Menanti Senja

2.3K 275 111
                                    

Menanti Senja By JiiKeiha

Disclaimer By Masashi Kishimoto

.

.

.

"Ibumu butuh tinggal di lingkungan yang udaranya masih asri."

Enam bulan lalu, dokter keluarga mendiagnosa ibunya mengidap pneumonia.

"Udara pedesaan bisa sangat bagus untuknya." Dokter itu menutup map berwarna hijau yang berisi beberapa hasil tes kesehatan Ibunya, melepas kacamata tebalnya dan menunggu respon dari lawan bicaranya.

"Semua keputusan tergantung padamu, Hatake-san."

Hatake Kakashi, direktur muda perusahaan agrochemical ternama di kota itu memilih mengangguk sebelum beranjak dari kursi diikuti oleh dokter yang mengantarnya hingga ke pintu ruangan bernuansa putih.

"Akan saya pikirkan." keduanya berjabat tangan mengakhiri pertemuan.

.

.

.

Kakashi mengikuti saran dokter untuk sementara waktu membawa ibunya tinggal di pedesaan. Dibantu Tanabe, asisten pribadinya, Kakashi membeli sebuah rumah tua sederhana yang bangunannya masih sangat kokoh dan cantik dengan sedikit renovasi yang ia lakukan. Rumah itu milik seorang konglomerat yang telah bangkrut dua tahun lalu.

"Bagaimana Hatake-san?" Kakashi melihat puas hasil pekerjaan tangan kanannya itu.

"Terima kasih." Tanabe mengangguk, meski hanya jawaban singkat yang ia dapat, namun ia bisa bernapas lega saat melihat wajah puas tuan mudanya.

.

.

.

Dua hari sudah Kakashi dan ibunya berada di sana, waktunya ia habiskan hanya dengan menyelesaikan semua pekerjaannya, berbeda dengan ibunya yang terlihat lebih bersemangat tinggal di sana. Banyak kegiatan yang dilakukan wanita paruh baya bernama Hatake Haruka itu di sana.

Penat dengan pekerjaannya, Kakashi merentangkan kedua tangan dan beranjak dari kursinya, melihat Haruka yang bersenandung sambil merapikan tanaman yang memang sudah ada di taman depan, tanaman yang awalnya tidak terawat itu sedikit demi sedikit mulai terlihat cantik.

Kakashi menghampiri Haruka, mencium pipinya, "Hei sayang," Haruka tersenyum atas perlakuan anak semata wayangnya.

"Kamu bosan?" Kakashi mengangguk, "Pergilah berkeliling, Ibu belum kuat berjalan jauh," tidak ada yang salah dengan ide Haruka.

"Tanabe bilang di balik bukit itu ada sebuah danau yang indah, ah.. Ibu jadi ingin ke sana,"

Ibunya bergelayut manja di lengan Kakashi, "Pergilah,"

"Hm," Kakashi mengagguk lagi.

.

.

.

Hari mulai beranjak petang dan senja pun hampir datang, Kakashi mempercepat langkah, ia ingin merasakan sensasi melihat matahari terbenam di tepian danau seperti yang selalu Tanabe ceritakan. Namun belum sampai menginjakkan kaki di pinggir danau, Kakashi menghentikan langkah saat matanya menangkap sosok seorang gadis yang tengah berdiri di pinggir danau, posisi gadis itu membelakanginya.

Menanti SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang