FRAGMEN 1: Air Susu Dibalas Air Tuba

624 47 33
                                    

Atjeh. Tahun 1600 M.

Ketika kesultanan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Alauddin, dialah yang memberi pengakuan kedaulatan pertama terhadap kerajaan Belanda di Eropa, saat itu bangsa Belanda baru saja lepas dari penjajahan Spanyol. Perang kemerdekaan Belanda dimulai tahun 1560 dan pada tahun 1648 mereka baru merdeka, keluarga (clan) Nassau membawa Belanda ke arah negara merdeka dan memerintah menuju kemajuan begitu cepat bersama rajanya yang bernama Prins Maurits.

Empat tahun sebelum kekuasaan Sultan Alauddin berakhir, tepat tanggal 21 November 1600 dua kapal Belanda melewati pantai Barat Pulau Sumatera. Kapal itu dipimpin oleh Admiral Paulus van Caerden. Setibanya di pelabuhan Aceh dengan kata-kata sombong dan angkuh dengan kasarnya, Caerden merompak kapal dagang Aceh. Semua isi kapal dagang itu dipindahkan ke kapal Belanda, di antaranya lada, cengkeh, pala, beras dan barang-barang berharga lainnya. Setelah kapal dagang itu kosong, Caerden menenggelamkan kapal itu, melarikan diri dan pulang ke Belanda.

Namun pada tahun 1602, pedagang Belanda lainnya di bawah Admiral Laurens Bicker dan Gerard de Roy yang mengunjungi pelabuhan Aceh, diperintah sang raja Prins Maurits untuk mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Aceh, tidak seperti sebelumnya, di bawah Admiral Paulus van Caerden yang menjadi "perampok" di wilayah Kesultanan Aceh.

Mendapat perintah seperti itu, Bicker dan de Roy langsung mengunjungi Sultan Alauddin. Mereka menyerahkan surat dari Prins Maurits. Surat Maurits yang berbahasa Spanyol itu dibalas oleh Sang Sultan dengan bahasa Spanyol dan diberikan kepada kedua utusan itu.

Sultan menerima bingkisan-bingkisan seperti cendera mata dari Prins Maurits, namun sultan membalas dengan mengirimkan cendera mata yang berbeda dan tentu saja lebih menimbulkan kesan kenang-kenangan yang sulit dilupakan. Saat itulah Sultan Aceh membaca surat dari Prins Maurits:

"Pada tahun yang lalu (1598) atas perintah beta, telah bertolak dua kapal dagang dari negeri ini dengan tujuan mengadakan hubungan perniagaan di Hindia Timur, yang sudah tiba di sana pada tanggal 15 Agustus tahun itu juga. Kepada beta telah dikabarkan betapa baiknya sambutan yang diberikan oleh Yang Mulia kepada mereka yang tiba di kerajaan Yang Mulia. Disamping itu beta mendapat kabar juga bahwa dengan memenuhi peraturan yang berlaku mereka telah melaksanakan tujuan-tujuan perdaganan itu sesuai dengan segala keinginan mereka.

Akan tetapi tatkala orang-orang Portugis yang menjadi kawula Raja Spanyol, musuh kami, mendapat kabar bahwa mereka sedang mendapat perlindungan dan bantuan yang dijanjikan oleh Yang Mulia. Mereka pun menceritakan hal-hal yang dusta untuk menyesatkan Yang Mulia. Di antaranya dikatakan oleh mereka bahwa para saudagar Belanda itu adalah bajak laut dan mereka datang untuk merampas Kerajaan Aceh Yang Mulia. Kebohongan itu kemudian menyebabkan Yang Mulia menangkap Frederick de Houtman, nakhoda salah satu kapal itu bersama beberapa awak kapal lainnya.

Dengan keyakinan akan balas kasihan Yang Mulia lakukan terhadap mereka, beta inginkan mereka agar dipelihara sebagaimana dengan baik. Semoga tawanan Yang Mulia itu kini berada di negeri Yang Mulia pimpin.

Kepada beta pula dikabarkan bahwa orang-orang Portugis datang kepada kerajaan Yang Mulia atas perintah Raja Spanyol telah mengadakan peperangan dengan tujuan untuk merampas negeri itu dan menjadikan kawulanya sebagai budak. Akan tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa tidaklah sekali-kali ingin hal yang tidak pantas itu ditiadakan di muka bumi, dan beta telah mengangkat senjata menentang penjajahan itu dan akan terus melakukan sumpah untuk tidak melanggarnya.

Oleh sebab itulah, kiranya Yang Mulia Sultan Alauddin agar kiranya tidak mempercayai orang-orang Portugis itu dan supaya Yang Mulia tidak perlu mempercayainya lagi kelompok yang datang kepada negeri Yang Mulia. Agar semua itu tidak terjadi, beta mengirim surat ini bersama orang-orang kepercayaan beta seperti: nakhoda Cornelis Bastiaanase, Jan Tennerman, Mathis Antonniese dan Adriaanse, bersama beberapa petugas keuangan dan perdagangan yaitu Gerard de Roy, Laurens Bicker, Jan Jacobs, dan Nicolaas van der Lee. Kesemuanya berangkat dengan empat buah kapal atas nama beta guna membicarakan perundingan dengan Yang Mulia dan perdagangan kalau-kalau Yang Mulia membutuhkan bantuan-bantuan dalam usaha menumpas musuh-musuh dagang.

1946: Entitas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang