chapter 1 : échapper

730 48 0
                                    

Osaka

"Himawari, sudah berapa kali Kakek katakan padamu, jaga penampilan dan sikapmu. Berlakulah seperti seorang Hyuga! Cih, darah Uzumaki memang terlalu kental mengalir dalam tubuhmu, dasar sampah." Gadis berumur tiga belas tahun itu hanya diam menerima cacian yang dilemparkan oleh kakeknya.

Tak apa, hal itu sudah biasa baginya. Lahir tanpa mengenal sosok keluarganya, Himawari dibesarkan oleh sang kakek yang tak lain adalah seorang yang masih memiliki keturunan darah seorang bangsawa sehingga dirinya di didik begitu keras sampai - sampai tak mempunyai ruang untuk bernafas.

Meski mempunyai seorang Ibu, namun Himawari tetap tak pernah merasakan yang namanya kasih sayang. Hal itu disebabkan karena Ibunya, Hyuga Hinata terbaring koma setahun setelah dirinya dilahirkan. Dan sang kakek terus menerus menyebut nama Uzumaki lah yang menjadi awal dari semua kejadian ini.

"Darah Uzumaki, huh? Bahkan kalau aku mampu aku tak sudi mempunyai darah Hyuga dalam tubuhku." gumam Himawari lirih.

Gadis muda itu kemudian memakai hoddie-nya guna menutupi surai indigo yang sengaja Ia potong pendek seperti seorang bocah laki - laki dan memakai sneakers-nya. Ia sudah muak berperilaku sebagai seorang putri, bertindak munafik di hadapan para tetua yang menuntut sikapnya agar menjadi seorang yang sempurna.

Himawari melangkahkan kakinya pada sebuah kamar yang berada di ujung lorong, membuka pintu besar bernuansa kuno itu dan mendekati seorang wanita cantik yang sama sekali tak menua sedang terbaring lemah oada sebuah ranjang raksasa dengan seluruh peralatan penyambung hidup memenuhi tubuhnya.

"Ibu, aku pergi dulu. Aku akan pergi mencari Ayah dan menuntut semua pertanggungjawaban atas apa yang sudah Ia lakukan padaku dan Ibu. Aku akan membawa Ayah untuk mengeluarkan kita berdua dari penjara ini Bu. Aku berjanji, tunggulah aku." ujar Himawari lalu mencium kening sang Ibu sebelum gadis itu berjalan keluar, mengambil sebuah tas ransel yang Ia sembunyikan dalam kamar Ibunya.

Tas berisi seluruh persiapan, uang serta petunjuk di mana Ia akan mencari Ayah kandungnya. Himawari bukanlah gadis yang bodoh. Alasan Ia bertahan dan tunduk pada sang kakek hanyalah agar gadis itu dapat mengorek informasi yang jauh lebih banyak. Sebelum akhirnya Ia memutuskan untuk kabur dan mencari keberadaan Ayahnya.

"Selamat tinggal Bu, aku akan segera kembali." Himawari telah mengambil sebuah keputusan nekat yang mungkin akan mengubah seluruh hidupnya.

•••

"Sekarang ke mana aku harus pergi?" Himawari membuka sebuah surat yang telah lama disimpan dalam sebuah kotak milik Ibunya.

Tak mudah mendapatkan petunjuk berharga tempat Ayahnya berada itu karena Ibunya menguncinya dengan kode - kode rumit yang bahkan membutuhkan waktu sampai tiga tahun bagi Himawari untuk membukanya.

Well, tentu saja hal itu tak lepas dari otak jenius yang diwariskan oleh sang Ibu padanya.

"Pertemuan pertama, 27 Desember 20xx, pada tengah musim dingin saat ulang tahun Ibu di Ueno park, Tokyo. Musisi jalanan bermain saxophone spesial untuk hari ulang tahun Ibu. Bersurai pirang dengan warna mata sebiru samudra yang tak terselami."

"Hm," Himawari memegang dagunya, memutar otak jeniusnya.

Jadi selama ini identitas Ayahnya hanyalah seorang musisi jalanan? Bagaimana caranya pria itu dapat mendekati Ibunya yang notabene adalah seorang yang berbeda kalangan dengan Ayahnya?

"Tak heran Kakek selalu mengataiku dengan julukan sampah. Seburuk itukah darah seorang Uzumaki yang mengalir dalam tubuhku?" Himawari meremas kertas yang berada dalam genggamannya hingga kusut.

Two Hearts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang