CH-3

252 7 3
                                    

"Maaf, sebenarnya waktu itu..."

Swara ingin menceritakan semuanya kepada Ragini, tetapi niat itu ia urungkan karna menurutnya tidak terlalu penting juga menceritakannya kepada Ragini yang sudah siap mendengarkan cerita Swara. Mobil kembali melaju di jalanan yang sudah mulai mendadak rame oleh pengendara lain. Ragini hanya bisa menelan saliva dengan kasar, ia sudah tau bakal begini akhirnya. Bicara dengan Swara tidak menemukan titik terang, mungkin itulah sifat Swara tidak ingin terbuka soal kisah asmaranya. Padahal kalau cerita sedikit juga gak apa-apa.

"Ya sudah. Kalau tidak ingin menceritakannya." Tutur Ragini pelan. "Tidak penting juga, kan? Yang penting aku sudah mengatakannya padamu. Jangan di ulangi lagi." Ucapnya tegas.

Swara hanya tersenyum simpul seraya menggeleng pelan. Swara memakirkan mobilnya di halaman pakiran yang hanya tertinggal satu lowongan saja, buru-buru ia memajukan mobilnya. Tetapi, saat ia ingin memakirkan, tiba-tiba mobil silver merebut tempat pakiran Swara. Sontan saja membuat Swara harus berhenti mendadak karna kalau tidak mobilnya dan mobil silver itu saling bertabrakan.

"Swara..." kaget Ragini.

Swara hanya mengendus kesal, ia pun keluar dari dalam mobil dan menghampiri mobil silver tersebut.

"Keluar!" Teriak Swara.

Tidak ada respon yang di berikan sih pemilik mobil. Karna merasa tidak ada tanggapan, Swara memukul kap mobil.

"Keluar!!!" Ulang Swara.

Kaca mobil di turunkan, seseorang menyembulkan kepalanya keluar jendela.

"Yak! Kau sudah gila?" Tanya pemilik mobil silver yang ternyata seorang cowo.

Swara pun menghampiri pintu sebelah kiri.

"Apa katamu? Kau yang gila!" Balik Swara.

Cowo itu hanya menghela napas, paling malas kalau meladeni cewe pemarah. Ia memilih menutup kaca mobil dan membuka pintu, sehingga membuat Swara menyingkir beberapa senti.

"Apa masalahmu?" Tanya Cowo bernama Oh Sehun.

"Kau tanya apa masalahku? Yak! Kau mengambil tempat pakiranku." Swara memberitahu.

"Tempat pakir!?" Sehun menatap lapangan pakir yang sudah penuh dengan mobil-mobil, lalu ia melihat ada satu lahan pakir yang kosong.

"Itu disana ada yang kosong." Tunjuk Sehun.

Swara tau tempat yang di tunjuk Sehun, tetapi ia tetap bersihkeras ingin memakirkan mobilnya di sini.

"Kenapa bukan kau saja yang pakirkan saja mobilmu disana." Saran Sehun.

"Tidak!" Tolak Swara.

"Hm."

"Kenapa bukan kau saja yang memakirkan mobil brengsekmu disana, kenapa harus mengambil tempat pakiran orang." Ucap Swara Sinis.

Sehun membuka kacamata hitamnya dan tertawa.

"Kau tadi bilang apa? Tempat pakiranmu? Kau membeli lahan pakir ini? Ini lahan pakir sekolah, semua siswa berhak memakirkan mobilnya dimana saja, termasuk disini. Kau pikir kau siapa? Melarang seseorang untuk meletakkan mobilnya disini. Ini wilayah sekolah, aku bebas memakirkan mobilku dimana saja tidak ada undang-undang yang mengatakan tidak boleh pakir disini?"

"Seharusnya kau memberi tanda disini, agar orang lain tidak sembarangan meletakkan mobilnya."

Melihat situasi yang sudah mulai menegang ini, Ragini pun keluar dan mencoba untuk melerai keduanya.

"Swara." Ragini memegang lengan Swara, lebih tepatnya menahannya agar Swara tidak melakukan tindakan yang membahayakan dirinya.

"Sudah hentikan. Biarkan saja dia mendapatkan tempat pakir itu. Ayo, kita cari tempat yang lain." Ajak Ragini.

SWARAGINIWhere stories live. Discover now