•Talitha pov on•
Satu hal yang gue benci adalah saat ada orang lain ngeliat gue ngeluarin air mata yang berharga didepan matanya. Ngeliat gue yang sedang berada di titik lemah, dan ngeliat gue yang kalah lalu rapuh.
Gue gak pernah berniat untuk nangis didepan orang lain apalagi temen gue sendiri. Karna gue gasuka ga like.
Tapi hari ini, gue hampir ngelakuin hal yang gue benci itu. Apalagi orang yang hampir ngeliat gue ngeluarin air mata gue itu adalah Titan. Ya, si kulkas hidup. Saras yang udah bareng sama gue selama bertahun tahun aja belum pernah liat gue nangis. Jangan sampe orang yang gapernah kasih senyum ke gue dan siapa pun kecuali cewe nya itu jadi orang yang pertama liat gue jadi manusia lemah. Ya meskipun bukan berarti semua yang nangis itu lemah.
Tadi, waktu gue ke rumah salah satu temen Jordan yang merupakan jadi tempat latihannya cowo brengsek itu gue bener-bener dianggap sebagai babu. Mereka yang marah marah gak jelas karna bola yang gue beli salah. Toh salah siapa gak bilang detail ke gue bola yang kaya gimana. Gue cuma ikutin perintah doang beli bola basket dan yang gue beli beneran bola basket. Dan yang paling gue kesel adalah duit gue kaga diganti! itu hal yang bikin gue nangis. Walaupun cuma 150rb tapi itu duit jajan gue selama satu minggu :) mereka gamau ganti karna bola yang gue beli beda sama ekspetasi mereka jadi mereka gak make bola yang gue beli , malah pergi ke toko lagi dan beli bola yang baru.
Jordan ngapain?
Ya itu dia yang marahin gue dan yang bilang gamau ganti duit gue.
Dan gue?
As always gue cuma bisa ngepalin tangan gue kuat kuat nahan buat ga nonjok kepala nya di depan temen-temennya. Gue masih cukup baik dan masih dianggap lugu sama mereka. So, daripada gue nambah-nambah musuh lebih baik gue tahan amarah gue. Setelah itu gue sama Titan balik tanpa ngomong apapun ke 'pacar' gue itu.
Kenapa Titan bisa masih bareng sama gue? Karna perbacotan Jordan dan temen temennya dimulai waktu motor Titan berenti dan gue yang belum sempet turun dari motor. Gue tau kalo Jordan cemburu dan ngelampiasin dengan marah marah dan bola basket dijadiin alasan. Gue tau itu hukuman dari dia. Tapi gue ga peduli. Gue juga berhak marah sama dia. Secara duit jajan gue hangus gitu aja cuma garagara gue dibonceng cowo lain yang posisinya nolongin gue biar ga keluar duit buat bayar gojek. Dan sialnya malah keluar duit lebih gede karna bola basket sialan.
•Talitha pov off•
***
"Lo gak akan turun?"
Thalita tersentak dari lamunanny dan segera turun dari motor Titan. Untuk saat ini gadis itu tak banyak bicara seperti pagi tadi. Thalita masih sedikit merasa malu karna telah dipermalukan oleh pacarnya sendiri.
"Thanks ya" ucap Thalita sambil menarik ujung bibir nya untuk sedikit tersenyum. Setelah itu ia berbalik berniat masuk kembali ke dalam cafe. Namun langkahnya terhenti saat ada yang mencekal pergelangan tangannya.
Seperti biasa, Titan memandang datar pada Thalita dan belum melepaskan cekalannya. Thalita mematung sekejap mendapat perlakuan tiba-tiba dari manusia kulkas di depannya.
Titan segera melepas cekalan tangannya lalu melepas helm dan menggantungnya di kaca spion setelah itu berjalan melewati Thalita.
"Helm lo belum dilepas" ucapnya tanpa melirik ke arah Thalita yang masih mematung.
Thalita mengerjapkan matanya dan memegang kepala nya yang masih terpasang helm.
"Pantesan beban kepala gue berat" gumamnya sambil melepas helm dan menaruhnya di motor pemilik helm itu dan berjalan memasuki cafe.
