Prolog

924 135 6
                                    

Suara sirine menggema memenuhi jalan. Berpuluh—tidak, mungkin bahkan beratus—mobil polisi bersenjata itu datang berbondong dan memenuhi seisi gedung besar berwarna putih dengan gerbang setinggi 3 meter yang berdiri gagah memagari sang empunya.

"Keluarlah, kau sudah terkepung!"

Seorang dari sekian polisi bersenjata itu berteriak dengan alat bantu pengeras suara ke arah rumah besar itu. Mimiknya was-was, pun bulir keringat seukuran jagung keluar dari pelipisnya.

"Komandan, kita tidak bisa mencapai akses masuk ke dalam."

"Kalau begitu biarkan pasukanku masuk secara diam-diam, Komandan Kim."

Pria yang disebut Komandan Kim itu menatap wajah sahabat lamanya, Komandan Jung dari Tim Investigasi Rahasia yang baru saja memotong laporan dari salah seorang anak buahnya.

"Tapi, kau tau kan? Ini istana Kerajaan, sangat sulit untuk kita memasuki tempat suci semacam ini dengan cara tidak terhormat." Komandan Jung tersenyum simpul, lalu menepuk pelan bahu Komandan Kim.

"Akan lebih tidak terhormat jika kita membiarkan Raja meninggal di dalam sana. Kau sudah menerima laporannya kan? Prajurit istana sudah lumpuh dan Panglima Pasukan juga sudah meninggal. Kita harus masuk sesegera mungkin. Berikan perintahmu, dan pasukanku akan masuk dan membukakan pintu suci ini untuk pasukanmu, Komandan Kim."

"Ah, dan kau tidak lupa kan apa laporan yang sudah kita terima? Ini kelompok El Dorado, bukan kelompok biasa." tambah Komandan Jung sambil menghela nafasnya berat. Ia tau, malam ini akan menjadi malam panjang paling berdarah selama puluhan tahun dia bertugas sebagai polisi rahasia.

👑

"Pangeran, anda tidak apa-apa?"

Laki-laki itu jatuh terduduk, ia menunduk hormat ke arah pemuda yang jauh lebih muda darinya yang kini menangis meraung-raung sambil memeluk lututnya sendiri di sudut ruangan.

Hiks.

Tangisnya terdengar merintih. Sakit. Dia bersembunyi dari rasa takut yang kini menggerogotinya dengan ganas.

"Kim Minseok?" ia menggumamkan nama di sela tangisnya. Lelaki yang berlutut di depannya mengangguk. "Ya, saya Kim Minseok, pengawal Kakak Anda, Pangeran."

"Ah, benar, Kim Minseok. Bagaimana dengan hyung-ku? Bagaimana dengan Chan Sung hyung?!" tanyanya kemudian sambil merangkak menggapai bahu Minseok dan memaksa pemuda bermarga Kim itu untuk menjawab. Minseok terdiam. Dia menunduk, tidak mau bertatap mata dengan Putra Bungsu Kerajaan itu.

"Putra Mahkota sudah meninggal, Pangeran."

Pangeran bungsu itu merasakan sumsum tulangnya meleleh seketika. Ia terjatuh, lagi. Tangisnya makin terdengar mengaum. Saudara satu-satunya yang ia punya kini sudah meninggal dunia.

"Pangeran, kita harus pergi sekarang."

Pangeran itu makin menangis. Matanya memerah. Dia berteriak kuat. Dia tidak mungkin bisa hidup setelah malam mencekam ini berakhir.

"BAGAIMANA AKU BISA HIDUP?!" pekiknya. "AYAH DAN IBU MENINGGAL DI DEPAN MATAKU. CHAN SUNG HYUNG, DIA—DIA MEMBAWAKU KE RUANGAN INI DAN MENGURUNGKU DI SINI. DIA MELINDUNGIKU. DAN SEKARANG KAU BILANG HYUNG-KU SUDAH MENINGGAL. KAU PIKIR AKU BISA HIDUP?"

Minseok terdiam. Pangeran itu masih terlalu muda. Dia tidak mengenal dunia, begitu pikirnya karena sekarang Sang Pangeran sudah seperti orang gila.

"Ayah saya juga meninggal malam ini. Dan adik saya, Kim Min Jung, anda mengenalnya kan? Dia pengawal anda. Dia juga meninggal, Pangeran. Saya ingin menangis meraung juga seperti anda, tapi air mata saya tak kunjung terjatuh sejak tadi. Anda tau mengapa, Pangeran? Karena saya adalah pengawal kerajaan. Keluarga saya adalah pelayan Keluarga Kerajaan secara turun temurun. Jadi Pangeran, tolong ikut saya dan mari melarikan diri dari istana untuk sementara. Tolong jangan membuat saya semakin merasa bersalah karena tidak bisa melindungi satu-satunya keluarga kerajaan yang tersisa, Pangeran."

👑

"Check, Chief Kim. Roger."

"Ya, Komandan Kim disini. Bagaimana keadaannya, Komandan Jung?"

Komandan Kim menjawab dengan was-was lewat walkie talkie. Sudah setengah jam berlalu sejak pasukan intel khusus dibawah perintah Komandan Jung masuk secara rahasia ke dalam istana.

"Kami hampir sampai di ruang utama."

"Baiklah. Teruskan pencarian dan laporkan situasi kepadaku. Keselamatan Raja dan Putra Mahkota menjadi yang terutama." Perintah Komandan Kim lagi kepada Komandan Jung yang kini sedang berjuang dibalik kegelapan malam.

"Terlalu banyak mayat."

Komandan Kim menghela nafasnya berat. Dia sudah menduga malam ini akan menjadi malan panjang berdarah yang sangat menguras emosi dan raungan air mata.

"Sistematis pintu gerbang akan membuka 5 menit lagi. Siapkan Pasukanmu, Komandan Kim."

"Ya, aku mengerti."

Komandan Kim lantas berbalik, lalu mulai berteriak ke arah para anak buahnya yang sudah berjaga di sekeliling luar istana. "Team 1 akan tetap menunggu di luar, Team 2 dan 3 ikut aku ke dalam. Tim 4, masuk ke dalam dan segera retas semua CCTV istana. Team 5 berjaga di atap dengan senapan laras panjang. Apa kalian mengerti?"

"Siap, mengerti, Komandan!"

"Komandan Kim, kau di sana?"

"Ya, aku di sini. Ah, pintu gerbang sudah terbuka. Aku dan anak-anak buahku akan segera masuk dan—"

"—Raja, Ratu dan Putra Mahkota meninggal."

"APA?!"



To Be Continued

Mr. Black「 chanyeol 」Where stories live. Discover now