1- First

55 10 0
                                    

"Nath! Lama banget sih lo!" Seru Fathan melihat Nathan yang terlihat santai memakai sepatu pantofelnya.

Nathan mendengus, "Ya Allah Fathan, lo berangkat sendiri aja kalo nggak sabar nunggui gue! Gue bisa pake motor, gila! Lagian juga mobil tu nggak cuma 1 dirumah!"

"Hemat bensin, bego!" Umpat Fathan memasuki mobil dan sesegera mungkin keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya untuk pergi kesekolah.

"Yang bego siapa coba, dari tadi kek kayak gitu, jadi gue nggak buru-buru sarapan tadi." Keluh Nathan.

"Den, ini susunya diminum dulu." Ucap Bi Asih pada Nathan sembari memberikan susu putih.

Nathan menyambut susu tersebut, "bi, tolong ambilkan kunci motor Nathan di kamar ya."

Bi Asih mengangguk, segera ia mengambil barang yang dimaksud anak majikannya itu.

Nathan dengan santai meminum susu segar itu sambil memainkan handphone, ia sangat santai, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06:50.

"Den, ini kuncinya." Ucap Bi Asih memberikan kunci motor Nathan, Nathan pun sudah selesai meminum susu tersebut.

"Nih Bi gelasnya, makasih ya." Ucap Nathan melenggang pergi.

***

07:10

Fathan dan pasukannya sudah siap untuk melaksakan Upacara Bendera untuk pertama kalinya setelah libur sebulan.

Sekitar 360 siswa siswi kelas 10 memakai pakaian SMP mereka masing-masing, dan siswa kelas 11 dan 12 memakai almamater kebanggaan SMA Taruna Nusantara yang berwarna hitam dan hiasan putih. Ditambah lagi, rok hitam dan celana hitam pun membuat mereka terlihat begitu sempurna.

Sedangkan para pengurus OSIS dan MPK memakai almamater kebanggaannya berwarna kebalikan dari almamater siswa biasa. Yaitu putih dengan hiasan hitam. Membuat barisan tersendiri di dekat anak paduan suara.

Lalu, para pasukan bendera memakai pakaian paskibra lengkap, serta para pasukan paduan suara memakai rompi abu-abu.

Kepala sekolah SMA unggulan tersebut menginginkan upacara besar untuk hari pertama masuk sekolah ini.

Para tim Jurnalistik yang memakai rompi khas tim jurnalistik pun tak ayal mengabadikan momen bersejarah setiap tahun ini. Mereka memfokuskan kamera yang mereka pegang untuk mengambil banyak foto dan video selama upacara berlangsung.

Kenzo sebagai leader tim jurnal pun menyalakan drone-nya dan mencoba mengabadikan foto dari jarak yang jauh diatas. Kenzo bertanggung jawab penuh atas tim jurnalistik hari ini.

Setiap seragam yang mereka pakai adalah suatu kebanggaan tersendiri, termasuk Fathan yang hari ini menjadi pemimpin upacara, ia memakai setelan lengkap paskibra.

Fathan bangga dengan dirinya, hal itu terlihat dari tengapnya bahunya dan betapa terlihat tegasnya ia hari ini.

Upacara pun berlangsung. Para tim jurnal berusaha sebisa mungkin tidak membuat banyak pergerakan dan mencoba mengambil foto diam-diam, termasuk Kenzo yang mau tidak mau harus menghilang dari pengelihatan dan tetap terjaga dengan drone nya ditempat yang tidak dijangkau kamera.

Upacara berlangsung lebih lama, karena banyak formasi yang dilakukan anggota paskibra dan juga banyak amanat yang diberikan oleh kepala sekolah, serta penyambutan siswa-siswi baru. Beruntung mereka, hari ini cuaca terlihat bersahabat, tidak panas dan juga tidak hujan, angin sepoi-sepoi pun tak jarang menyambut untuk menerpa mereka, menghilangkan keringat yang bercucuran akibat lelah berdiri.

Upacara selesai, semua pun kembali ke kelas masing-masing. Terkecuali anggota Paskibra yang harus berganti pakaian, dan juga anggota pengurus OSIS yang harus mengurus upacara pembukaan MPLS yang akan dilaksanakan 1 jam 30 menit lagi.

Fathan pun mengganti pakaiannya menjadi seragam SMA nya lengkap dengan tanda-tanda OSIS dan Paskibra miliknya.

Ini hari senin, dimana setiap hari senin celana dan rok yang mereka kenakan berwarna hitam legam sesuai dengan almamater mereka, disertakan dasi yang bergaris melambangkan kelas mereka.

Pantofel hitam pun menjadi pelengkap seragam mereka di hari senin.

Disinilah Fathan duduk, membaca setiap baris kalimat yang akan menuntunnya agar kegiatan MPLS berjalan lancar selama 4 hari.

Valdi berjalan mendekat kearah Fathan. "Banyak yang telat."

Fathan mengeluh, "Ini baru hari pertama masuk sekolah, udah banyak yang telat, mereka punya otak atau nggak sih!"

Valdi penepuk pundak sahabatnya itu. "Jangan marah, man! Sekolah kita ini ngelaksanakan MPLS, bukan MOS lagi."

"Padahal mau gue hukum."

"Biarin aja, pihak B.K aja biarkan mereka masuk kelas udah."

Fathan mendengus, "kapan bisa tertib?" Gumamnya.

"Fath, kelas lo ada anak baru loh!" Seru Zidhan dari kejauhan.

"Bisa nggak, sehari aja dia nggak usah bikin malu?" Tanya Fathan menyipitkan matanya untuk mempertajam pengelihatannya agar bisa melihat wajah menyebalkan Zidhan.

Valdi mengendikkan bahu. Ia tidak peduli.

"Terus?" Fathan menaikkan sebelah alisnya kearah Zidhan yang datang dengan nafas yang terengah.

"Ya gapapa, cewek katanya." Ucap Zidhan.

"Terus?"

"Ya siapa tau mau lo gebet, kan kasian tuh lo nggak bisa move on dari first love lo itu." Ucap Zidhan.

Fathan memutar bola matanya malas. "First love apanya? Inget dia aja nggak, gue nggak pernah bilang first love atau apa ya, Dhan. Gue tegasin sekali lagi, gue cuma merasa kehilangan orang aja."

"Tapi, tetap--

"Gue nggak inget apa-apa soal siapa dia atau apa, jangan maksain ingatan gue." Potong Fathan cepat

"Gue heran, hidup lo tu aneh Fath." Sambar Kenzo yang tiba-tiba datang.

"Biarin lah." Sewot Fathan.

"Bisa ya, ingatan masa kecil lo tu hilang." Ucap Valdi.

"Gara-gara Nathan, gue lupa ingatan sampe sekarang." Ucap Fathan sedikit kesal.

"Tapi, bukannya lo punya benda yang lo bilang kemungkinan bisa bikin lo inget lagi?"

Fathan mengangguk. Ia mengeluarkan kotak kecil yang baginya menyimpan kenangannya. "Gue belum siap buka kotak ini."

"Kenapa? Nggak pengen cepat-cepat tau soal masa kecil lo?"

Fathan menggeleng. "Belum."

"Gue jadi lo langsung gue buka."

"Kepala gue sakit nya luar biasa gila kalo ingatan gue balik."

"Dari pada lo terus penasaran sama masa kecil lo." Ucap Kenzo.

Fathan kembali menggeleng, "biarin dah, ini urusan gue."

Valdi menghela nafas lelah. Ia merasa kasihan dengan sahabatnya yang satu ini. Bagaimana bisa Fathan tidak mau mengembalikan ingatannya yang berkemungkinan kembali saat kotak tersebut terbuka hanya karena Fathan takut karena akan mengalami sakit kepala jika ingatannya kembali.

"Udah deh, mending urusin urusan lo pada." Ucap Fathan beranjak.

Kenzo menghela nafas, "gimana bisa yok ada manusia kayak dia?"

Zidhan terkekeh kecil, "padahal gue penasaran sama isi kotakan itu."

Kenzo dan Valdi mengangguk. "Sama."

=====

VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang