2. Acara Live

72 4 1
                                    

Dengan langkah kaki mereka yang berlari. Mereka akhirnya telah sampai di depan kelas 12 Ips 4 karena, di tempat itulah hampir seluruh siswa SMA Utama berada di sana, dan di tempat itu jugalah acara live yang mereka bicarakan di tayangkan.

Di sana terdapat Dirga yang telah di sudutkan ke tembok luar kelas. Di sudut bibirnya sudah terdapat cairan merah kental. Neval yang sedari tadi mencekram kerah baju Dirga dengan tangan kirinya, melayangkan lagi kepalan tangannya, dan mendaratkannya di rahang Dirga.

Tepat di samping mereka, terdapat perempuan dengan penampilan rambut yang bergelombang, menangis tersedu sedu meminta agar Dirga dan Neval menghentikan pertengkaran mereka.

Semua siswa yang ada di sana hanya bisa menyaksikan saja, tanpa ada niatan untuk memisahkan mereka. Begitupun dengan Niva, ia hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Ini pertama kali baginya melihat perkelahian secara langsung biasanya ia hanya melihat di acara tv atau film. Kedua kakinya lemas, seakan akan tidak kuat menopang berat badannya. Niva juga menjatuhkan air matanya, ia ingin sekali menghentikan perkelahian itu, tapi ia tidak mempunyai keberanian yang cukup.

" Gue mohon, Berhenti Nev!!! " teriak perempuan yang ada di samping mereka. Dia adalah sahabat Dirga.

Neval tidak mendengarkan. Ia masih melayangkan kepalan tangannya, entah sudah keberapa kalinya.

" Gue gak akan terima kalo lo mempermalukan Tiya!!! " teriak Dirga. Ia melepaskan cengkraman Neval lalu melayangkan kepalan tangannya dan mendaratkannya ke rahang bawah Neval.

" Gue gak pernah mempermalukan Tiya!! Tapi dia yang mempermalukan dirinya sendiri!!! "

Neval tersenyum miring. Ia mengusap kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya lalu segera pergi dari tempat itu. Karena ia tidak ingin berurusan lagi dengan satpam keliling yang persis seperti pereman itu.

Seusai kepergian Neval, terdapat tiga siswa yang mengikutinya dari belakang. Setelah itu semua siswa yang ada di sana membubarkan diri mereka masing masing. Tapi tidak dengan Niva, ia masih mematung dan masih terbayang akan kejadian yang baru ia lihat. Niva sedikit bersimpati pada perempuan itu dan pria yang di hajar habis habisan di depan matanya.

Tapi entah mengapa, Niva seperti melupakan sesuatu. Ia memikirkannya. Butuh waktu yang cukup lama untuk mengingat sesuatu yang ia lupakan. Setelah beberapa menit, ia mengingatnya. Dan ia melupakan mie ayam langganannya yang belum ia habiskan itu. Niva dengan segera melangkah menuju kantin. Tapi sebuah panggilan menghentikan langkah kakinya.

" Niv... mau kemana lo? "

" Ke kantin, mau ngabisin mie ayam gue yang tadi " ucap Niva tanpa membalikkan posisi badannya yang berada di depan Salsa.

Niva tidak tau kalau Salsa masih berada di sana, ia mengira Salsa sudah meninggalkannya.

" Udah Niv ikhlasin aja, palingan juga mangkok mie ayamnya udah di angkat sama bibi kantin " ucap Salsa dengan lesu. Sebenarnya ia juga tidak rela meninggalkan mie ayamnya, tapi menurutnya ada yang lebih penting dari itu.

Salsa mendekati Niva dan menepuk pundaknya agar mau mengiklaskan mie ayamnya itu.

" Kita ke kelas aja, lagian juga lima menit lagi udah mau bell " saran Salsa.

Niva hanya bisa mengangguk pasrah, atas saran yang diberikan teman sebangkunya ini.

❤❤❤

Deru nafas yang masih memburu kini hilang. Hanya dengan satu hisapan batang rokok yang di peganggnya. Asap rokok yang mengepul telah tersebar karena angin yang berhembus kencang. Neval sekarang berada di rooftop sekolahnya, bersama ketiga siswa yang sedari tadi mengikutinya. Ia melemparkan korek gas yang ada di genggamannya dengan asal, sontak saja Varo yang berada di dekatnya menangkap benda itu.

" Mau gue anter ke UKS Nev? " suara datar tapi penuh dengan rasa kehawatiran ini di lontarkan oleh Dirtan.

" Cuma luka kecil, mending gak usah deh Dirtan " jawaban sekaligus saran yang diberikan Gamal membuat Varo dan Dirtan mengendus kesal. Pasalnya Gamal selalu saja menjawab pertanyaan yang bukan untuknya.

" Dirtan gak nanya sama elo kali "

" Yee.. suka suka gue " Gamal menjulurkan lidahnya pada Varo.

" Dasar bocah!! " cibir Varo yang geram dengan ucapan Gamal.

" Elo itu yang bocah!!

" Elo yang bocah!! "

" Elo!! "

" Elo!! "

" Elo!! "

Tidak akan ada yang mau mengalah di antara mereka. Adu mulut tentang pemberian gelar 'bocah' akan berhenti hanya jika ada yang mengakuinya.

" Gue yang bocah!! Liat. Kan jadi pergi Nevalnya!! " kini sorot mata tajam Dirtan tidak lepas dari Varo dan Gamal.

Gamal yang takut akan sorot mata tajam Dirtan hanya bisa memamerkan gigi pepsodentnya. Sedangkan Varo tidak peduli dengan itu.

" Mau kemana lo Nev? " Dirtan mendekati Neval dan mengikuti langkah kakinya.

" Kelas, pusing kepala gue ngedenger ocehan mereka berdua "

" Gue ikut Nev " sahut Varo.

" Terus gue di tinggal sendiri disini gitu " protes Gamal yang masih diam di tempat.

" Inisiatif dikit kek, jangan sampe di suruh. Dasar mental babu!! " cibir Varo.

" Apa kata lo barusan Var? "

" Gue tadi bila--- "

" Varo tadi bilang, kalo gue babunya elo " ceplos Dirtan yang tau kemana arah pembicaraan ini.

Varo hanya menggelengkan kepalanya tanda setuju, ia tidak mau kalau sampai beragumen lagi dengan Gamal, karena mereka berdua sama-sama mempunyai sifat keras kepala dan tidak mau mengalah.

❤❤❤


Tap sekali gambar yang berbentuk⭐bintang⭐dibawah dan berikan komentar anda😄

Terima kasih😊

23-03-2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Careless GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang