I

537 84 0
                                        

"Jiyeon-ah.. makan dulu yuk!" Bujuk Nayeon sambil menggoyang pelan badan Jiyeon yang kini sedang terbaring dengan selimut tebal menutup seluruh tubuhnya.

Setelah kejadian kemarin, Jiyeon terus mengurung dalam kamar. Dia sempat ke luar kamar di pagi hari karena dia ingat setiap hari minggu adalah jadwal piket memasak dirinya di rumah kecilnya yang ia sewa bersama kelima teman seangkatannya termasuk Nayeon.

Setelah memasak dia kembali ke kamar, kembali membungkus tubuhnya dengan selimut. Teman-teman yang lain yang tinggal di rumah kecil bersama Jiyeon itu hanya bisa menggelengkan kepala atau menghembuskan napas beratnya.

Dalam selimutnya, yang Jiyeon lakukan hanyalah menangis. Bantalnya sudah sangat basah oleh air matanya. Teman-temannya bisa melihat sekilas mata Jiyeon yang membengkak, serta wajah Jiyeon yang memucat.

Penampilan Jiyeon yang berantakan juga menjadi suatu keanehan bagi kelima temannya itu. Karena setiap pagi, hanya Jiyeon yang selalu terlihat sudah rapi, meski hari libur. Senyum Jiyeon yang biasa mereka lihat setiap pagi saat pertama kali keluar dari kamar, hari ini tidak mereka lihat. Membuat kelima temannya itu malas melaksanakan piket harian mereka.

Nayeon menyerah karena yang ia dengar hanyalah isak tangis yang sama dengan apa yang ia dengar semalam, karena Jiyeon dan Nayeon tidur dalam satu kamar yang sama.

Nayeon menggelengkan kepalanya ke arah Jisoo, Sojung, Seunghee dan YooA yang tengah berjejer diambang pintu kamar Jiyeon dan Nayeon.

Dengan berat hati mereka pun akhirnya kembali meninggalkan Jiyeon sendiri.

.

Ting Tong

Seunghee membukakan pintu utama rumah kecil mereka.

"Oh, Tae. Masuk sini."

Taehyung datang ke rumah kecil Jiyeon setelah kelima temannya meminta dirinya untuk menenangkan Jiyeon. Karena Taehyung sepupu Jiyeon dan dekat dengan Jiyeon sejak kecil.

Nayeon membuka kamarnya mempersilakan Taehyung masuk. Mereka tidak ingin berlama-lama melihat Jiyeon seperti ini.

"Jiyeon-ah.."

Taehyung memanggil Jiyeon saat ia sudah mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur Jiyeon.

Saat Taehyung memanggilnya, isak Jiyeon mulai terhenti.

"Maafkan aku Jiyeon-ah.." suara Taehyung terdengar lirih.

"Kamu gak usah kesini aja Tae! Kamu kesini juga gak akan buat aku balikan sama Jimin kan?"

Ucapan Jiyeon tadi membuat Taehyung dan kelima temannya itu kaget. Pasalnya Jiyeon tidak pernah marah atau membentak. Sekarang mereka mendengar perkataan pertama dengan tekanan intonasi yang kuat keluar dari mulut Jiyeon setelah semalam Jiyeon tak sedikit pun membuka suaranya.

"Yeon, kamu percaya sama Jimin kan?" Tanya Taehyung.

Hening.

"Kalo kamu percaya sama Jimin, kamu juga harusnya yakin kalo keputusan yang Jimin ambil ini adalah keputusan terbaik buat kalian."

"Keputusan terbaik apa maksudmu Tae? Apa memutuskan hubungan dengan sepihak dan tanpa penjelas apapun itu yang namanya terbaik?" Masih dengan nada membentak.

Akhirnya Jiyeon terduduk, membuka selimutnya menatap Taehyung dengan mata bengkaknya. 

"Selama seminggu aku tidak bisa menghubungi Jimin, kamu kenapa menghindar terus setiap aku tanya tentang Jimin? Kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku kan Tae?"

"Maaf Jiyeon-ah."

"Tae, katakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Jimin."

Jiyeon menggenggam kedua tangan Taehyung memohon penjelasan. Air matanya kembali menetes.

"Aku yakin, Jimin melakukan ini bukan karena keinginannya. Aku bisa merasakan itu Tae. Benar memang hatiku sakit saat Jimin tiba-tiba memutuskanku dengan sepihak dan tanpa penjelas apapun. Tapi aku semakin sakit saat aku merasakan ada yang Jimin sembunyikan dariku. Dan aku tau, kau pasti tau kan apa yang Jimin sembunyikan dariku"

Taehyung menundukkan kepalanya merasa bersalah karena ia juga telah membiarkan Jiyeon menangis seperti ini. Genggaman Jiyeon semakin menguat.

"Tae, ku mohon katakan apa yang terjadi pada Jimin. Apa kau mau aku begini terus Tae? Kau yang dulu mempertemukanku dengan Jimin, Tae."

Taehyung menatap Jiyeon yang semakin sembab. Dia menghapus air mata Jiyeon, kemudian menarik tubuh Jiyeon ke dalam pelukannya.

"Baiklah, aku akan memberitaumu, tapi setelah kau mengembalikan dirimu yang selalu ceria. Gimana?"

Jiyeon melepas pelukan Taehyung.

"Janji?" Taehyung mengangguk mantap sambil tersenyum.

"Baiklah."

Taehyung tersenyum sambil mengusap rambut Jiyeon. Kelima teman Jiyeon yang sedari tadi menonton Taehyung dan Jiyeon di ambang pintu kamar Jiyeon pun ikut tersenyum lega atas jawaban Jiyeon.

"Tapi gak janji hari ini ya?"

"Kenapa?"

"Hari ini aku sudah ada janji kencan." Ucap Taehyung dengan senyum khasnya.

Jiyeon mencibir sambil mendorong pelan kepala Taehyung dengan telunjuknya.

"Ya udah sana pergi!"

"Jadi ngusir nih?"

"Katanya ada kencan, gimana sih?"

"Ya udah, aku pergi ya.. jangan lupa mandi, terus makan, jangan nangis terus."

"Iya. Jangan lupa janjinya juga. Ada lima saksi disini. Kalo ingkar, aku laporin."

Taehyung pun keluar diikuti teman-teman Jiyeon, mengantar Taehyung ke pintu utama sekaligus mengucapkan terima kasih pada Taehyung. Setelah Taehyung meninggalkan rumah kecil mereka, mereka pun kembali ke kamar Jiyeon, megerubungi Jiyeon yang masih di tempat tidur sambil merapikan rambutnya.

"Sekarang udah baikan Yeon?" Tanya Nayeon.

Jiyeon mengangguk disertai senyuman manisnya.

"Seneng deh liat Jiyeon senyum lagi."

"Maaf ya."

"Kita maafin kamu kalo kamu sekarang mandi terus sarapan."

"Iya. Buruan deh, kita udah laper nih."

"Lho? kalian belum makan juga?"

"Ya kali Yeon, kita makan dengan kondisi kamunya kayak gini."

"Kok gitu, kalian makan aja ih."

"Kita maunya makan bareng-bareng."

"Udah cepetan mandi sana. Kita tungguin sambil angetin lagi makanannya."

"Ya udah iya."

Akhirnya Jiyeon beranjak dari tempat tidurnya mengambil handuknya kemudian berlari kecil menuju kamar mandi.

"Mandinya gak pake lama ya!" Teriak Sojung diiringi tawa kecil dari yang lainnya.

Mereka kini bisa tersenyum lega melihat Jiyeon yang kini sudah cukup tenang, meski mereka tau hati Jiyeon masih belum sepenuhnya pulih. 

[BTS WINGS SERIES] LIE -Jimin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang