-01-

829 116 24
                                    


Pernah mendengar yang namanya keadilan? Bisa sebutkan apa definisi keadilan?

Lelaki itu tau apa definisi adil dengan sangat sempurna tanpa cela. Adil artinya tau diri. Ah, memangnya siapa dirinya?

"Selamat pagi, Tuan."

Pria bertopeng itu mengangguk sebentar sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya dengan perlahan. Tidak pernah ada kata tergesa yang tertuang di pemikirannya selama ini karena dia memang tidak pernah melakukan hal penting apa pun yang membutuhkan waktu cepat. Yang ia lakukan selama ini hanya bermain, menertawai nasib, bersikap usil, dan berakhir menangis diam-diam di gudang bawah tanah rumah besarnya itu.

Lalu apa salahnya? Ini bukan keinginannya sama sekali untuk dikenal berbeda. Dia sama sekali tidak memimpikan diperlakukan sebagai orang lain di rumahnya sendiri. Dia yang adalah bayangan, sungguh tidak pernah terlintas di dalam kamus pria bertopeng itu.

"Tuan, tolong jangan seperti ini. Anda mempunyai jadwal untuk berlatih menembak dengan Putra Mahkota sore ini. Pun Yang Mulia Raja dan Ratu akan turut hadir di sana. Ku mohon Tuan, tolong keluar."

Suara salah seorang pelayan membuyarkan lamunan si pria bertopeng pula. Dia bahkan tidak sadar kalau sekarang ia sudah berada di dalam kamarnya dan mengunci pintu, padahal tadinya ia hanya berjalan santai tanpa tentu arah di sekeliling istana yang super luas itu.

"Aku tidak mau."

"Tuan, ku mohon."

Nadanya benar-benar memelas, membuat pria bertopeng itu sedikit mengacak rambutnya kasar. "Hyung, aku tidak suka bau mesiu." lanjutnya kemudian berbohong. Yang pasti dia hanya ingin menghindari ajang beradu revolver tepat sasaran dengan saudaranya.

"Tidak bisa Tuan. Ini semua sudah perintah Yang Mulia. Hamba tidak bisa melawan meski Tuan tidak menyukainya."

Selalu saja, ini perintah raja. Dia benar-benar muak.

"Baiklah. Aku akan keluar nanti sore."

"Anda harus makan siang, Tuan."

"Tidak, aku tidak suka jamur. Hari ini Kepala Koki memasak jamur."

"Tuan!"

"Aku tidak akan keluar dari kamar kecuali untuk latihan menembak. Kalau kau masih mengganggu, aku tidak akan keluar seharian."

Ancaman itu muthlak. Setiap orang yang mengenalnya pasti tau kalau semua yang keluar dari mulut pria itu adalah janji. Ancaman itu adalah janjinya. Tentu saja pelayan itu tidak mau mengambil resiko.


👑


Di sebuah aula besar dengan warna dominan putih gading dan gorden keemasan, seorang pria berumur pertengahan empat puluh tahunan duduk di singgahsananya sambil membaca sebuah buku tebal bersampul coklat. Sorot matanya tajam. Garis mukanya tegas dengan sebuah bekas luka tipis di dekat dahi. Bibirnya tebal dan berwarna merah muda, netranya berwarna hitam pekat, senada dengan surai halus berpotongan pendek miliknya.

"Yang Mulia, Perdana Menteri ingin bertemu dengan anda."

Tak berselang lama, kekusyukan pria yang dijaga oleh belasan pengawal berpakaian serba hitam dengan pistol dibalik jas yang membungkus kulit mereka itu terhenti. Dia menutup bukunya perlahan, lalu menatap seorang kepala pelayan yang sudah mengabdi di istana itu sejak ia masih bayi, puluhan tahun yang lalu.

"Baiklah, suruh dia masuk, Pelayan Kang." ucapnya kemudian dengan nada berat yang kentara. Wajahnya masih tergolong sangat muda untuk seusianya. Ia tersenyum tipis, bersikap ramah meski seluruh dunia tau dia tidak tidak seramah itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mr. Black「 chanyeol 」Where stories live. Discover now