Vika kembali menatap kotak persegi yang sudah dibungkus rapih kertas kado ditangannya. Senyum yang cantik tampak dibibir manis Vika 'semoga kakak suka' bantin Vika.
"Lagi ngapain kamu?" suara itu mengagetkan Vika lebih dari yang seharusnya, hampir saja Vika menjatuhkan kado Bima dari tangannya. Vika membalikkan tubuhnya menghadap sang empu suara yang ternyata adalah kakaknya sendiri -Aldi.
Tanpa sadar Vika menghembuskan nafas leganya. "Aldi lo ngagetin gue tau nggak"
"nggak sopan bicara kayak gitu sama kakak sendiri" ujar Aldi dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Vika tertegun sebentar mendengar perkataan Aldi, kemudian senyum pahit itu mengganngu wajah cantik Vika. Entah mengapa, meskipun Vika sudah terbiasa dengan sikap dingin Aldi, tetap saja rasanya sakit dan tidak nyaman. "aku minta maaf... kak" setelah itu Vika berlalu dari depan ruang kelas Aldi yang juga ruang Kelas Bima, dan kado itupun belum sampai kepemiliknya.
Aldi menatap punggung Vika yang mulai menjauh darinya 'itu supaya kamu terbiasa, dan nggak semakin dalam'
***
Vika duduk termenung dibangku taman sekolahnya yang berada dibelakang gedung sekolah. Taman dijam istirahat tidak seperti biasanya, terlalu sepi dan hening. Biasanya banyak para siswa yang menghabiskan waktu istirahatnya ditaman, entah itu untuk makan siang, sekedar bersantai ataupun mengobrol. Tapi kali ini taman tampak sepi seolah semua siswa menghabiskan waktu istirahatnya dikantin ataupun tempat lain. Tapi Vika tidak peduli itu. Dirinya masih memikirkan pertemuannya dengan Aldi tadi pagi, bahakan kado yang seharusnya dia berikan pada Bima masih berada ditangannya.
Vika menatap prihatin kotak persegi disebelahnya "maaf kakak harus nunggu". Vika baru saja hendak berdiri saat seseorang tiba-tiba duduk disebelahnya.
"jauhin Aldi Vik"
Vika mengerutkan keningnya tidak suka mendengar perintah itu. Siapa dia melarang Vika dekat-dekat dengan kakaknya sendiri. Dia mengarahkan pandangannya kesamping dan mendapati Devi -kakak tingkatnya, yang diketahui Vika adalah sahabat dekat Aldi.
"Aku sama Aldi, kita udah pacaran lama" tutur Devi. Dia memeperhatikan reaksi Vika. Meskipun karna Vika hubungannya dan Aldi harus disembunyikan, tetap saja Devi sebenarnya tidak tega mengatakan hal tersebut.
Kaget. Tentu saja, Vika sangat kaget mendengar berita yang baru didengarnya ini, berita paling tidak mengenakkan yang pernah dia dengar bahkan lebih mengagetkan dari pada berita perceraian kedua orang tua Vika beberapa hari yang lalu. Karna yang Vika tahu, Devi dan Aldi hanya bersahabat dari smp. Tapi ini...
"Aku tau apa yang kamu tumbuhin dihati kamu buat Aldi. Cinta? Kamu tau itu nggak bener Vik, kamu sama Aldi sedarah. Dan itu dilarang" penjelasan dari Devi lebih mengagetkan lagi. Devi tau tentang perasaan terpendamnya pada Aldi. Dan itu sungguh tidak bagus. Selain Devi siapa lagi yang tau? Seisi sekolah? Seisi dunia? Bahkan seluruh semesta?
Vika tertawa getir sebelum menyahut sinis "kamu tau aku sama Aldi sedarah, jadi kenapa kamu harus khawatir?"
"dia nggak enak sama kamu Vik. Aldi bahkan harus nyembuyiin hubungan kita demi jaga perasaan kamu."
"dan aku capek harus ngejalanin hubungan diem-diem kaya gini terus"
"dan kenapa kalian nggak putus aja? Kenapa harus aku yang ngejauh?" ujar Vika dengan kepahitan yang tidak bisa ditutupi. "udah cukup kenyataan sedarah nyakitin aku, kenapa harus ditambah ngejauh?" Tanya Vika dengan suara lirihnya. Mata Vika menatap Devi penuh tuntutan.
Devi memutus kontak matanya dengan Vika dan menatap kearah lain "karna kamu yang salah dalam hal ini Vika"
Perkataan Devi menohok hati Vika, dia yang salah? Vika yang salah?Vika menggelengkan kepalanya "cinta yang aku punya nggak salah, Cuma ya tempatnya aja yang nggak tepat" Vika berkata getir sambil menahan mati-matian air mata yang mulai menerobos keluar dari bendungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Kisses
Fiksi RemajaCinta yang aku punya nggak salah, Cuma ya tempatnya aja yang nggak tepat. -Vika