Jeno menatap Renjun yang berjalan pelan di karpet merah dengan lengan melingkari lengan ayahnya. Jeno tersenyum disela-sela kegugupanya. Renjun terlihat manis dan cantik sekaligus. Wajahnya di poles make up dengan sangat baik, Jeno berterima kasih pada Ten untuk itu.
Mata mereka bertemu pandang dan Jeno kembali tersenyum manis. Ah! Renjun nya cantik sekali. Jantungnya semakin berpacu dengan cepat saat Renjun berhenti tepat di depannya. Mata cantik itu menatap Jeno dengan binar bahagia penuh cinta.
"Aku serahkan anak ku satu-satunya pada mu Jeno, tolong jaga dia dan rawat dia dengan baik." Kata ayah Renjun sebelum memindahkan tangan Renjun dari tangannya ke tangan Jeno.
Jeno mengangguk yakin dan mengulurkan tangannya pada Renjun, dengan wajah bersemu merah muda Renjun menerima uluran tangan itu. Dadanya sesak karna terlalu bahagia, walau Jeno telah sering menggenggam tangannya tapi kali ini terasa berbeda. Benar-benar hangat dan penuh perlindungan.
"Aku mencintai mu.." Bisik Jeno sesaat sebelum pastor membacakan janji.
Semua mata menatap mereka berdua dengan wajah haru, bahkan ibu Renjun menangisi putra kecilnya yang telah memiliki pendamping hidup. Jaemin menatap hangat pasangan yang sedang berbagi ciuman di altar hingga ia tak sadar jika air mata ikut mengalir bersama senyum bahagianya dan Taeyong sibuk menenangkan Ten yang mulai terisak haru.
Semua berbahagia hari itu. Berbahagia untuk kapal cinta sederhana tapi kokoh milik Jeno dan Renjun yang akhirnya berlayar ke samudra kehidupan yang baru.
........
Renjun mengerjapkan matanya saat sinar matahari kian semangat menerobos jendela kamarnya dan Jeno. Ia menggeliat pelan lalu meringis sakit. Tubuh Renjun terasa remuk pagi ini padahal ia hanya menggerakkanya untuk bangun.
Ia menatap kamar Jeno yang sekarang kamarnya juga dengan mata mengantuk. Ini kamar barunya setelah meninggalkan rumah kedua orang tuanya, rumah yang di beli Jeno setahun yang lalu, rumah yang bahkan tidak Renjun ketahui jika dibeli untuk mereka setelah menikah.
"Kemana dia?" Gumam Renjun saat tak menemukan Jeno di dalam kamar. Dasar tidak romantis. Bagaimana mungkin Renjun di tinggal begitu saja setelah Jeno mendapatkan 'semuanya'
"Akh!" Renjun kesal sekali pagi ini.
Renjun ingin ke kamar mandi saja sulit, tubuhnya di penuhi bercak merah dari leher hingga paha, terasa lengket dan sakit juga.
Aroma intim masih menyengat pekat di indra penciuman Renjun. Jeno benar-benar tidak berhenti hingga pukul tiga tigapuluh pagi. Dan yang dapat Renjun lakukan hanya 'menyemangati' Jeno dengan desahannya.
"Akh! Lee Jeno!! Aku akui kau memang petarung hebat!" Gerutu Renjun. Wajahnya memerah hingga telinga, malu.
Daripada ia terus menyumpahi suami tampannya lebih baik Renjun mandi dengan air hangat.
Sekitar duapuluh menit Renjun berkutat dengan mandi, kini ia telah berpakain lengkap dengan kemeja hitam milik Jeno yang berhasil menenggelamkan tubuh kurusnya dan menutupi setengah pahanya. Kulit putihnya kontras dengan warna kemeja juga kissmark yang berwarna merah keunguan.
Membayangkan itu membuat Renjun tersenyum malu dengan wajah memanas. Astaga ia telah menyandang status baru, Renjun bukan lagi pemuda yang bebas. Ia telah di ikat Jeno untuk selalu bersama, saling mencintai, melindungi dan menjaga. Ia adalah Ny.Lee yang bahkan akan di ijinkan untuk turun bersama tim official dan menemani Jeno bertanding.
Satu-satunya orang yang akan Jeno kecup dan peluk dalam dingin. Satu-satunya orang yang menguasai hati Jeno, yang dicintai Jeno dan di kasihi Jeno. Jeno miliknya dan ia milik Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamaran Jeno
FanfictionRenjun tak menyangka jika Jeno akan melamarnya dengan wajah lebam dan peluh yang membanjiri tubuhnya. Oneshot