Ternyata didalam sudah mulai berkumpul karna telah memasuki waktu istirahat. Sarah mengerutkan dahinya melihat Thalita yang datang dengan wajah muram sambil membawa bola basket di tangannya.
"Sejak kapan lo bisa main basket, Ta?"
Thalita mendengus lalu duduk dikursinya dan meneguk minuman yang entah milik siapa. Pokoknya hari ini dirinya tidak akan mengeluarkan uang lagi. Baru saja Stef akan menahan Thalita untuk meminum minuman milik singa, tapi sudah terlambat karna gadis itu telah meneguknya hingga tandas.
"Minta ya hehe" cengir Thalita.
"Ngerampok bukan minta" ucap Titan yang baru datang dari toilet. Ternyata Jus Jambu yang diteguk Thalita tadi adalah milik Titan.
Untuk kesekian kalinya Thalita menghela nafas. Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil memukul mukul bola basketnya. Membuat Sarah, Stef dan Leo memandang aneh pada gadis yang mereka sangka sedang kesurupan itu.
"Dia kenapa si?" bisik Leo pada Titan. Pasalnya tadi Thalita pergi bersama Titan. Jadi, mungkin saja lelaki itu tahu apa yang sedang Thalita alami. Namun Titan tetaplah Titan. Ia hanya mengangkat bahunya lalu kembali memainkan ponselnya.
"Ah elah!"
"Lu kenapa si Tal?" tanya Saras yang sudah tak tahan melihat kegilaan sahabatnya.
"Kayanya gue emang beneran babu nya deh bukan pacarnya! mana ada pacar yang disuruh jauh jauh beliin bola basket terus pas udah nyampe sana malah ditolak dan parahnya duit gue ga dibalikin!!!!" ocehnya.
Stef dan Leo berdecak. Mereka sudah tahu bagaimana sifat Jordan namun Thalita tidak pernah mendengarkan mereka dan tidak bisa untuk tidak menuruti perintah Jordan.
"Kenapa sih harus gue!! kenapaaaaaa?!!"
Mereka hanya membiarkan Thalita mengoceh sambil memukul mukul bola nya gemas. Karna percuma untuk memberi gadis itu nasihat, tidak akan pernah diikuti.
Thalita berdiri dan melihat teman-temannya sibuk pada ponsel mereka. Ia mendengus dan bergegas pergi dari sana.
Dengan kesal ia mencari kontak Satria dan menelpon lelaki itu.
"ap-"
"Jemput gue sekarang!" ucap Thalita cepat.
"Lah? salah nomor lu? minta jemput cowo lu lah kok gue?"
Thalita berdecak, "Pacar gue ilang! buruan ah gue gak ada duit ni"
"Gue lagi futsal jamilah! minta anter temen lo aja sana ah bye!"
Satria memutuskan panggilannya. Membuat Thalita lagi-lagi harus mendengus keras. Dengan terpaksa ia kembali kedalam cafe menghampiri teman-temannya.
"Siapapun anter gue balik" ucapnya dengan nada ketus.
"Ogah, 5 menit lagi buka. Minta doi lo lah" jawab Leo santai.
"Ih buruan lah gue bangkrut hari ini tau gara ga---
"Ayo buru" potong Titan yang sudah berdiri dan berjalan keluar cafe.
Thalita tersenyum senang lalu menyusul Titan. Sebenarnya ia bingung dan merasa aneh dengan sikap Titan akhir-akhir ini yang lumayan mencair. Beberapa kali dirinya dibantu oleh manusia kulkas ini. Bukannya suudzon tapi Thalita merasa akan ada permintaan untuk membalas budinya. Ia bisa menebak isi otak manusia seperti ini. Namun saat ini ia tepis pikiran seperti itu, yang penting ia akan cepat sampai rumah dan tidur menenangkan pikirannya dan tubuhnya yang sangat lelah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/117058030-288-k541478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMU [TS#2]
Romance"Bukan kamu yang salah, tapi semesta. Mempertemukan kita dengan segala ketidakmungkinan untuk bersama" ------ Talitha, yang merelakan. "Jika ada temu, maka ada akhir. Namun aku tidak suka jika akhir dari temu berbeda dari yang aku inginkan." ...