Conescious

7.7K 413 20
                                    

Esther POV

Apa yang membuatmu bertahan sampai sejauh ini? Padahal kau selalu mengalami masa-masa sulit bersamanya. Apa kau bahagia?

Mungkin banyak orang yang memikirkan seperti itu tentang keluarga kecilku. Yah, yang membuat aku bertahan sampai sejauh ini adalah ketulusan dalam mencintai dan menyayangi anak dan istriku. Dengan cinta dan kasih sayang yang begitu besar aku mampu bertahan. Memang kami selalu melalui masa-masa sulit, tapi itu tidak masalah bagiku. Kami selalu melaluinya bersama-sama. Apa aku bahagia? Haha  pertanyaan oh tidak, lebih tepatnya pemikiran yang konyol. Aku jawab bahwa aku sangat bahagia dengan mereka. Mempunyai istri yang sangat kuat, tegar, dan apa adanya suatu kebahagiaan yang luar biasa. Ia bisa melahirkan dan membesarkan anak kami sendirian tanpa aku dan keluarganya.

Katakanlah aku brengsek. Tidak bisa mencegah ataupun menemukannya dengan waktu cepat kemana ia pergi. Aku pun sangat kecewa tidak menemaninya saat proses persalinannya. Dan kini ia terbaring disini, mempertahankan nyawanya, berusaha untuk kembali bangun.
Aku percaya ia pasti akan sadar. Dia wanita yang kuat, Nathaline tidak akan menyerah begitu saja. Semangat hidupnya tinggi, dua bukan orang yang mudah putus asa. Istriku ini pasti bangun.

Aku menggenggam tangannya dan mengecupnya cukup lama. Air mataku menetes mengalir ke tangannya. Tidak, aku harus kuat seperti dirinya. Saat aku hendak beranjak untuk mengambil segelas air putih. Jarinya bergerak, aku terkejut melihatnya. Jarinya terus bergerak-gerak. Secepatnya aku memanggil dokter.

Tak lama dokter langsung datang ke kamar rawat Nathaline. Ia pun langsung memeriksa keadaanya. "Keadaanya sudah membaik, sebentar lagi ia pasti sadar." Ucap dokter tersebut memberi penjelasan. Aku bahagia bukan main. Istriku sebentar lagi akan membuka matanya.

Selang beberapa menit Nathaline mengerjapkan mata. Mungkin karena terlalu lama menutup mata membuatnya sulit untuk membiaskan matanya dengan cahaya. Dokter kembali memeriksa Nathaline.

"Silakan Pak, ia sudah sadar. Jangan diajak berbicara terlalu lama ya." Ucap dokter tersebut kemudian berlalu.

Aku segera mendekat. Oh ya Tuhan, aku sangat merindukan matanya itu. Nathaline tersenyum kecil. "Esther," ucapnya sangat pelan. Aku segera memberinya minum.

"Syukurlah Natha kau sudah sadar." Ucapku teramat bahagia. Ku kecup keningnya dengan penuh kasih sayang dan membelai pipinya yang mulai tirus itu.

"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu." Ucapku. Nathaline tersenyum lemah.

"Aku juga," balasnya.

"Istirahatlah, kau baru siuman sayang," Nathaline mengangguk. Ia tidak boleh berbicara terlalu banyak dulu Karena kondisinya yang masih lemah. Aku segera mengabari Ayah dan Ibu begitupun Papah dan Mamah.

Tak lama kemudian mereka datang. Itu pun tidak boleh semuanya masuk. Hanya diperbolehkan dua orang bergantian. Mamah dan Papah pertama masuk. Mereka sangat senang melihat Nathaline yang sadar. Stefan masih diluar bersamaku.

"Yeayyy bunda sudah bangun. Bunda pasti senang melihat Stefan lagi. Iya kan Ayah?" Tanya nya dengan raut wajah bahagia. Aku pun tersenyum lebar.

"Oh pastinya. Bunda pasti sangat rindu dengan Stefan." jawabku. Entah bagaimana mengungkapkan Kebahagiaan ini. Anakku sekarang bisa tersenyum lagi.

Sekarang giliran Ayah dan Ibu. Aku melihatnya lewat jendela. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Nathaline melihat ibunya. Terasa hening di ruangan itu. Semuanya diam, tidak ada yang memulai pembicaraan. Sampai Nathaline berbicara. Aku tidak tahu apa yang dia berkata apa.

Yang aku tahu setelah itu Ibu menangis tersedu-sedu. Aku mengerutkan keningku. Kenapa ibu menangis? Cukup lama mereka didalam. Sampai akhirnya mereka keluar, ibu tampak mengusap air matanya dengan tissue.

"Ibu tidak apa-apa?" Yang aku padanya. Ibu hanya mengangguk. Aku kemudian masuk menemui Nathaline bersama Stefan. Kulihat Nathalie sedang menghapus air matanya. "Bundaaa..." Ucap Stefan dengan tangan yang ia bentangkan. Dengan posisinya yang berbaring dan tangan yang di infus sulit untuk memeluk Stefan. "Stef, bunda susah meluknya. Stefan cium bunda saja ya." ucapku. Stefan tampak cemberut tapi kemudian bibirnya mendarat di pipi Nathaline.

Nathaline tersenyum. "Stefan, bunda rindu sekali sayang." Ucap Nathaline.

"Siapa yang lebih rindu bunda? Stefan lebih rindu. Kenapa bunda baru bangun sekarang?" Tanyanya dengan memalingkan muka. Nathaline terkekeh pelan sekali.

"Anak bunda marah. Iya maaf ya, bunda tidurnya lama banget ya?" Stefan mengangguk dengan bibirnya yang mengerucut. Aku yang melihatnya hanya tersenyum lebar.

"Sini-sini tidur disamping bunda. Peluk bunda." Ujar Nathaline. Stefan dengan wajah sumringahnya langsung berbaring disamping Natha dan langsung memeluknya.

"Ayah tidak ikut peluk bunda nih?" Tanyaku dengan pura-pura merajuk.

"Ayah sudah besar. Ranjangnya tidak muat." Jawab Esther.

"Ya sudah deh. Yang penting belahan jiwa Ayah sudah tersenyum kembali." Ucapku kemudian mengecup satu persatu orang yang sangat aku sayangi itu. Siapa lagi kalau bukan Nathaline dan Stefan?

Kesetiaan itu tumbuh dari cinta dan kasih sayang yang teramat besar. Dua insan yang saling mencintai baru dikatakan hebat apabila ia mampu melewati badai-badai yang menerjangnya dan tidak tumbang apabila berkali-kali di terjang.

***
TBC

Mau ga punya pasangan hidup kaya Esther? Kalo aku sih mau, mau banget hehe😂🔫
Oh iya tadinya aku mau update langsung part end-nya tapi berhubung belum selesai dan aku udah ga update sekian lama jadi ya aku update sekarang aja 😄

Vote dan Coment guys😍 sapa tau banyak rating ada penerbit yang naksir ama nih cerita wkwk ngarep amat😂🔫

I'm UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang