30

167 7 0
                                    

Keesokan harinya Drafianti menemui dimas dan menanyakan apa maksud telepon kemarin malam.

"dim! Lo kemaren kemana?" tanya drafianti

"gue...gue kemaren keluar" jawab dimas gugup

"lo keluar sama talidah kan" jawab drafianti, kata kata itu menyudutkan dimas,sehingga dimas tidak bisa menjawab itu.

"kenapa lo diam dim! Lo tuh egois ya, gue jalan sama temen cowo gue aja lo marah! Nah elo jalan sama talidah,apa gue gak berhak marah?sebenarnya gue ini siapa lo sih!gue waktu itu minta putus sama elo,tapi elo gak mau? Tapi sikap lo sekarang kayak gini! Lo pikirin perasaan gue dim!" ucap drafianti lagi, dia tak bisa menahan air matanya,sehingga dia menangis dan pergi meninggalkan dimas.

Ternyata disana ada Fika yang mendengar ucapan dimas dan drafianti, fika merasa bingung dengan mereka,fika pun menemui dimas.

"dim! Lo apain drafianti? Awas lo ya kalau hal itu terulang lagi,dan terulang ke drafianti!" ucap fika

Ucapan fika membuat tanda tanya besar, kenapa fika mengucapkan perkatan itu? Apa yang pernah terjadi diantara mereka?.
Sungguh cinta membuat semua ini pusing

Dimas pulang dengan tatapan kosong,pikiran penuh,dia pusing dengan cewek, dia terjebak dengan urusan cewek.

Dimalam hari dimas pergi kesebuah tempat yang bisa membuat dia menghilangkan pikirannya.

Tidak seperti biasanya,tempat itu terlihat sepi dari pengunjung. Hanya terlihat beberapa pelanggan dengan dua hingga tiga botol bir berada di atas meja.

Dimas sedang duduk bersama temannya dan menuangkan isi bot pada gelas berukuran besar,hingga kemudian dia mabuk

"Udah ya?gak usah nambah lagi." ucap teman dimas dengan menaruh rokok ke pinggiran asbak

"emang elo?cupu! Gak kuat minum!"ucap dimas yang mengacak acak rambutnya sendiri

"gue memang yang ngajarin lo minum,tapi lo tau gue udah berhenti. Seharusnya lo juga bisa berhenti dari kebiasaan seperti ini" ucap teman dimas.

Dimas sebenarnya bukan seorang perokok apalagi pecandu alkohol seperti ini. Ia hanya tidak mengerti bagaimana melampiaskan semua masalah yang tengah ia hadapin saat ini.

Dimas seakan ingin menyerah,namun bayangan drafianti yang membuat seperti inilah yang menjadi penyemangat agar tidak melakukan tindakan konyol lain.

Dimas bangkit dari sofa dan menghantamkan meja ke kaca didepannya dengan genggaman tangannya hingga meja tersebut hancur berantakan didepan pandangan temannya yang sedang bersamanya.

NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang