Pagi ini, setelah hari kemarin terlewati dengan begitu panjangnya. Rasa sakitnya masih membekas seperti jahitan luka. Ini benar-benar tak mudah! Dinginku malam itu dalam tengahnya pameran berubah sirna dengan kehadiran dia yang sering aku panggil sahabat. Dia datang dengan memberikan semangat bangkit, dia memeluk dan memberikan sedikit tepukan melegakan pada punggungku. Keadaan malam itu membuat aku takut untuk merasakan jatuh cinta kembali. Mataku bengkak karena semalam air mataku terus saja menemani dalam gelapnya kamarku. Air mataku terlalu peduli akan senduku. Dan saat ini saat aku melihat pantulan wajah pada cermin, aku hanya mampu tersenyum simpul betapa bodohnya aku jatuh kepelukan seorang pengecut. Mataku terus saja menatap tajam wajahku di cermin dan perlahan air yang tadi telah surut sekarang berbalik menjadi pasang kembali.
Layar Handphoneku menyala menandakan bahwa handphoneku dalam mode hening menerima panggilan. Untuk ke 4 kalinya panggilan tak terjawab.
"Halo, key loe kemana aja sih? Dari tadi gue teleponin ngak nyaut-nyaut. Gue hari ini ada job nih, loe mau ikut ngak?"
"Hmmmm."
"Bentar, loe masih nangisin dia? Anjirrr lemah banget sih."
"Apaan sih loe? Gue perempuan ngak bisa sekuat loe yang selalu ngerasa biasa aja kalau di sakitin. Cewek tuh mainannya perasaan!"
"Biasa aja kali!"
"Kalau loe nelpon ujungnya mau ngajak berantem udahlah jangan telpon gue lagi. Gue capek!"
"Loe kenapa sih? Gue ngak seserius itu kali ngomong loe lemah. Kenapa loe jadi marah gini?"
"Menurut loe perasaan gue yang lagi kaya gini butuh dimainin? hah? Mikir!"
"Okk, gue minta maaf."
"TUUUUUUUUUUUUUTTT TUUUTTT." (sambungan terputus).
"Halooo key?"
"Gue depan rumah loe nih, loe mau keluar ngak? Ayo kita ngilangin sakitnya hati loe! Gue Minta MAAF yaa.. Cepetan keluar!" (Isi sms dari Kevin)
"Hii Key!"
"Apaan sih Vin?"
"Masih marah ya? yaa maaf, gue kira loe ngak akan semarah ini."
"Ada job apa loe?"
"Jobnya penting banget dan syaratnya harus ada loe."
"Kenapa bawa-bawa gue?"
"Yaa iyalah kan jobnya buat bikin loe bahagia lagi."
"Maksudnya?"
"Yaa gini nih, kalau cewek belum mandi kurang kepekaan, wkwkkwkw!"
"Hehehehh. Ya udah gue mandi dulu yaa biar cantik."
"Ngak mandi juga udah cantik kok."
"Apa vin?"
"Hah? Ngak kok. Sana mandi nanti bau loe makin busuk."
Rasaku kepada Kevin yang dulu selalu saja berargumen untuk memilikinya kini mulai hilang. Aku lebih mengetahui, cukup bagiku untuk memilikinya hanya sekedar sebagai sahabatnya saja. Itu sangat cukup untuk membalas rasa sayangku padanya. Dan kenyamanan sekarang bersama Kevin takkan berubah selamanya. Walaupun suatu saat nanti rasa ini hadir kembali akan segera aku hilangkan, karena sekarang tak ada yang lebih indah selain menjadi sahabatnya.
"Vin, loe mau ajak gue kemana sih? jalan terus ngak ada tujuan."
"Kemana aja deh, asal ngebuat kamu bahagia."
"Nonton yuk!"
"Sorry key, gue ngak punya uang nih. Mendingan kita lihat sesuatu yang jauh lebih indah yuk."
"Apa?"
"Ngak ada yang lebih indah dari binarnya matamu key." (Hatinya berbisik keliru)
"Vin, ditanya kok malah lihatin gue kaya gitu sih?"
"Yaa udah kita nonton!"
"Lhoo katanya ngak ada uang."
"Ada, bisa diaturlah."
"Gue ngak enak ah, bayar sendiri-sendiri aja ya."
"Udahlah. Pokoknya hari ini loe milik gue."
Hampir 2 jam kita menonton film yang nggak terlalu kevin suka. Kevin terpaksa pura-pura suka karena aku menyukainya. Hujan rupanya menangis cemburu karena melihat sepasang sahabat beradu pandangan.
"Key, tadi kan gue bilang mau bawa loe ke tempat yang indah tapi sayangnya hujan."
"Ngak apa apa kali Vin, hujan juga kayanya tetap indah kok!"
Terpaksa Kevin membawaku ke tempat yang dulu pernah mengawali rasaku untuk menyukai kevin. Di suatu tempat yang tak pernah berubah. Masih tetap sama semuanya..........
Kevin menepukku.
"Key, loe ingat tempat ini? dimana loe sering jatuh ngejar gue yang sealu bikin ulah."
"Mana mungkin gue lupa Vin, ini bukti persahabatan kita."
"Dan hari ini, gue ingin mengubah bukti itu."
"Maksudnya?"
"Gue Sayang Loe Key."
"Hah? Apa? Vin loe becandakan?"
"Gue serius Key. Gue ngak tau kenapa rasa ini begitu menyiksaku....."(Omongan Kevin terpotong)
"Maaf gue ngak bisa!"
"Key gue tau loe sahabat gue, tapi........."
"Kalau loe tau, kenapa loe lakuin hal yang ngak pernah gue bayangin?"
Aku berlari mejauh dari Kevin, memang aku pun menyukainya tapi ini tak bisa. Semua ini ngak harus terjadi.
"Gue cinta loe Key." teriak keras Kevin
Aku menghentikan langkah dan kembali pada Kevin. Aku memeluknya erat...
"Vin, aku ingin tetap seperti ini aku tak ingin ada yang berubah dan aku mohon jangan jatuh hati padaku!"
Sore itu hujan datang bersama ungkapan rasa Kevin. Mustahil ini nyata, aku pikir aku bisa terbangun dalam mimpi ini. Tapi tetesan air mataku menyadarkanku bahwa hal yang baru saja terjadi adalah sebuah kenyataan dan untuk malam ini aku menolak Kevin yang benar-benar aku sukai alasanku hanya ingin melindungi persahabatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Ini Untukmu
Short StoryMenceritakan seorang pemuda yang menanti senja, namun sayangnya penyesalan terlebih dahulu mengundang jingga.