Ini sudah hampir pagi.
Aku duduk sendirian di sebuah taman di pinggiran kota dekat pantai. Masih sepi sekali, waktu baru menunjukkan pukul tiga lewat lima puluh pagi. Hari ini, aku akan menunggu seseorang yang amat spesial. Ia sangat suka fajar, aku akan menunggunya untuk melihat matahari terbit bersamaku.
Aku sudah siap dengan pakaianku, kubawa termos coklat kecil berisi teh dan sebuah kotak bekal berisi roti untuk menemani sarapan sambil melihat matahari pagi. Aku pikir ini akan menjadi momen yang indah, kekasihku dan matahari terbit—dua hal yang membuat aku selalu jatuh cinta.Tapi aku masih menunggu. Mungkin sebentar lagi ia datang.
Padahal sudah pukul tiga lewat lima puluh lima, dan matahari akan mulai terbit pada pukul empat. Aku berusaha untuk tidak menghubunginya, aku akan mempercayainya, ia pasti akan datang dengan senyuman merekah di wajahnya sambil berlari kecil ke arahku dan berkata 'ah, maaf aku terlambat. aku lupa di mana menaruh kunci pintu rumahku tadi malam'. Ya, persis seperti itu. Dengan tangan yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mulutnya terbuka menunjukkan gigi rapihnya, pipinya terangkat karena lekukan senyum indah itu, dan mata yang menyipit seakan-akan ikut tersenyum. Lalu ia akan duduk di sebelahku sambil merangkul pundakku yang jelas lebih kecil dari pundaknya. Kemudian aku akan menyandarkan kepalaku ke dada bidangnya, sungguh terasa hangat dan aman.
Seharusnya.
Tapi tunggu, ia masih belum muncul juga. Bahkan aku sudah melihat ke segala arah, aku tidak menemukan apapun selain diriku yang ditemani kursi taman, suara angin pelan, dan deru ombak yang menabrak bibir pantai.
Taehyung, kau di mana?Sebentar lagi pukul empat.
Aku kembali duduk santai di kursi taman. Mencoba mengecek apakah teh yang ku bawa masih hangat, dan roti yang kubawa masih segar. Aku mengayunkan pelan kaki ku yang tergantung sedikit, mencoba melihat ke sekitar sambil bertanya-tanya pada diriku sendiri. Sampai perasaanku mulai gelisah, Taehyung kenapa tidak datang? Seharusnya ialah yang lebih dulu duduk di kursi ini sebelum aku. Aku mengambil ponsel dari saku celanaku, kemudiam mulai menelepon Taehyung, aku akan memarahinya segera. Tetapi, ia tidak mengangkat telepon dari ku. Taehyung, kau membuat perasaanku makin gelisah, kau di mana?
Lalu tiba lah pukul empat pagi.
Salah satu sahabat Taehyung bernama Min Yoongi meneleponku, aku bingung kenapa Yoongi menghubungiku pagi-pagi buta begini. Ku angkat telepon dari Yoongi dan mendengar suara pelannya berkata 'halo? apa kau sedang di taman lagi?' Pertanyaan itu membuat kepalaku mengangguk dan menjawab 'ya'. Dan anggukan-anggukan lain muncul seiring pembicaraanku dengan Yoongi pagi itu.
Lalu setelah beberapa detik dari anggukan terakhir, diriku membatu.Yoongi membangunkan aku dari mimpiku.
Segaris senyum muncul di wajahku, tetesan air mata turun perlahan dengan manisnya. Kemudian makin deras, aku merasakan sesuatu sangat menyakitkan di dadaku. Kepalaku pusing, aku menjambak rambut panjang yang sudah aku rapikan, hanya untuk mengusir rasa pusing itu. Aku menangis makin keras, dadaku makin sesak dan aku tidak bisa bernapas. Sedu muncul satu-dua kali disertai jantungku yang berdetak sangat kencang. Pengalaman menyakitkan itu, kini kembali lagi menghantui mimpi indahku di pagi hari.
Matahari sudah terbit.
Aku bangkit dari tempat dudukku, menghapus air mataku yang tidak mau berhenti seiring dengan munculnya matahari ke dunia. Aku berjalan menuruni tanjakan lalu belok ke kiri menghadap pantai. Di sebelah kiri aku melihat ada sebuah padang rumput besar dengan bebatuan.
Lalu aku menghampiri salah satunya.
Di bawah angkasa pagi berwarna biru dengan secercah merah, aku berhenti di depan salah satu batu yang bertuliskan 'In Memoriam, Kim Taehyung' bersama rasa sakit yang telah aku tutupi berjuta-juta kali namun tak berhasil. Aku memegang nisannya, begitu tanganku menyentuh batu dengan tulisan rapi itu, muncul banyak sekali memori tentang Taehyung. Semuanya, mulai dari tawa lebarnya sampai tangis terdalamnya. Aku seakan-akan bisa mendengar kata-kata yang sering ia ucapkan padaku, suara beratnya, mata indahnya.
Tangisku makin jadi, aku sudah tidak bisa merasakan kakiku. Aku berlutut lemah di samping nisannya, aku rasa bahuku sudah tidak bisa lagi menopang tubuhku.
Taehyungie, aku sungguh merindukanmu. Tidak bisakah sekali saja kau datang menemuiku untuk melihat matahari terbit kesukaanmu?
Taehyungie, kau terlalu cepat pergi, aku bahkan belum sempat mengatakan seberapa besar aku mencintaimu, seberapa besar arti senyumanmu untukku.
Taehyungie, istirahat yang tenang, ya? Tunggu aku, aku akan segera menyusulmu.
Taehyungie, cintaku padamu, adalah cinta yang singkat di mana aku ingin sekali melihat matahari terbit ditemani tatap mata indah dan pelukan hangat darimu.Hari itu menuju pukul empat pagi, aku rindu— end.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Taehyung FanFiction (One Shoot)
Fiksi PenggemarStarring Kim Taehyung, Aku, Min Yoongi.