01

21 10 12
                                    



Siang itu koridor kelas dua heboh karna kehadiran goddes tahun ini, Park Siyeon. Cewek cantik itu berjalan dengan anggun, membelah lautan laki-laki yang semula berkerumul ingin melihatnya.

Siyeon berhenti di depan kelas 2-1. Sejenak ragu ingin masuk atau tidak, tapi kemudian ia terkejut karna kehadiran Jihoon.


"Kak Jihoon..." panggil Siyeon, menghentikan Jihoon yang hendak pergi ke kamar mandi.

"Iya... kenapa?" 

Lalu Jihoon mau tak mau berhadapan langsung dengan Siyeon yang menunduk malu-malu.

"Aku suka kak Jihoon. Kakak jadi pacarku ya?"

Koridor yang semula bising itu mendadak hening. Semua yang menonton di sana terkejut.

Apa ini waktunya sang cassanova sekolah bersatu dengan goddes kebanggaan sekolah?? 

"Apa?" Jihoon yang ditembak tak kalah terkejut.

Siyeon mengangkat wajah dan tersenyum cantik. "Jadi pacarku ya?" ulangnya.

Jihoon bingung mau menjawab apa.

Siyeon cantik, Jihoon akui itu. Tapi masalahnya Jihoon gak bisa terima Siyeon.


"M-maaf ya... aku gak bisa." kata Jihoon.

"Kenapa kak? Aku... kurang cantik ya?" tanya Siyeon sedih. Binar di mata cewek itu hilang.

"B-bukan gitu..." Jihoon tambah bingung, gimana caranya nolak Siyeon?

"Kamu cantik kok tapi aku sibuk, gak punya waktu buat pacaran. Jadi maaf ya..." tambahnya selembut mungkin.

Siyeon sudah ingin menangis dan Jihoon mendadak merasa bersalah.

"Jangan nangis." kata Jihoon. Mengusap pundak Siyeon supaya cewek itu tak menangis.

Tapi namanya cewek yang baru ditolak ya pasti nangis. Ini Siyeon terlanjur malu jadi tontonan angkatan kelas dua.

"Gak apa-apa kak, biar saya aja." Kyla, sahabat Siyeon yang sejak tadi menemani segera menarik Siyeon mendekat.

"Maaf ya kak ganggu." katanya lagi sebelum membawa Siyeon pergi dari sana.

Jihoon cuma senyum tipis kemudian menghela nafas panjang. Ini sudah kelima kalinya dalam sebulan Jihoon menolak cewek yang mengajaknya pacaran.

Bukannya Jihoon gak suka cewek tapi yang namanya belum pengen ya susah.

Cowok tampan itu melihat ke sekitar, seperti biasa ia selalu menjadi pusat perhatian. Dan ia hanya bisa tersenyum canggung lalu segera pergi dari sana.













Rocky awalnya berniat kumpul dengan tim basket angkatan tapi saat melihat Gadis berjalan lunglai di koridor ia tak jadi pergi. Dengan segera Rocky menghampiri Gadis.

"Kok sendirian, Jinsol mana?" tanya Rocky. Biasanya Gadis menempel terus dengan Jinsol, sepupu yang juga sekolah di sini.

"Gak tau."

"Lemes banget, lo sakit?"

"Engga."

"Belum makan?"

"Gak usah ikutin gue!" amuk Gadis tiba-tiba. Rocky yang berjalan di belakang cewek itu terkejut sendiri.

Moodnya saat ini sedang buruk.

"Biasa aja dong!" Rocky balas membentak meski ia sendiri takut dengan tatapan tajam Gadis. "Gue kan cuma nanya." cicitnya.

Gadis cuma mendengus, kalau ia meladeni Rocky lagi yang ada kekesalannya malah bertambah. Makanya Gadis cepat-cepat pergi dari sana.

"Lo kenapa sih!?" saat sampai di belokan koridor yang sepi, Rocky meraih lengan Gadis, menahan cewek itu pergi lebih jauh.

"Ky... jangan ganggu please, mood gue lagi gak bagus." Gadis menarik lengannya supaya terlepas, tapi Rocky memegang terlalu erat.

"Gak bisa." kata Rocky. "Cerita kenapa mood lo gak bagus."

"Gak semua hal bisa gue ceritain kan?"

"Meski sama pacar lo sendiri?"

"Iya..." Gadis menunduk menghindari tatapan mata Rocky. "Setiap orang butuh privasi."

Rocky menghela panjang hingga tanpa sadar melepas lengan Gadis. "Kenapa... di sini rasanya sesak ya..." dengusnya memegangi dada sebelah kiri.

Memanfaatkan kelengahan Rocky, Gadis langsung lari sejauh mungkin. Pikirannya berkecamuk dan moodnya sangat buruk.

Ingin rasanya ia menangis. 

Rocky sendiri tak lagi ingin menyusul perempuan itu, ia hanya bisa menghela nafas panjang.















Huaaa aku baru ingat dengan cerita ini, wkwkwk udah berdebu deh kayaknya huhuhu 😂

Another Heart; Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang