3

31 8 1
                                    

.
.
.
White lie
.
.
.
.

"Kenapa ?. Kau tidak perlu tahu."

Nayn tersenyum manis, sementara Nyan hanya mendengus kesal.

"Siapa kalian ?"
Tanya Zal sedikit berbisik.

"Namaku Nayn dan dia Nyan, kami juga iblis sepertimu."

"Bagaimana kalian tahu aku ad.."

"Aku bisa merasakan auramu."

Zal kembali diam, kemudian dia memejamkan mata dan langsung tertidur.
Namun walaupun dalam keadaan tertidur Zal dapat mendengar suara Nayn dan Nyan yang sepertinya sedang bertengkar.

"..pa yang kau pikirkan Nayn, dia tetap tidak akan bisa menggantikan lily."

"Aku tidak berpikir dia bisa menggantikan lily."

"Lalu, kenapa kau menolongnya ? Dia bisa saja berbahaya."

"Aku hanya merasa kasihan padanya."

"Jika kau benar-benar kasihan padanya, bunuh saja dia. Dia tidak akan menderita lagi setelahnya."

"Kenapa kau berpikiran seperti itu ? Kau dulu sangat baik dan penolong, bahkan banyak yang ragu kau itu iblis.
Tapi sejak kematian lily kau menjadi seperti ini."

"Jika kau ingin untuk menolong anak ini, apa yang bisa kau lakukan untuknya ? Kau akan membiarkannya tinggal disini."

"Iya. Aku akan membiarkannya tinggal disini, dan kau tidak bisa membantah. Mengerti."

"Cih, lakukan apa yang kau mau."

Setelah itu terdengar bunyi langkah kaki dan suara pintu yang dibanting. Zal kembali bangun dan melihat kearah Nayn yang sepertinya terlihat sedang menangis, ia tidak menyadari Zal sedang menatapnya.
Zal mengumpulkan kekuatannya dan mencoba untuk mengambil sebuah sapu tangan dengan kemampuan telekinesisnya. Meski kesulitan, Zal berhasil mengambilnya dan memberikan benda itu pada Nayn.
Nayn tersenyum kecil pada Zal kemudian menggunakan sapu tangan itu untuk menghapus air matanya.

"Jika, kau tidak ingin aku disini. Jangan bohong. Aku akan segera pergi."
Suara Zal semakin membaik dan sekarang dia sudah bisa berbicara dengan jelas. Nayn tampak terkejut mendengarnya.

"Apa maksudmu ? Aku ingin kau disini. Atau kau mendengar pembicaraanku dengan Nyan tadi ?"

Zal hanya mengangguk kecil.

"Yah. Itu hanyalah masa lalu, jadi lupakanlah. Dan jangan pikirkan Nyan, dia memang seperti itu."

Sekali lagi, Zal mengangguk kecil.

"Jadi bisakah kau memberitahuku namamu ?"

"Namaku Zalrei."

"Nama yang unik, bisakah aku memanggilmu rei."

Tubuh Zal mulai bergetar saat Nayn menyebutkan rei. Zal bisa ingat dulu siapa yang selalu memanggilnya rei dengan akrab. Jesse si pembohong, Zal bisa merasakan ketakutan dan amarah menyebar dalam tubuhnya.

Nayn langsung khawatir saat Zal mulai terlihat ketakutan, tubuhnya bergetar ketakutan dan nafasnya menjadi memburu.

"Uh.. Zalrei kau tidak apa-apa ? Apa yang terjadi ? Zal ?"

Nayn menepuk bahu Zal hingga ia tersadar dari pikirannya, Zal menatap Nayn kemudian menunduk. Zal mulai menangis dalam diam.

"M-mungkin akan lebih baik jika kau memanggilku Zal saja."

Kata Zal ditengah isakannya.

"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah ? Jangan menangis."

Nayn menarik Zal dalam pelukannya.

DEVIL LIE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang