Prolog

38 10 2
                                    

Hembusan angin menerpaku, menerbangkan beberapa anak rambutku, aku menutup mataku, menikmati sambutan angin yang mengelus lembut wajahku.

Salah.

Ah, lagi. Ini salah lagi.

Sama, namun berbeda. Bodoh bukan?

Wajahnya, tubuhnya, segalanya, itu sama. Sayangnya tetaplah berbeda.

Membingungkan bukan?

Haha, skenario Tuhan begitu sempurna. Membuatku terpijak di tempat yang seharusnya tak kupijak.

Sebuta itukah cinta? Hahaha, buta. Dan aku membisu.

"Thea, sudah waktunya."

Aku menoleh kearah sumber suara, kuhembuskan nafasku pelan. Aku mengangguk. 'Mari kita lanjutkan kesalahan ini, kesalahan yang benar-benar kuakui bahwa ini salah. Ampuni aku, Tuhan,'

=====

Hola! Setelah sekian lama nggak back lagi, akhirnya bisa nulis ini, udah lama pengen publish tp gada waktu mau revisi:(

Siapa rindu acuu???

Regards,

Iamfireds

VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang