Setelah selesai sarapan dan sedikit berbenah. Swara dan Ragini langsung pergi ketempat tujuan yang Ragini tau dengan mengendarai sedan biru. Di dalam perjalanan terlihat sunyi dan yang terdengar hanyalah suara mesin mobil dan suara musik yang di putar Swara agar menghilangkan rasa bosan.
Beberapa kali ponsel Swara berdering, ia hanya melirik sekilas dan kembali fokus dengan jalanan, ia sama sekali tidak menghiraukan panggilan tersebut. Ragini yang ada di sebelahnya jadi melirik ke ponsel Swara.
"Kau tidak ingin menerimanya, Swara?" Tanya Ragini.
"Tidak. Aku sedang menyetir." Balas Swara.
"Hm, mungkin saja itu telpon yang sangat penting."
Tidak ada respon dari Swara, dia masih tetap fokus dengan jalanan. Sepenting apa pun telpon yang masuk, tidak ada yang lebih penting dengan keselamatan. Ragini menerima panggilan tersebut yang ternyata dari Hyerim. Saat ingin menjawab, telpon itu keburu mati.
"Apa yang kau lakukan, Ragini?"
Ragini meletakkan kembali ponsel Swara.
"Aku hanya ingin menerima panggilan dari Hyerim." Jawab Ragini. Swara pun menghela napas.
"Kau tidak usah mempedulikan panggilan Hyerim. Dia selalu seperti itu setiap harinya."
"Hm, mungkin saja ada hal yang penting yang ingin di katakannya padamu."
Swara menatap Ragini. Sungguh polos sekali Ragini, dia sama sekali tidak mengenal kedua teman Swara yang punya hobi menjadi degemnya para om-om genit. Sejak mengetahui kelakuan kedua temannya yang tidak ada yang beres, ia lebih memilih menjauh dari Hyerim dan Minsung, ia tidak ingin salah pergaulan nantinya.
Mungkin jika Ragini mengetahui profesi Hyerim dan Minsung, mungkin dia akan bersikap sama dengan Swara saat ini juga.
"Hm, baiklah. Aku akan menghubunginya nanti." Jawab Swara berbohong. Berbohong demi kebaikannya.
Akhirnya mereka sampai di sebuah panti asuhan anak-anak penderita kanker. Mobil pun terpakir di halaman panti, Ragini dan Swara pun turun setelah mematikan mesin mobil. Swara mengerutkan dahi setelah melihat tempat tujuan Ragini.
"Panti asuhan." Kata Swara pelan dan di balas anggukan Ragini.
Mereka pun masuk kedalam panti, bangunan yang terbilang tidak layak huni itu. Saat masuk, bau lembab langsung menyeruak masuk kedalam penciuman Swara dengan refleks ia menutup hidungnya. Bagaimana bisa ada orang yang mau bekerja di panti ini, dindingnya saja sudah pada retak dan atapnya saja sudah pada hancur dan membuat lubang besar disana, lantainya berlumut dan berair, jika hujan badai datang dengan sekali tiup bangunan ini akan roboh dan menimpa anak-anak yang ada di dalamnya.
Tempat ini tidak pantas di sebut panti, lebih tepatnya gubuk tua. Swara melirik kearah Ragini, ia berpikir bagaimana Ragini bisa mengetahui tempat ini? Dan, apa yang di lakukan Ragini disini? Itulah, pertanyaan yang ingin Swara lontarkan sekarang kepada Ragini.
"Kau tau Swara. Pasti kau ingin bertanya bagaimana aku bisa mengetahui tempat ini dan apa yang ingin kulakukan disini?" Sepertinya Ragini peka. Ia mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Swara sebelum Swara mengatakannya.
Swara mengangguk cepat, ia tidak perlu bersusah payah bertanya semua itu kepada Ragini, karna Ragini sudah mengetahuinya.
"Di tempat inilah pertama kali ayah bertemu dengan ibu. Di tempat inilah pertama kali ayah jatuh cinta dengan ibu." Ucap Ragini. Swara tercengang, kedua matanya membulat dengan sempurna.
"Ba-bagaimana kau tau?" Tanya Swara. Ragini hanya tersenyum manis.
"Bibi Nam yang menceritakan kisah cinta juliet dan romeo." Balas Ragini.
YOU ARE READING
SWARAGINI
FanfictionSwara Choi : memiliki aifat pemberani. Pintar. Keras kepala. Dan memiliki jiwa kepemimpinan yang di akui. Ragini Choi : memiliki sifat penyayang. Lembut. Penyabar. Ia selalu menjadi yang kedua di dalam segala hal. Park Chanyeol : Teman Swara yang se...