Hari ini dia mengajakku untuk bertemu di tempat seperti biasa kami bertemu. Aku memakai kebaya white blue dress . Dan tidak lupa memakai flat shoes berwarna krem, aku tidak suka memakai high heels karena itu membuat kakiku sakit. Kenyamanan yang pertama.
Ketika aku sampai disana, kulihat dia sudah menungguku. Aku pun menepuk bahunya dan dia kelihatan terkejut.
"Hey, menunggu lama?" Tanyaku tersenyum.
"Nggak kok. Akunya aja kok yang datang lebih awal." Jawabnya. Entah kenapa aku merasa dia sekarang berbeda. Dilihat dari wajahnya dia tidak tenang. Ya aku sangat mengenalnya karena aku pacaran dengan dia selama 5 tahun and tomorrow is the day. Perasaanku jadi tidak enak.
"Siska, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu jadi aku mengajak kita bertemu hari ini." Ucapnya pelan tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas.
"Ada apa denganmu Raka? Tumbem banget bicara aja minta ijin segala. Seringnya kamu ceplos-ceplos aja bicaranya." Ucapku. Suasana ini aku sungguh tidak menyukainya.
"Siska aku serius." Jawabnya sambil memandang aku dengan wajah kesalnya.
"Oke, bicaralah. Tapi Raka kamu hari ini berbeda." Ucapku sedih. Dia sangat jarang memperlihat wajahnya yang seperti itu. Dia selalu sabar dengan kepribadianku yang sungguh wah.
"Maafin aku Siska, aku tidak bisa menepati janji yang telah kita buat." Jawabnya dengan sedih
"Janji yang mana?" Tanyaku bingung
"Janji yang berkata bahwa aku akan menikahimu." Ucapnya.
"Apa maksud kamu? Aku nggak mengerti. Bisa kamu jelaskan?" Ucapku dengan nada tinggi dan jujur aku ingin menangis saat ini juga. Dadaku sungguh sesak.
"Maafin aku Siska." Ucapnya lemah.
" Sebenarnya aku telah dijodohkan oleh orangtuaku dengan anak temannya. Aku tidak bisa menolaknya Siska. Mama mengancam kalau aku tidak menikah dengannya tidak akan dianggap sebagai anak lagi." Sambungnya lagi"Raka ini pasti lelucon untuk anniversary kita kan? Jangan seperti ini Raka, ini keterlaluan tau nggak." Ucapku
"Siska ini bukan lelucon, aku serius Siska."
"Aku tau kok, aku memang nggak pantas menjadi istri kamu, aku bukan dari keluarga kaya seperti kamu." Ucapku sarkastis. Kepalaku ingin meledak mendengar semua ini
"Siska, jangan berkata seperti itu. Dari keluarga kaya atau miskin aku tidak peduli. Jangan pesimis ataupun menyalahkan diri kamu sendiri. Kamu tau kan nenekku sangat menyukaimu." Ucapnya
Aku hanya bisa menangis dan memukul-mukul dadaku yang sesak ini. Berharap rasa sakit ini akan hilang dan semua ini hanya mimpi.
"Siska jangan sakitin diri kamu. Aku tidak ingin melihatmu sakit." Ucap Raka sambil menahan tangan Siska.
"Tapi, kamu yang sakitin aku Raka." Ucapku lirih sambil melepaskan tanganku yang ditahannya.
"Maaf Siska, sungguh maaf kan aku." Jawabnya lirih. Aku masih menangis dan memeluk lututku. Aku tidak peduli dengan tatapan orang. Aku menangis sangat lama dan Raka memelukku.
"Siska, ayo kita pulang. Hari sudah gelap."
"Pulanglah sendiri." Jawabku ketus dengan suara serak khas orang nangis
"Awannya mendung, nanti kamu kehujanan. Jadi biarkan aku mengantar kamu." Aku masih diam tidak merespon nya.
"Kalau kehujanan kamu akan sakit." Sambungnya lagi.
"Kita nggak ada hubungan lagi kan? Jadi kamu nggak perlu perhatian sama aku. Biarkan aku disini."
"Kalau kamu masih tidak mau beranjak, aku akan gendong kamu." Ucapnya tersenyum "jadi mau ya." Sambungnya lagi
![](https://img.wattpad.com/cover/116334159-288-k224527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohongan Terakhir
Short StoryAku hanya bisa mengatakan kebohongan karena perkataanku takkan mengubah apapun