Pada hari ketujuh, akhirnya Taylor Holbrook dan kedua orangtuanya datang menengokku. Butuh beberapa saat bagi Taylor untuk memberanikan diri mendekat kepadaku. Dari tatapannya, aku tahu bahwa ia merasa bersalah dan ketakutan. Ayah sempat menceritakan bahwa ia sangat marah dan melaporkan Taylor ke polisi, tapi akhirnya memutuskan untuk berdamai karena hubungan pertemanan yang terjalin antara ia dan Mr. Holbrook. Kami memang sempat bertetangga dulu sekali, sebelum keluarga itu pindah ke rumah yang lebih besar di kawasan elit. Dulu sekali...sudah lama sekali. Aku ingat sering bermain dengan Taylor ketika kami kecil. Sekarang, ia yang berdiri di hadapanku tak lebih dari seorang yang asing.
“Hei...Laurie,” sapanya canggung.
“Halo, Taylor,” balasku tak kalah canggungnya.
Kami saling bertatapan agak lama tanpa berkata apa-apa. Aneh sekali. Kami sudah lama tidak saling bicara. Kami sudah lama berhenti berteman. Aku merasa tidak mengenalnya sehingga tidak tahu mau bicara apa.
Ibu Taylor berdehem dan memelototi Taylor, yang segera menyodorkan seikat bunga dengan kartu ucapan yang mendoakan kesembuhanku.
“Maafkan aku,” katanya lirih sambil menunduk. Aku hanya mengangguk pelan seraya menerima pemberiannya. Mereka tidak berlama-lama di kamarku karena jam kunjungan sudah hampir habis. Sebelum menghilang di balik pintu, kami sempat beradu pandang lagi. Saat itu, entah kenapa aku berusaha meyakinkan diriku bahwa lelaki tampan bermata cokelat ini bukanlah anak pemalu berpipi tembem yang dulu sering berbagi roti isi bekal makan siangnya denganku. Selama ini aku sudah terbiasa dengan kehidupanku tanpa Taylor. Aku bahkan heran bagaimana dulu kami bisa begitu dekat, padahal kami begitu berbeda. Namun, sekarang aku tak bisa menyangkal bahwa aku merindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two
Teen FictionLaurie dan Taylor, dua sahabat yang kini tak mengenal satu sama lain. Sebuah insiden menyatukan mereka kembali, mengembalikan kenangan yang bertahun-tahun tenggelam ditelan waktu. Apakah mereka bisa menjadi seperti sebelumnya, ataukah semuanya sudah...