Chapter 3

20 1 0
                                    

Suasana masih sepi di kelas ini. Mereka berkeliaran diluar sana. Menikmati lezatnya makanan kantin, keringat karena olahraga, dan lainnya disekolah.

" Apa yang kau katakan Yeri-ah? Ah babbo!!! Aku bodoh sangat bodoh. " ucapnya kesal sesekali kepalanya terkena jitakan oleh tangannya sediri.

" Ya? Kemana saja kau? Aku harus memberi asupan pada perutku sendiri di kantin. " tanya Jihyo yang baru saja masuk kedalam kelas mereka.

~ " Sendiri? Tanpa Jungkook? Aigo. Jungkook malah menemaniku tadi. Lalu sandwich tadi? Apa dia sengaja membeli itu untukku? Atau tadinya untuk JiHyo? Air mataku? Aku benar benar merasa bodoh saat ini. " ~ batin Yeri.

" Ya? Kau memikirkan apa? " Jihyo menepuk pundak temen dekatnya itu.

" Eoh? Wae? Kau bicara apa tadi? " tanya Yeri tersadar dari pikirannya.

" Lupakanlah. "

Waktu terus berjalan, matahari semakin tidak terlihat, begitupun suhu disini sudah sedikit dingin. Jam di dinding belakang di kelas itu menunjukan pukul 10 malam KST, dan itu waktu mendekati bel pulang sekolah berbunyi.

" Ahh~ akhirnya. Badanku lelah " ucap Jungkook meregangkan badannya setelah mendengar bel berbunyi.

Satu persatu siswa disini berjalan keluar gerbang sekolah. Perlahan pula tiap ruangan dan sudut di sekolah ini sepi layaknya bangunan kosong. Hanya penjaga sekolah dan beberapa staff guru serta murid yang masih ada disana.

'From : Jungkook pabbo

Kau pulanglah sendiri. Ada hal yang harus aku lakukan. Selamat malam ~kkk

22.25 PM via Messages

" Cih. Hanya mengatakan ini saja? Mana kata Saranghae yang aku nantikan selama aku menjalin hubungan dengannya. " batin Jihyo berkata setelah membaca pesan singkat dari kekasihnya itu.

" Dari siapa? Kau tidak membalas itu? Mana Jungkook biasanya dia menunggumu di halte? " tanya Yeri yang berjalan pulang bersama JiHyo malam itu.

" Jungkook. Ya dia sedang ada urusan. Aku harus pulang sendiri. Itu halte sudah dekat. Sampai disini saja Yeri-ah. Kau hati hati pulang! Okey? Annyeong. Jaljjayo. " ucap Jihyo meninggalkan kan Yeri. Kebetulan mereka pulang dengan arah jalan yang berbeda, dan disini mereka selalu mengakhiri pertemuan.

Yeri hanya melihat temannya menyebrang melewati jalan itu. Sampai melambaikan tangan saat ia mulai menaiki bus yang terhenti di halte itu.

" Jaljja? Perkataan apa itu? " tanya batin Yeri. Kaki nya mulai berbelok dan berjalan menelusuri arah rumahnya yang berada diantara ribuan rumah di kota Seoul.

Yeri terus memandangi layar ponselnya, yang terus menerus melihat postingan terbaru idolanya. Hingga saat dimana pesan masuk menghentikan aktivitas nya itu.

'From : noname

Lihatlah kebelakang. Ada hal yang akan membuatmu tersentak.
22.39 PM

Jangan menakutiku heoh! Akan ku pukul kau!!
22.39 PM Read

Garang sekali. Aku sangat butuh pelukan darimu
22.40 PM

Ya? Apakau gila?
22.41 PM Read

Ya aku gila. Lihat aku tolong.
22.42 PM

Dimana kau?
22.42 PM Read

Belakangmu. Aku butuh pelukan darimu. Aku merindukanmu.
22.43 PM

Bohong!
22.44 PM Seen

" Apa aku akan percaya padanya? Dia masih saja sering menggodaku. " tanya Yeri pada dirinya sendiri. Ia terhenti, berpikir sejenak dan melepaskan sepasang earphone yang tertancap ditelinganya. Ia mulai membalikkan badannya kebelakang. Ia menatap terus tanpa berkedip.

Malam itu, tetap sepi. Ya, rumah ini selalu saja diam tanpa berkata apapun menunggu kepulangan Yeri. Lampu yang masih padam di setiap sudut. Angin masuk lewat erang erang rumah Yeri. Petir mulai terdengar pertanda akan turun berjuta juta tetesan cairan bening, mungkin langit sedang sedih malam ini. Tangan gadis itu mulai menuangkan air yang ia rebus tadi.

" Ini, minumlah! " ucap Yeri memberikan secangkir teh hangat pada pria yang sedang bersamanya malam itu.

" Dan ini handuk untukmu. Bersihkan lah sana badanmu sebelum larut. Aku akan siapkan makan malam. " lanjut Yeri melempar handuk kehadapan namja yang tampan yang tak asing baginya.

23.23 PM
Yeri masih sibuk dengan pekerjaan dapurnya. Begitulah kehidupannya yang segalanya dikerjakan oleh tangan dan tubuhnya sendiri setelah pindah beberapa tahun lalu untuk melanjutkan sekolah di Seoul yang sangat jauh dari tempat tinggalnya.

" Apa tiap hari kau seperti ini? "
tanya namja yang baru saja keluar dari kamar mandi rumah sepi itu.

Rintik hujan sudah membasahi jalan depan rumahnya. Dengan iramanya yang selalu sama dan alurnya yang selalu sama pula.

" Maksudmu? " jawab nya sembari memotong sushi buatannya yang ia pegang.

" Memasak, merapihkan rumah, makan dan segalanya kau kerjakan sediri? Dimana orangtuamu? "

" Oh. Aku sudah terbiasa. Awalnya aku merasa aku tidak akan bisa hidup sendiri seperti ini. Tapi tidak masalah sekarang. Orangtuaku, jauh dari sini. " jawab Yeri.

" Dimana? "

" Busan. Jauhkan? Aku harus jadi mandiri untuk saat ini dan seterusnya. Makanlah, makan malam sudah siap. Aku akan pergi mandi dulu. "

Waktu terus berjalan. Hujan masih saja turun dengan derasnya. Yeri keluar dari ruangan dimana ia membersihkan badannya. Namja yang sedang menikmati makannya terpatung melihat badan mulus milik Yeri yang hanya terbalut helai handuk.

" Ya? Apa yang kau lihat? " tanya Yeri dengan nada sedikit tinggi.

" Eoh. Aniya. Hehe makanan buatanmu sangat lezat. "

" Dasar mata keranjang! Tidurlah duluan sana. Jangan lupa kau sikat gigimu itu. " perintah Yeri.

" Itu berarti aku boleh bermalam disini? "

" Ya jika kau ingin pulang dalam kedinginan silahkan saja!! "

To be continue

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang