia yang langsung cemberut
"ayo pergi jangan terus-terusan menggoda ku Lio!". Dia pergi keluar meninggalkan ku sendiri sedangkan aku? Aku tertawa dan mengikuti dia dari belakang
Oh ya nama ku Lio Dirgantara, dan perempuan yang sangat aku sayang itu bernama Lia Adnandia. Memang nama kita hampir sama ntah itu kebetulan apa mungkin sudah jodoh.
Aku menarik pelan tangannya membawa dia duduk ditempat biasa, melihat ke indahan sekitar taman ya taman tempat terfavorit kami sudah banyak cerita yang kami buat disini.
"Lio...". Ucap dia pelan sambil menyender di dada ku
Aku mengusap rambutnya sangat pelan lalu menjawab panggilannya
"Ada apa lia? Tidak seperti biasa kamu memanggil ku hanya nama saja"."Aku hanya ingin jujur pada mu tapi tolong jangan marah". Dia memeluk ku sangat erat dari biasanya
"Katakan saja, aku tidak akan marah jika kamu jujur". Kataku sambil menatapnya
"Aku menyukai pria lain, tapi aku tidak bisa memilih antara dia dengan mu"
Aku hanya terdiam, ingin rasanya menangis tapi aku tidak mau melihat dirinya sedih.
"Lio...lio... Ku mohon maafkan aku, setidaknya bilang sesuatu jangan diam sepertu ini".ucapnya sambil terisak
Aku mengusap air matanya lalu tersenyum "Tidak usah menangis lagi pula rasa suka bisa saja sesaat, aku akan berusaha membuat mu tidak menyukainya lagi".
Dia mengangguk lalu tersenyum "lio aku ingin es krim". Pintanya
"yak! Sama saja seperti dulu, tunggu disini akan aku belikan"
"hehehe".
Aku pergi meninggalkannya mencari penjual es krim dengan rasa tidak karuan, aku berjalan sambil mengacak-ngacak rambut.
"Haruskah seperti ini? Haruskah aku merasakan sakit setelah kebahagian?". Ucapku bermonolog
Setelah mendapatkan es krim kesukaannya, aku menghampiri dia lagi dengan senyuman yang aslinya hanya senyum dalam kesakitan.
"Ini masih tetap es krim kesukaan mu bukan?". Tanya ku sambil memberinya es krim yang ku bawa
"Uhm itu masih tetap es krim kesukaan ku, duduk lah aku ingin memeluk mu lagi". Suruhnya dan aku menuruti
Dia memeluk ku sangat erat hingga terbesit dipikiran ku.
Pelukan mu? Seperti duri ya semakin kamu memeluk ku semakin aku merasa sakit dalam dekapan kebohongan.
Aku hanya bisa diam ketika tempat yang dulunya membahagiakan bagi ku sekarang bisa membuat rasa sakit.
"lio, kamu kenapa?" tanyanya sambil mengusap pipiku.
"Ah, aku baik-baik saja. Ini sudah sore lebih baik kita pulang cuacanya juga mendadak mendung"
Dia mengangguk dan aku mengantarkannya pulang dengan kebahagian yang sebenarnya itu hanya kesakitan.
--------
Aku menatap langit dengan sendu aku tidak mau menangis karena itu hanya membuat diriku semakin lemah.
Aku hanya ingin sendiri meskipun harus menahan sakit yang membuat ku merasa akan kehilangan hal penting di hidup ku.
Apa hidup ku harus sesakit ini?
Apa aku harus terus berada dalam kebahagian yang menyakitkan?
Melepaskan? Mana mungkin aku melepaskannya begitu saja meskipun melepaskan dia demi kebahagian adalah sebuah perjuangan yang tidak terlihat dan tidak akan ada seorang pun yang menyadarinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and pain
Teen FictionKadang cinta lebih menyakitkan daripada membahagiakan